Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
BERITA UTAMADAERAHPENDIDIKANSENI & BUDAYA

Kemendiknas Yusmawati : Pemda Jangan Alergi Dengan Pelaku Seni

138
×

Kemendiknas Yusmawati : Pemda Jangan Alergi Dengan Pelaku Seni

Sebarkan artikel ini
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI, saat menggelar pelatihan peningkatan Kompetensi Bidang Kesenian kepada pegiat seni di Kabupaten Pesisir Selatan. Bertempat di Langkisau Resort. 

PAINAN, RELASIPUBLIK – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI, menggelar pelatihan peningkatan Kompetensi Bidang Kesenian kepada pegiat seni di Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel).

Kepala Sub Direktorat Pembinaan Tenaga Kesenian Kemendiknas Yusmawati, mengatakan, kegiatan tersebut rencananya akan digelar selama lima hari (5-9 April 2018), bertempat dihotel Langkisau Resort, Salido, Painan.

“Kegiatan ini, merupakan program pemerintah melalui Subdit PTK Direktorat Kesenian Kemendikbud. Khususnya, untuk menggenjot kemampuan para Pegiat Seni di daerah,” sebutnya saat pembukaan pelatihan Kompetensi Bidang Kesenian, Kamis (05/04/2018).

Ia menyebutkan, selama ini perhatian pemerintah terhadap kesenian tradisional di berbagai daerah terkesan masih sangat kecil. Sehingga mengakibatkan pelaku seni susah untuk berkembang dan dikenal secara luas masyarakat umum.

“Tujuan kita menggelar pelatihan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam manajemen seni serta pertunjukan. Selain itu, bagaimana menjalin hubungan yang baik antara pelaku (pegiat) seni dan pemerintah agar mampu meningkatkan kreatifitas serta kualitas yang handal pada bidangnya,” ungkapnya.

Lebih lanjut kata dia, sebagaimana diketahui Pesisir Selatan merupakan salah satu daerah terbanyak pegiat seni dan budaya. Bahkan, tanpa seni dan budaya pemerintah tidak bearti apa-apa.

“Jadi, kita berharap emerintah jangan alergi dengan pelaku seni dan budaya. Pemda harus membuka ruang dan bekerjasama dengan mereka. Bahkan, pegiat seni dan budaya yang ada di Jakarta, banyak berasal dari daerah Pesisir Selatan,” katanya.

Menurutnya, kegiatan pelatihan tersebut juga menghadirkan pelaku seni yang handal pada masing-masing bidangnya. Seperti, Soni Sumarsono (IKJ) untuk materi tata cahaya /lighting dan seni panggung, Ratna Riantiarno (praktisi) dalam materi Manajemen Seni Pertunjukan, Sari Majid untuk materi stage manajemen, dan Bambang Paningron (Budayawan).

“Kita berharap pegiat seni dalam menggelar event seni/pertunjukan, mampu membawa nilai lebih di sisi entertainnya. Sehingga kedepannya diharapkan pertunjukan selanjutnya akan lebih berkesan dan pastinya lebih banyak diminati kalayak ramai,” ungkapnya.

Dijelaskannya, sepanjang tahun 2018, Kemendikbud akan menggelar pelatihan pada 5 daerah yang ada di Indonesia, yakni Kabupaten Pesisir Selatan, Sumbar, (5-9 April 2018), Banyumas, Jawa Tengah (30 April-4 Mei), Banjarmasin, Kalimantan Selatan (6-10 Mei), Lembata, Nusa Tenggara Timur (21-26 Mei), dan Toraja, Sulawesi Selatan (10-14 Juli 2018).

“Untuk Provinsi Sumatera Barat, kita memang memilih Pessel sebagai lokasi pelatihan. Sebab, disini banyak para pegiat seni yang kreatif. Selain itu, potensi wisata alam yang dimiliki daerah sangat luar biasa. Terutama kawasan wisata terpadu Mandeh yang sudah dikenal sejak lama. Dan ini merupakan salah satu alasan kita bersama,” ungkapnya sambil tersenyum.

Sementara itu, Kabid Kebudayaan Pessel, Irfan Rizal mengatakan, Kabupaten Pesisir Selatan merupakan daerah gudang seni dan budaya di Sumbar. Namun, belum terpublikasi dan terjamah secara luas. Ia berharap, dengan digelarnya kegiatan pelatihan tersebut, maka generasi muda mampu berkembang dengan baik, sehingga sangat diharapkan kegiatan itu mampu memberi manfaat yang positif bagi pelaku seni seni dan budaya di Pessel.

“Kita akui, pada kondisi sekarang generasi muda sudah banyak yang tidak tertarik dengan seni dan budaya tradisional. Sehingga kita harapkan pelatihan ini benar-benar mampu memberikan manfaat yang pisitif. Selain itu, dukungan dari pemerintah pusat juga kita harapkan, agar lebih banyak bantuan ke sanggar seni yang ada di Pessel. Saat ini, baru ada 80 sanggar yang aktif. Dan kami juga mengajukan revitalisasi berbiola. Sebab, sejak dulu dengan biola orang bakaba (bercerita) dan itu bisa dijadikan sebuah buku, seperti kaba Gadih Basanai,” sebutnya penuh harap. (Rel/ks)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *