Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
BERITA UTAMADAERAHTERBARU

Pemuda Asal Aceh Pamerkan Keupiah Meukeutop di Mesjid Quba Emas Brunei Darussalam

412
×

Pemuda Asal Aceh Pamerkan Keupiah Meukeutop di Mesjid Quba Emas Brunei Darussalam

Sebarkan artikel ini

BIREUEN-ACEH, RELASIPUBLIK.- Keupiah Aceh Meukeutop kini jadi ngetrand di masyarakat, baik dikalangan muda maupaun orang tua. Sebelumnya keupiah ini hanya sebagai identitas Aceh dari peninggalan masa kerajaan Aceh. Namun akhir-akhir ini menjadi tranding bagi masyarakat Aceh. Jum’at (22/05/2020).

Ada beberapa jenis dari keupiah ini mulai dari yang bentuk tinggi seperti yang biasa digunakan oleh pengantin pria di Aceh, ada yang sedikit lebih rendah, dan ada yang berbentuk peci bulat biasa. Yang berbentuk peci bulat biasalah yang kini menjadi idola para lelaki Aceh. Walau berbeda-beda bentuknya namun warna dan motifnya tetap sama.

Keupiah ini di produksi di Aceh oleh pengrajin biasa bukan dari pabrik atau menggunakan mesin yang canggih. Produksi ini termasuk kedalam Home Industri atau industri keluarga.

Ziaul Fahmi, salah seorang pemuda Aceh yang juga Duta Bahasa Favorit Provinsi Aceh 2018 memperkenalkan keupiah ini hingga ke Negeri Brunei Darussalam tepatnya di mesjid berkuba Emas.

Pemuda yang berasal dari Bireuen ini mengaku sengaja membeli dan membawa keupiah ini ke negeri Brunei untuk dipamerkan sembari memperkenalkan identitasnya dari Nanggroe Aceh Darussalam.

“Saya berangkat ke Brunei untuk mengikuti event olahraga tetapi saya sengaja membawa keupiah ini sebagai identitas dari Aceh dan saya bangga melakukan itu”. Ungkap Ziaul.

Ziaul berangkat ke Brunei pada akhir desember 2019 hingga awal Januari 2020 bersama rekannya Mulya Bijeh Mata yang juga merupakan seniman Aceh di bidang Seni Tutur yang telah mewakili Indonesia ke Mesir 2017 silam.

“Saya berangkat ke Brunei bersama teman saya yang sangat menggeluti seni dan peduli sejarah Aceh, beliau juga membawa keupiah meukeutop namun bentuknya berbeda, yaitu agak sedikit lebih tinggi dari yang saya miliki dan sekarang keupiah itu sudah saya berikan kepada orang Brunei sebagai kenang-kenangan. Beliau sangat senang dan akan memakainya untuk shalat di mesjid.

Selain itu, dikala maraknya pemakai keupiah meukeutop semakin mencerminkan bahwasanya orang Aceh sudah mulai bertambah lagi kecintaannya terhadap adat dan budaya Aceh itu sendiri dan mencintai produk-produk Aceh.
Tidak hanya keupiah namun kain sarung bermotif pintu Aceh pun mulai ramai penggunanya.

“Saya berharap kecintaan kita kepada produk Aceh semakin meningkat untuk memajukan perekonomian dan menjadikan masyarakat semakin cinta akan budaya sendiri”. tutup Ziaul Fahmi. (Hardani)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *