Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
BERITA UTAMASENI & BUDAYATERBARU

Perjuangan Sanggar Randai Arai Pinang Melestarikan Kesenian ditengah Perkembangan Zaman

262
×

Perjuangan Sanggar Randai Arai Pinang Melestarikan Kesenian ditengah Perkembangan Zaman

Sebarkan artikel ini
Festival Randai Se Kabupaten Pesisir Selatan yang digelar Sanggar Randai Arai Pinang Lampanjang, Kenagarian Rawang Gunung Malelo, Kecamatan Sutera-Pessel.

PAINAN RELASIPUBLIK – Sejak berdiri pada tahun 2011 lalu Sanggar Randai Arai Pinang Lampanjang, Kenagarian Rawang Gunung Malelo Surantieh, Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat memiliki banyak rintangan dan tantangan untuk tetap eksis ditengah peradaban. Zaman yang serba canggih menjadi pintu masuk kebiasaan luar termasuk di Rawang Gunung Malelo Surantieh.

Serangan kemajuan menjadi tantangan terberat dalam menghidupkan kesenian. Bermula dari kecemasan kalangan anak muda di Kenagarian Rawang Gunung Malelo Surantieh melihat generasi muda mereka dibius oleh Boy band dan Girls band Korea. Kelincahan menari dan bernyanyi personil Boy Band dan Girls band menjadi bahan percontohan generasi ketika itu. Sebut saja SMAS, dan Cherrybelle, menjadi kiblat generasi muda saat itu.

Bahkan saat itu, generasi muda di Rawang Gunung telah membentuk grup-grup kecil bersama teman-temannya. Menghidupkan gadged, lalu menari sembari mengikuti musik dan garakan personil boy band yang mereka sukai menjadi keseharian mereka. Tak memikirkan baik buruk, tabu atau tidak mereka sepertinya itu sudah menjadi kebiasaan.

Kebiasaan itu menimbulkan kecemasan ditengah masyarakat. Kecemasan itu juga dirasakan oleh sekelompok anak muda, sehingga mereka membentuk Sanggar Seni yang mereka namakan Sanggar Randai Arai Pinang. Sanggar ini berusaha membendung kebiasaan generasi muda yang mabuk akan boyband dan Girls band.

Memang tidak mudah, hadir ditengah zaman yang canggih berbagai tantangan yang dihadapi Sanggar Randai Arai Pinang. Mulai dari kurangnya dukungan dari masyarakat hingga keterbatasan biaya untuk melaksanakan latihan dan kecanduan generasi akan budaya baru dari tontonan.

“Kami mulai kegiatan dengan modal Rp 8000, minta sumbangan kepada masyarakat, sampai memborong padi warga dan upahnya di jadikan kas sanggar,” tutur Debi Virnando salah seorang pendiri Sanggar Randai Arai Pinang, Sabtu, 25 Agustus 2018.

Bahkan, seiring berjalan waktu tak sedikit nada miring dan sumbing dari masyarakat yang kemudian dijadikan semangat untuk maju dan menghadirkan sebuah tontonan yang mendidik ditengah masyarakat.

“Awalnya kami meminta sumbangan ke rumah-rumah warga, banyak yang sengsi walaupun warga tetap menyumbang,” ujar Debi yang kini menjadi pembina sanggar.

Tiga bulan berjalan latihan Randai semakin diminati di mulai dari remaja hingga anak-anak. Mulai dari anggota belasana orang menjadi puluhan. Randai Arai Pinang semakin diminati, anggota pun sudah bisa memainkan Randai dengan baik. Sasaran Randai Arai Pinang menjadi tempat yang memikat dan menarik bagi generasi muda. Mereka yang biasanya sibuk dengan boy band telah membaur dan bergabung menjadi anggota sanggar.

Saat itu Randai Arai Pinang mencoba membuat sebuah perlombaan tingkat kecamatan. Dan berlanjut ke tahun berikutnya menggelar Festival Randai Se Kabupaten Pesisir Selatan.

“Festival hari ini dari 18 – 27 Agustus merupakan kelanjutan Festival Randai tahun-tahun sebelumnya. Selain Festival Randai, tahun lalu kami mengadakan Festival Rabab se Kabupaten Pesisir Selatan. Kegiatan dengan mencari momen hari besar seperti 17 Agustus, tahun baru dan Ulang tahun Sanggar,” terang Debi.

Sementara ketua sanggar Randai Arai Pinang Ramadhan mengatakan, Sanggar Randai Arai Pinang juga membentuk sasaran-sasaran baru di kampung tetangga sebagai cabang. Selain kesenian anggota juga dibekali dengan ilmu agama.

“Sanggar juga membentuk remaja masjid, kami juga membuat aturan bagi anggota yang tidak hadir dalam kegiatan remaja masjid tidak dibolehkan ikut latihan,” katanya.

Mawas (63) tokoh masyarakat setempat menyebutkan, kehadiran sanggar Randai Arai Pinang tidak hanya membius generasi muda akan kesenian, juga merubah pandangan Nagari lain ke Nagari Rawang Gunung Malelo Surantieh. Hal itu karena berbagai iven besar dilaksanakan dengan menghadirkan nama-nama besar di Sumbar.

“Dulu kampung kami ini dipandang sebelah mata, kehadiran sanggar dan generasi muda, kini kampung ini disegani. Kami merasa bangga mereka telah jadi orang dan bisa memajukan kampung halaman,” ungkap Mawas.

(Relis Sanggar Randai Arai Pinang Lampanjang)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *