Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
NASIONAL

Hj.Rizayati Ajak Perempuan Indonesia Bangkit,Lawan Semua Bentuk Kekerasan !

338
×

Hj.Rizayati Ajak Perempuan Indonesia Bangkit,Lawan Semua Bentuk Kekerasan !

Sebarkan artikel ini
Dr (Cn) Hj.Rizayati,S.H.MM, Presiden Direktur PT. Imza Rizky Jaya Group (Istimewa)

JAKARTA,RELASIPUBLIK.COM-Sejarah telah membuktikan peran perempuan dalam merebut dan mengisi kemerdekaan tidak dapat dipandang sebelah mata. Salah satunya melalui Kongres Perempuan Indonesia Pertama di Yogyakarta pada 22 Desember 1928. Perempuan Indonesia menyatukan gagasan, pendapat, dan pemikirannya mengenai peran perempuan dalam perjuangan meraih kemerdekaan. Momentum ini kemudian diperingati sebagai Hari Ibu Nasional.

Berikut adalah pandangan,pesan dan harapan yang mencerahkan dari Hj.Rizayati,SH.MM, tokoh perempuan asal Aceh yang juga seorang pengusaha nasional yang sukses dan telah ikut berpartisipasi dalam pembangunan. Membangun rumah dan sarana penerangan yang tersebar di seluruh pelosok daerah Nusantara. Jiwa sosialnya pun telah menjamah para warga yang membutuhkan tanpa memandang suku,agama,ras dan golongan.

Menjelang Hari Ibu Nasional 22 Desember yang akan diperingati tahun ini (2020), Hj. Rizayati mencoba berbagi sharing pengalaman nya kepada generasi perempuan milenial untuk terus berusaha menata hidup dan membangun keluarga,bangsa dan negara yang dicintai nya.

“Makna Hari Ibu bagi saya adalah mengenang betapa sejarah panjang perjuangan kaum perempuan sejak era kolonial hingga dasawarsa ini. Dimana perempuan ingin mewujudkan peranan, kedudukan, dan kesetaraan gender dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” kata Hj.Rizayati mengawali wawancara dengan media ini di Jakarta,Senin (7/12/2020).

Ia mengingatkan, kaum perempuan harus sadar dan bangkit dari keterpurukan,keterbelakangan maupun mitos yang membelenggu kehidupannya.

“Kaum perempuan harus sejajar dengan kaum lelaki dalam hal pendidikan, pergaulan, kedudukan dan karier dalam kehidupan dengan tetap memperhatikan ketentuan maupun batas-batasan Sunnatullah yang disyari’atkan kepadanya,” ajak Hj.Rizayati kepada generasi perempuan menyongsong peringatan Hari Ibu Nasional 22 Desember yang tahun ini genap 92 tahun itu.

Ia mencontohkan, sebagaimana Qudratullah seorang ibu yang melahirkan, mendidik anak, atau menghormati suami nya. Akan tetapi Qadarullah tersebut tidak membatasi pergerakan perempuan untuk tampil dan meraih sesuatu di ruang publik.

Terkait fenomena instan yang sering terjadi misalnya kasus-kasus pergaulan bebas yang berujung perbuatan melawan hukum seperti prostitusi dan lainnya, Hj.Rizayati mengaku miris.

“Bila yang dimaksudkan jalan pintas itu cenderung kepada sesuatu yang sifat dan hasilnya instan seperti ‘prostitusi’ misalkan, tentunya fenomena ini sangat miris bagi saya sebagai kaum hawa. Disamping bertentangan dengan hukum negara maupun hukum Ilahi, hal ini juga merendahkan harkat, martabat, dan kedudukan kaum perempuan dari berbagai sisi maupun manifestasi,” ujar nya.

Oleh karena itu, menurut nya, perempuan harus memiliki kesadaran dan kepercayaan diri yang tinggi untuk tampil di ruang publik. Selanjutnya ia harus melahirkan sesuatu yang bermanfaat buat kreativitas sosial kaum perempuan.

“Soal kemampuan nalar, logika, maupun analisa saya pikir perempuan tidak kalah dengan lelaki. Demikian juga, atas realita yang ada, tentunya ini tidak bisa diselesaikan oleh sekelompok perempuan saja melainkan harus terlibat banyak pihak mulai dari legeslatif, eksekutif maupun yudikatif untuk membuat, sosialisasi, dan tindak lanjuti regulasi yang bisa memutus mata rantai human trafficking baik secara sadar atau tidak dilakukan,” imbuh nya mengingatkan.

Selain itu, Rizayati juga menyoroti masalah eksploitasi. Penggagas program Indonesia Terang ini blak-blakan menyebut ekspolitasi terhadap kaum perempuan masih saja terus dilakukan oleh pihak-pihak yang tak bertanggung jawab.

“Eksploitasi tetap masih ada dari masa ke masa. Nah, dalam perspektif saya, pemerintah sudah berupaya ke arah itu antara lain seperti hadirnya instansi pemerintah yang khusus membidangi perempuan. Akan tetapi realisasi amanah konstitusi terhadap instasi yang dirasakan masih jauh dari harapan, sehingga kekerasan terhadap kaum hawa terus terjadi.”

“Karena itu, sikap dan harapan saya adalah, stakeholders pengambil keputusan harus bertindak tegas tanpa pandang bulu dalam menegakkan supremasi hukum (law enforcement) di bidang perempuan. Dengan itu sehingga efek jera harus betul-betul memiliki pengaruh bagi pelaku. Selanjutnya, dari sisi perempuan sendiri untuk tidak mau dijadikan inferior atas superior kaum lelaki dan ini bisa diwujudkan dengan perwujudan prestasi sejati kaum perempuan diruang publik,” Rizayati mengingatkan.

Terkait kekerasan terhadap kaum perempuan baik di ruang domestik maupun ruang publik harus dihentikan dalam berbagai manifestasi.

“Pemerintah, pemangku kepentingan, dan institusi Polri harus bersikap tegas atas hal ini. Perempuan juga baik secara sengaja ataupun tidak, jangan mau dirinya dijadikan komoditas yang bisa dieksploitasi dalam berbagai sisi. Oleh karena itu, seperti yang saya sampaikan di atas, bahwa dalam konteks ini perempuan harus memiliki kesadaran tinggi dalam mengisi kehidupan berbangsa dan bernegara. Perempuan harus tunjuk kepada dunia akan kemampuan dirinya sehingga segala stigma, mitos teks suci, dan pembenaran kekerasan terhadap perempuan dalam mitos dan budaya lokal tertentu bisa dihentikan secara permanen,” ujar nya.

Kepada pemerintah, ia berharap semua pemangku kepentingan, stakeholders, pembuat kebijakan, dan pengambil keputusan di semua jajaran dan tingkatan diseluruh Indonesia agar segera bersikap tegas lagi keras terhadap pelaku perdagangan manusia tanpa pandang bulu.Hal demikian agar praktik human trafficking ini betul-betul dapat ditiadakan dari bumi pertiwi.

‘Saya berada di garda terdepan untuk kebangkitan perempuan era milenial ini. Sebagai pengusaha, hal tersebut telah saya lakukan pemberdayaan kaum perempuan dengan apa yang bisa Saya lakukan. Misalnya, lewat pembinaan kelompok usaha, koperasi, bantuan sosial dan lain-lain yang tentunya itu menyentuh aspek esensial dari persoalan perempuan. Akan tetapi bila regulasi ditangan saya tentunya ada tindakan penting komprehensif yang bisa saya wujudkan dan itu menyentuh akar persoalan yang memberangus praktik perdagangan orang di Indonesia,” tegas Dr (CN) Hj. Rizayati, S.H.,M.M yang juga Owner serta Presiden Direktur PT. Imza Rizky Jaya Group itu.

“Pesan mendalam dari saya di Hari Ibu Nasional 22 Desember adalah perempuan harus bangkit, berbuat, dan berikan bukti nyata kepada dunia bahwa perempuan bisa berbuat banyak seperti halnya kaum laki-laki. Bangkit dan jangan termangu, gerak berbuat dan jangan menunggu!”

“Torehkan sejarah emas bagi generasi perempuan setelah kita, bahwa kita adalah perempuan emas bagi bangsa dan negara tercinta, Republik Indonesia yang ide, gagasan, pemikiran maupun pergerakannya dibutuhkan bangsa ini dalam mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender. Mari, bangkit dan lawan semua bentuk ‘perbudakan’ dan mitos yang membatasi gerakan perempuan hanya ada di ruang domestik,” tutup Hj.Rizayati,SH,MM.** (Domi Lewuk).

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *