Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
BERITA UTAMADAERAHPERISTIWATERBARU

Penanganan Kasus Difteri di Pessel. Dinkes Pessel : Pasien Suspect Diperlakukan Sama Dengan Penderita Difteri

220
×

Penanganan Kasus Difteri di Pessel. Dinkes Pessel : Pasien Suspect Diperlakukan Sama Dengan Penderita Difteri

Sebarkan artikel ini
Dinkes Pessel bersama tim saat melakukan cek terhadap orang yang kontak dengan pasien suspect difteri. 

PAINAN, RELASIPUBLIK – Dinas Kesehatan Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel) hingga kini, tetap melakukan beberapa upaya pencegahan terhadap penyakit Difteri di daerah itu.

Kepala Dinas Kesehatan Pessel Syahrizal Antoni, melalui Kabid Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P), Satria Wibawa menyebutkan, bahwa pencegahan utama kasus Difteri adalah dengan cara melakukan imunisasi difteri kepada bayi di bawah satu tahun hingga kelas lima SD.

“Terkait suspect difteri yang diderita oleh pasien Mutia Ervi (13), warga Sago, Kecamatan IV Jurai beberapa waktu lalu, saat ini kondisinya sudah mulai membaik. Dalam penanganan kasus ini, meski dikatakan baru suspect (dugaan), namun perlakuannya tetap sama dengan pasien penderita difteri,” jelasnya saat ditemui Haluan diruangannya. Kamis (4/1).

Dikatakannya, Dinkes Pessel bersama Dinkes Provinsi dan pihak RSUD M.Zein Painan, Puskesmas Salido, sudah melakukan cek kelapangan terhadap orang yang kontak dengan pasien. Menurutnya, sebanyak 28 orang sudah diberikan penyuluhan dan obat.

“Terhadap orang yang kontak dengan pasien, 20 diantaranya berasal dari pihak keluarga lingkungan pasien. Sementara 8 orang lagi, mereka yang bertugas di RSUD M. Zein Painan. Keseluruhannya sudah kita beri obat Profilaksis Erythromycin 4×500 mg sebagai upaya pencegahan,” sebutnya.

Lebih lanjut dijelaskan, keberhasilan pencegahan difteri dengan imunisasi sangat ditentukan oleh cakupan imunisasi. Sebab, Kementerian Kesehatan telah melaksanakan program imunisasi difteri, yaitu vaksin DPT. Sehingga dengan cakupan imunisasi yang tinggi, kata dia, benar-benar bisa melindungi masyarakat sejak lahir.

“Namun, yang terpenting adalah pola hidup PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat), tujuannya untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak,” katanya.

Ia menghimbau, agar masyarakat tetap waspada terhadap penyakit difteri, meskipun di Pessel sendiri belum dinyatakan pasien positif Difteri.

“Jika ada tanda-tanda difteri, maka segera lapor ke puskemas, pustu atau posyandu, agar segera memdapat pertolongan untuk ditindak lanjuti,” ujarnya.

Merujuk kepada data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), sampai November 2017, sebanyak 11 Provinsi sudah melaporkan Kejadian Luar Biasa (KLB) difteri.

Adapun 11 Provinsi tersebut, Sumatera Barat, Jawa Tengah, Aceh, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, Riau, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Timur.

“Jauh hari sebelumnya kita sudah mengintruksikan kepada seluruh Puskesmas hingga tingkat bawah, untuk memberikan vaksin dan obat, jika ada yang terindikasi difteri,” tegasnya.

Menurutnya, Difteri merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diptheriae yang menular dan sangat berbahaya. Sehingga bisa mengakibatkan kematian lantaran sumbatan saluran nafas dan menimbulkan komplikasi pada jantung, gagal ginjal, gagal napas dan gagal sirkulasi.

“Penyakit difteri itu gejalanya radang saluran nafas, ada selaput putih dan gampang berdarah, dan toksinnya itu yang bahaya, bikin kelainan jantung hingga menyebabkan meninggal dunia,” terangnya.

Dikatakannya, Difteri sendiri menimbulkan gejala dan tanda berupa demam 38ºC. Dan munculnya selaput di tenggorokan berwarna putih keabu-abuan yang mudah berdarah jika dilepaskan dan sakit waktu menelan.

“Kadang-kadang disertai pembesaran kelenjar getah bening leher dan pembengkakan jaringan lunak leher yang disebut bullneck. Difteri dapat menyerang orang yang tidak mempunyai kekebalan pada tubuh, terutama anak-anak,” jelasnya.

Pihaknya menghimbau, dalam menyikapi terjadinya kasus Difteri di Pessel, masyarakat dianjurkan untuk memeriksa status imunisasi putra-putrinya agar mengetahui status imunisasinya sudah lengkap sesuai jadwal atau tidak.

Masyarakat juga diminta untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, menggunakan masker bila sedang batuk dan segera berobat ke pelayanan kesehatan terdekat jika anggota keluarganya ada yang mengalami demam disertai nyeri menelan, terutama jika didapatkan selaput putih keabuan di tenggorokan.

Pencegahan utama Difteri adalah dengan cara imunisasi. Indonesia telah melaksanakan Program imunisasi termasuk imunisasi Difteri sejak lebih 5 dasa warsa. Vaksin untuk imunisasi Difteri ada 3 jenis, yaitu vaksin DPT-HB-Hib, vaksin DT, dan vaksin Td yang diberikan pada usia berbeda. Imunisasi Difteri diberikan melalui Imunisasi Dasar pada bayi (di bawah 1 tahun) sebanyak 3 dosis vaksin DPT-HB-Hib dengan jarak 1 bulan. Selanjutnya, diberikan Imunisasi Lanjutan (booster) pada anak umur 18 bulan sebanyak 1 dosis vaksin DPT-HB-Hib, pada anak Sekolah Dasar kelas 1 diberikan 1 dosis vaksin DT, lalu pada murid kelas 2 diberikan 1 dosis vaksin Td, kemudian pada murid kelas 5 diberikan 1 dosis vaksin Td.

“Keberhasilan pencegahan Difteri dengan imunisasi sangat ditentukan oleh cakupan imunisasi, yaitu minimal 95%,” tutupnya.

Sebelumnya, seorang pasien bernama Mutia (13), warga Sago, Kecamatan IV Jurai, Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel), di RSUD M.Zein Painan, dilaporkan terindikasi Difteri hingga akhirnya harus dirujuk ke RSUP M.Djamil Padang, pada Selasa (2/1).

Kabid Pelayanan Medis RSUD M.Zein Painan, Vera Kornita mengatakan, dugaan Difteri tersebut terindikasi pada Senin malam, saat itu pasien langsung dilarikan ke RSUP M.Djamil Padang.

“Saat itu, pasien masih suspect dengan adanya tanda membran putih di mandelnya dan merasa sakit saat menelan. Tetapi kami belum bisa memastikan, apakah itu Difteri. Sebab, hasil nanti ditentukan dari uji kultur (laboratorium) dari apus tenggorokan pasien,” terangnya.

Lebih lanjut dikatakan, saat ini pihaknya masih belum bisa menyimpulkan secara pasti penyakit yang diderita pasien. Dikarenakan masih menunggu hasil kultur terlebih dahulu oleh laboratorium RSUP M.Djamil Padang.

“Tadi poto pasien sudah kita kirim langsung ke kementerian pusat, mereka menjelaskan gejala yang diderita pasien tidak terindikasi virus Difteri. Jadi, untuk saat ini status pasien masih dicurigai. Kita masih menunggu hasil uji laboratorium selama 5 hari kedepan atau satu minggu dari sekarang. Nanti kita tunggu saja bagaimana kepastian hasilnya,” jelasnya.

Sementara itu, Kadis Kesehatan Pessel Syahrizal Antoni, melalui Kabid Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinkes Pessel, Satria Wibawa menyebutkan, meski gejala difteri masih dikatakan suspect (dugaan), sebagai bentuk antisipasi pihaknya akan segera menindaklanjuti terhadap orang yang menjalin kontak langsung dengan pasien.

“Walaupun masih dikatakan suspect, untuk pencegahan awal, pihak kita akan memberikan vaksin dan obat kepada orang yang kontak dengan pasien. Langkah ini, supaya kekhawatiran selama ini, tidak berdampak terhadap masyarakat lain. Besok kita akan turun bersama tim dari Provinsi ke Sago, Kecamatan IV Jurai,” jelasnya.

Dikatakannya, pihaknya juga akan meningkatkan penyuluhan dan pencegahan Difteri di daerah itu (Pessel). Hal itu, kata dia, jauh hari sebelumnya sudah dilakukan ditingkat bawah, seperti Posyandu, Pustu dan tempat umum yang biasa menjadi pusat informasi masyarakat.

“Untuk pencegahan, sebelumnya kami sudah mengirim surat edaran ketingkat bawah. Dan kami juga akan melakukan penyuluhan di posyandu, pustu dan majelis taklim. Besok Dinas Kesehatan Provinsi juga akan datang kesini. Terkait hal ini, kami meminta masyarakat agar selalu menjaga kebersihan lingkungan, yang terpenting adalah selalu berikan imunisasi kepada anak usia lima tahun kebawah (balita) sekali sebulan dan itu sudah kita sediakan,” ajaknya. (Rel/Ks)

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *