SUMBAR, RELASIPUBLIK – Hidup sebagai petani gambir ada suka dukanya, saat harga bagus kita jadi bersemangat dan mau kerja siang malam, namun pada saat harga lagi turun seperti saat ini Rp.25 ribu/kg semua jadi tak bergairah. Mungkin ini yang mesti dibantu dari pemerintah soal menjaga stabilitas harga gambir agar kami bisa menata ekonomi kami lebih baik lagi.
Hal ini disampaikan Jendri Dt. Indo Marajo suku piliang salah satu petani gambir dan anggota KAN Nagari Lubuak Alai, saat ditemui berdialog setekah buka bersama dalam kunjungan Tim Safari Ramadhan Wakil Gubernur Sumatera Barar Nasrul Abit, di Masjid Istiqamah Nagari Lubuak Alai Kecamatan Kapur IX Limapupuluh Kota, Senin (28/5/2018).
Jemdri juga menerangkan kehidupan produktif pengolahan gambir bisa dilakukan secara kelompok bisa juga secara perorangan pemilikan. Dan yang cukup menarik musin panen daun gambir boleh berganti, namun aktifitas produksi gambir tatap jalan dimana sebahagian hasil gambir menjadi hak nagari dalam pelaksanaan pembangunan.
Termasuk salah satu bukti pembangunan masjid kami yang cukup baik dan bagus saat ini. Kerja keras membutuhkan tenaga seharian mengolah gambir dengan menghasilkan maksimal 30 kg/perhari, bersilaturrahmi di mesjid menjadi kabahagian tersendiri pula, ujar lelaki usia 37 tahun bapak 2 orang anak yang masih kecil-kecil.
Jendri juga menyampaikan, rata-rata pendapat petani gambir perbulan itu 5 – 7,5 juta perbulan. Kemaren pada saat harga sampai Rp. 100 ribu/kg ada keluarga yang medapat sampai Rp. 25 – 30 juta sebulan.
Penghasilan kami didaerah hanya gambir semata, tidak ada hadil kebun dan sawah yang tumbuh bagus di daerah ini, apakah soal kadar asam tanah atau zat kapur yang berlebihan saya kurang paham juga. Karena itu kami disini membeli beras dan kebutuhan pokok lainnya. Jika ada sedikit kawan-kawan yang bisa menanam sayur ubi, cabe rawit itu hanya sekedar konsumsi kebutuhan sendiri.
Beberapa tahun lalu ada program TNI menanam padi seluas 7 ha, namun hanya mendaoat panen yang gagal karena hama wereng hitam dan saluran irigasi air yang tidak bagus.
Gambit adalah kehidupan kami, dalam menjalani hidup, anak-anak kami butuh sekolah yang bisa membuat mereka lebih pintas dan cerdas dibandingkan kami, harapnya.
Wakil Gubernur Sumatera Barat Nasrul Abit, disela-sela kegiatan Safari Ramadhan ini juga menyampaikan, para petani gambir untuk menjaga kualitas produksi gambir agar harga pertama bisa bersaing kedua tentu nama daerah kita juga akan menjadi ternama baik.
Gambir tanaman hutan agar juga memperhatikan lingkungan hutan, jangan karena berharap banyak gambir kita menebang hutan sembarang malah bisa berakibat bencana alam, longsor, banjir dan galodo.
Menjaga kelestarian hutan dan menjaga kualitas produksi hasil hutan merupakan tanggungjawab bersama terutama masyarakat setempat. Jangan pernah biarkan orang lain merusak hutan kita yang nota bene nanti membuat masyarakat kita sensara, himbau Nasrul Abit Dt. Malintang Panai. (**)