Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
BERITA UTAMADAERAHTERBARU

Harga Karet Terus Anjlok, Masyarakat Lagan Hilir Punggasan Menjerit

166
×

Harga Karet Terus Anjlok, Masyarakat Lagan Hilir Punggasan Menjerit

Sebarkan artikel ini

PAINAN, RELASIPUBLIK – Masyarakat Lagan Hilir Punggasan, Kecamatan Linggo Sari Baganti, Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel) terus saja terpekik. Pasalnya, harga getah karet di daerah itu terus saja merosot hingga angka Rp7000 per kilo. Kondisi tersebut membuat petani setempat semangkin lesu karena kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.

Zulkarnatra (50), kepala Kampung setempat menyebutkan, kondisi itu terjadi sejak tiga bulan terakhir. Ia mengakui menurunnya harga getah karet sangat berdampak buruk terhadap ekonomi masyarakat sekitar. Sebab, sebanyak 800 KK yang ada di Kenagarian Lagan Hilir Punggasan, sekitar 90 persen mereka menggantungkan hidup dengan cara berladang karet.

“Saat ini harga karet kembali turun mencapai angka Rp6.500-Rp7000 perkilo. Semula sempat naik mencapai Rp11.000 namun hanya bertahan sekitar tiga minggu saja. Kondisi seperti ini tentu membuat masyarakat kita menjadi tidak berdaya,” ungkap Kepala Kampung Lagan Hilir Punggasan, yang juga mengaku memiliki lahan kebun karet sekitar 1 hektare.

Ia mengatakan, dahulu saat harga karet masih normal, mampu mencapai angka Rp11.000-13.000. Bahkan pada tahun 2012 masyarakat Nagari Lagan Hilir Punggasan pernah menikmati harga getah karet mencapai angka Rp18.000-Rp25.000 perkilo.

“Saat ini masyarakat banyak beralih profesi ke pekerjaan lain. Sebagian dari mereka ada yang kembali turun ke sawah bahkan pergi merantau untuk mengadu peruntungan, sebagian lagi ada yang menetap di kampung dengan cara membuka warung kecil di depan rumah,” ungkapnya.

Menurutnya, anjloknya harga karet sangat berdampak buruk terhadap kehidupan perekonomian keluarga. Bahkan hal itu dikhawatirkan juga akan mempengaruhi lingkungan masyarakat para generasi muda untuk berbuat hal-hal diluar batas kewajaran, seperti maraknya pencurian dan sebagainya.

“Bahkan, sejak harga karet anjlok, kami dari pemerintahan nagari juga kesulitan melakukan penagihan pajak Bumi dan Bangunan (PBB) kepada masyarakat. Kita berharap kondisi ini juga menjadi perhatian serius dari Pemkab Pessel melalui dinas terkait,” harapnya.

Hal senada dikatakan masyarakat setempat Ruli (38), jika cuaca dalam keaadan cerah dan tidak hujan, maka dalam seminggu kebun miliknya mampu menghasilkan getah karet 10 hingga 15 kilogram. Namun, jika dijual harganya tetap tidak seberapa.

“Jika dijual paliangan kita mampu mengumpulkan uang sekitar 70 ribu hingga 105 ribu. Namun, itu masih harga kotor dan belum dipotong biaya perawatan dan sebagainya. Dengan kondisi ini, kami sangat sulit mencukupi kebutuhan keluarga,” sebutnya dengan nada mengeluh.

Ia mengatakan, masyarakat di Kenagarian Lagan Hilir Punggasan benar-benar kewalahan dengan anjloknya harga karet tersebut. Ditambah pula, akhir-akhir ini cuaca kurang bersahabat sehingga petani karet sering mengurungkan niat untuk pergi memanen (manakiak) getah karet ke kebun masing-masing.

“Sudah hampir tiga minggu saya enggan ke kebun. Pasalnya harga getah karet tidak lagi menggiurkan. Sedangkan kebutuhan ekonomi keluarga semangkin menuntut kita pada kondisi saat ini. Jika harga karet terus menerus turun, bagaimana nasib keluarga kami kedepan,” ungkapnya dengan nada polos.

Sementara itu, Busri (45) salah satu pengumpul karet di Kenagarian Lagan Hilir Punggasan, mengaku harus membeli getah karet petani dengan kisaran harga antara Rp6.500 hingga Rp7000 perkilo. Hal itu dikarenakan harga jual ke pengepul (toke besar) hanya mencapai Rp8000 basah hingga Rp10.000 kering.

“Sejak harga getah karet terus merosot, petani disini enggan panen karet dan kita juga bingung untuk menaikan harga. Akibatnya stok kita juga sedikit. Dulu saat harga karet mencapai Rp12.000 kita bisa kumpulkan karet 8 ton sekali seminggu dari petani. Kalau sekarang kita hanya mampu kumpulkan 2 ton perminggu itupun kita harus berpandai-pandai dengan masyarakat,” terangnya. (Rel/Ks)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *