JAKARTA, RELASI PUBLIK – Wakil Gubernur Sumatera Barat, Vasko Ruseimy, resmi menerima mandat sebagai Ketua Umum Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Sumatera Barat dalam peringatan Hari Ulang Tahun ke-77 IPSI yang digelar di Jakarta, Sabtu (1/6/2025).
Penunjukan ini ditandai dengan penyerahan Surat Keputusan (SK) yang ditandatangani langsung oleh Ketua Umum IPSI yang juga Presiden RI, Prabowo Subianto. SK diserahkan oleh Wakil Ketua Umum IPSI, Sugiono, dan disaksikan oleh Menteri Pemuda dan Olahraga, Ario Bimo Nandito Ariotedjo.
Dalam keterangannya usai acara, Vasko menyampaikan bahwa mandat ini bukan sekadar posisi organisasi, tetapi sebuah panggilan sejarah untuk mengangkat kembali silek Minangkabau sebagai identitas budaya yang hidup, relevan, dan berdaya saing global.
“Amanah ini kami terima bukan sebagai posisi struktural semata, tapi sebagai tanggung jawab budaya. Kami ingin menjadikan IPSI Sumbar sebagai ruang tumbuhnya generasi muda yang tangguh, berkarakter, dan mencintai akar budayanya,” ujar Vasko.
Transformasi IPSI Sumbar: Digitalisasi hingga Kolaborasi Lintas Sektor
Dalam arah barunya, Vasko menyiapkan sejumlah langkah strategis untuk mentransformasi IPSI Sumbar menjadi organisasi yang adaptif terhadap zaman. Di antaranya dengan:
Mendorong regenerasi pesilat muda melalui pembinaan usia dini di sekolah-sekolah dan pesantren
Digitalisasi warisan silek, termasuk dokumentasi gerakan, filosofi, dan sejarah melalui media sosial dan platform daring
Kemitraan dengan kampus, komunitas kreatif, dan sektor swasta untuk mempopulerkan pencak silat sebagai gaya hidup sekaligus sarana pembangunan karakter
“Kita ingin menciptakan ekosistem baru bagi silat. Tidak hanya sebagai seni bela diri, tapi juga sebagai wadah ekspresi kreatif dan solusi pendidikan karakter,” tambahnya.
Misi Global: Silek Minangkabau Sebagai Soft Power Indonesia
Tak hanya fokus pada pembinaan internal, Vasko juga membawa misi diplomasi budaya. Ia menargetkan agar silek Minangkabau dapat diperkenalkan secara luas ke dunia internasional melalui pertunjukan budaya, festival seni bela diri, hingga pertukaran pelatih dan atlet silat.
“Silat Minang memiliki nilai luhur yang universal: menghormati, mengendalikan diri, dan membela kebenaran. Ini nilai-nilai yang bisa kita tawarkan ke dunia sebagai soft power budaya Indonesia,” jelasnya.
Langkah ini dinilai sejalan dengan semangat IPSI nasional dalam menjadikan silat sebagai salah satu identitas budaya global, apalagi setelah pencak silat ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh UNESCO.
Tantangan dan Harapan ke Depan
Penunjukan Vasko disambut positif oleh sejumlah tokoh pencak silat dan penggiat budaya di Sumatera Barat. Mereka menilai kehadiran sosok muda dengan latar belakang kepemimpinan daerah bisa menjadi energi baru bagi perkembangan IPSI Sumbar.
Namun demikian, tantangan juga tak sedikit. Mulai dari minimnya infrastruktur latihan di daerah, kurangnya regenerasi pelatih, hingga keterbatasan pendanaan. Vasko menyebut, pihaknya akan menggandeng berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah dan dunia usaha untuk mengatasi hal tersebut.
“Kami tidak bisa jalan sendiri. Ini gerakan bersama, dan semua pihak harus dilibatkan jika ingin menjadikan silat sebagai kebanggaan Sumbar dan Indonesia,” tutupnya.