Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
BERITA UTAMAPENDIDIKANSENI & BUDAYA

Kompetensi Guru Seni dan Budaya Perlu di Asah

289
×

Kompetensi Guru Seni dan Budaya Perlu di Asah

Sebarkan artikel ini
Peserta pelatihan dan Pembinaan guru seni tingkat SMP dan SMA se Kabupaten Pessel.
Peserta pelatihan dan Pembinaan guru seni tingkat SMP dan SMA se Kabupaten Pessel.

PAINAN, RELASIPUBLIK – Kompetensi guru seni dan budaya perlu diasah lebih mendalam untuk mencapai sesuatu keterampilan yang inovatif dan kreatif. Dengan demikian, muatan materi yang ditransfer bisa disinkronisasikan dengan keberagaman seni, adat dan budaya didaerah setempat.

“Ini adalah sebuah cara dari berbagai cara untuk terus melestarikan serta menghidupkan eksistensi nilai adat dan budaya di tengah kehidupan masyarakat, ” ungkap Kasi Adat dan Budaya Tradisional Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel) Armida, dalam kegiatan Pelatihan Pembinaan Guru Seni dan Budaya tingkat SMP dan SMA se Kabupaten setempat di Gedung KPRI Painan, Rabu, (22/3).

Dia mengatakan, dengan bekal itulah, peserta didik melalui bimbingan guru seni dan budaya mampu berprestasi dan berkarya seiring dengan perkembangan zaman tanpa meninggalkan nilai leluhur yang sebenarnya.

“Kita selalu menitipkan pesan, agar pelajaran seni dan budaya selalu dikaitkan dengan adat dan budaya di Pesisir Selatan. Seperti hari ini, ibu-ibu yang mengikuti pelatihan menggunakan baju kuruang basibah. Dan inilah adalah upaya kita dalam melestarikan budaya dari segi pakaian, ” ucapnya.

Dosen Universitas Negeri Padang, Nerosti,  selaku narasumber mengatakan bahwa empat materi muatan dalam pelajaran seni dan budaya dapat diajarkan menjadi satu keterpaduan melalui metode pembelajaran cooperatif learning.

“Dengan ini siswa memiliki cakarawala luas terhadap empat muatan materi seni tersebut, seperti seni rupa,teater, tari dan musik,” sebutnya.

Sementara, Kepala bidang SMP, Nusirwan mengatakan adapun metode pembelajaran yang bisa disesuaikan adalah proses pembelajaran seni dengan pendekatan scientifik.

Dalam hal ini, siswa mengamati fenomena dengan indera (mendengarkan, melihat, membau, meraba, mengucap dengan atau tanpa alat (untuk menemukan masalah).

Sedangkan  Fenomena merupakan kejadian/keadaan alam ( Ipa), peristiwa atau situasi sosial, interaksi komunikasi verbal (bahasa) yang sesuai dengan ke khasan mata pelajaran dan kompetensi yang dipelajari.

Kegiatan itu diikuti sebanyak 35 peserta, 20 orang guru dari SMP dan 15 orang guru seni dari SMA antusias mengikuti kegiatan itu. (fy)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *