Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
BERITA UTAMAOPINIPENDIDIKANTERBARU

Cara Menyelesaikan Masalah dari Sudut Pandang Psikologi

2406
×

Cara Menyelesaikan Masalah dari Sudut Pandang Psikologi

Sebarkan artikel ini

Masalah adalah hal yang lumrah dialami setiap orang, selama masih berada dibumi allah ini masalah tak akan pernah putus bahkan ada pepatah yang mengatakan ”tidak ada orang di dunia ini yang tidak akan mendapat masalah”. Semua manusia pasti akan mengalami yang namanya masalah, baik dia kaya, miskin, pejabat, orang biasa dan lain-lain siapa pun itu masalah pasti akan datang, masalah tidak pernah pandang bulu.

Defenisi masalah itu sendiri bisa diartikan sebagai sesuatu yang menghalangi kita dalam mencapai yang diharapkan. Sebenarnya masalah itu timbul dari diri kita sendiri, mudah atau rumitnya suatu masalah tergantung prasangka dari individu semata. Prasangka itu muncul akibat kurang seimbangnya keinginan dan kenyataan yang harus dihadapi, memiliki prasangka yang berlebihan akan ini akan mengakibatkan terganggunya psikologis seseorang yakni berupa tekanan atau depresi. Masalah bisa kita ibaratkan sebagai pisau bermata dua, dalam satu sisi memang memiliki masalah adalah hal yang kurang baik, karena ditakutkan kita larut didalam masalah tersebut dan kita tidak mampu mengontrol masalah itu sendiri dengan baik, sehingga kemungkinan hal-hal buruk bisa saja terjadi. Tetapi disisi lain masalah sangat banyak mamfaatnya bagi diri kita, disini lah kita mengalami proses yang namanya proses belajar dan pendewasaan diri.

Seperti yang penulis bilang di awal masalah itu tidak selamanya buruk, tetapi kalau kita larut didalamnya akan menjadi hal yang sangat tidak baik. Disini penulis akan membahas bagaimana cara menghadapi masalah sehingga dapat terpecahkan. Pemecahan masalah dari sudut pandang psikologi.

Menurut G. Polya 2018, ada empat langkah dalam pemecahan masalah yaitu sebagai berikut:

Memahami/Mengerti masalah (understand the problem) Tahap pertama pada penyelesaian masalah adalah memahami soal/masalah. Kita perlu mengidentifikasi apa yang diketahui, apa saja yang ada, jumlah, hubungan dan nilai-nilai yang terkait serta apa yang sedang mereka cari. Beberapa saran yang dapat membantu kita dalam memahami masalah yang kompleks: memberikan pertanyaan mengenai apa yang diketahui dan dicari, menjelaskan masalah sesuai dengan kalimat sendiri, menghubungkannya dengan masalah lain yang serupa, fokus pada bagian yang penting dari masalah tersebutl.

Membuat rencana (devise a plan) Kita perlu mengidentifikasi masalah yang ada, membuat trategi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah yang ada. Hal ini bisa dilakukan individu dengan cara seperti merumuskan masalah dari yang bersifat khusus kemasalah yang bersifat umum ( penalaran induktif), atau dari hal yang bersifat umum kemasalah yang bersifat khusus (penalaran dedeuktif). Sehingga mudah kita mengidentifikasi masalah tersebut hingga akhirnya Setelah diidentifikasi masalahnya dapat kita rencanakan apa yang dapat kita lakukan dalam upaya pemecahan masalah ini.

Melaksanakan rencana (carry out the plan) Apa yang diterapkan jelaslah tergantung pada apa yang telah direncanakan sebelumnya, kita melaksanakan rencana yang sudah kita rencanakan sebelumnya, dan catatan perlu mempertahankan rencana yang sudah dipilih. Jika semisalnya rencana tersebut tidak bisa terlaksana dengan baik , maka kita dapat memilih cara atau rencana lain yang paling tepat untuk dapat memecahkan masalah ini

Melihat kembali (looking back) Aspek-aspek berikut perlu diperhatikan ketika mengecek kembali langkah-langkah yang sebelumnya terlibat dalam menyelesaikan masalah, yaitu: mengecek kembali semua informasi yang penting yang telah teridentifikasi, mengecek semua penghitungan yang sudah terlibat, mempertimbangkan apakah solusinya logis, dan melihat alternatif penyelesaian yang lain.

Kemampuan anak dalam pemecahan masalah sangat berkaitan dengan tingkat perkembangan mereka. Karena setiap perkembangan anak memiliki kemampuan tersendiri dalam pemecahan suatu masalah, dengan demikian masalah-masalah yang berkaitan pada anak tingkat kesulitannya harus disesuaikan dengan perkembangan mereka. Semakin tinggi kemampuan seseorang maka semakin sanggup merumuskan tujuannya dan mempunyai inisiatif tanpa menunggu perintah dari orang lain. Dalam buku Andy Iskandar yang berjudul pratical problem solving, didalam buku itu disebutkan tiga prinsip dari problem solving (pemecahan masalah) yang terkait dengan mindset kita dalam pemecahan masalah yakni problem solving merupakan keterampilan dan kebiasaan yang bisa dipelajari bukanlah bakat yang hanya dimiliki oleh sebagian orang, problem solving bukan hanya merupakan keterampilan saja melainkan berupa kerangka berpikir yang sistematis dan utuh untuk mendapatkan solusi, problem solving merupakan kombinasi antara berpikir dan bertindak jika hanya melakukan salah satunya tidak akan membuatmu mencapai apa pun.

Menurut ken Watanabe dalam buku problem solving 101 mengatakan bahwa ada empat sikap mentalitas yang harus kita hindari dalam pemecahan suatu permasalahan yaitu:

Sikap takut gagal, orang-orang ini melihat masalah sebagai suatu kendala yang harus dihindari karena takut gagal jka mencoba untuk memecahkannya. Orang yang memiliki sikap seperti ini lebih cenderung menghindar dari masalah dan tidak berani menghadipinya.

Sikap suka mengkritik, ketika sedang berhadapan dengan suatu masalah maka orang yang memiliki sikap seperti ini cenderung untuk menyalahkan hal-hal yang ada diluar dirinya. Seperti “ Ah ini kan salah dia tuh” itu adalah salah satu contoh kata-kata yang keluar dari orang yang memiliki sikap suka mengkritik.

Sikap “pemimpi”, orang yang memiliki sikap seperti ini biasanya mencoba untuk menganalisis masalah yang ada dengan teliti dan sungguh-sungguh. Ketika solusi didapatkan dia tidak mau melakukannya. Pada solusinya sudah jelas namun dia ingin agar orang lain yang melaksanakannya, bukan dirinya.

Sikap reaksi cepat, adalah orang-orang yang maunya yang mau langsung kepada kesimpulan, langsung memberikan solusi tanpa mau berdiam diri untuk menganalisis masalahya orang ini juga disebut jump to solution penyebab hal ini terjadi ketika merasa banyak pengalaman sehingga ketika ketemu masalah akan langsung bilang “Ahh ini sih pasti begini. Dari dulu juga begini solusinya”, padahal setiap masalah tidak selalu sama dalam pemecahan maslahnya

Sebenarnya bagiamana kita berpikir tentang masalah jauh lebih penting daripada masalah itu sendiri, ilustrasinya didepan kita ada masalah, yang besarnya sebesar botol air mineral (100ml). pada saat kita berhadapan dengan botol itu , tiba-tiba masalahnya seolah-olah sebesar galon. Pada fakta dan data membuktikan bahwa masalahnya hanya sebesar botol yang sedang (100ml). Siapa yang membuat seolah-olah masalah tersebut membesar sebesar kapasitas galon? Pikiran kita. Begitupun sebaliknya masalah yang sebesar botol air mineral bisa saja mengecil sebesar air dalam gelas, apa yang membuat hal itu terjadi? Pikiran kita. Oleh karena itu Norman Paele mengatakan agar selalu berfikir positif. Kalau secara mindset kita sudah positif dan optimis maka masalah itu sudah 50% terselesaikan. Tapi kalau secara mindset kita berpikir negatif dan pesimis, maka masalah itu masih 0% terselesaikan atau bahkan minus sekian persen terlesaikan. Begitulah kehidupan kita tidak lebih tetang pikiran kita sendiri.

Apabila dapat menerapkan cara-cara dalam pemecahan masalah dan sikap-sikap yang harus dihindari dalam pemecahan masalah dengan baik dan pikiran kita dapat kita kontrol dengan baik masalah yang kita hadapi sebesar apapun itu akan mudah kita hadapi, jadi tetaplah jaga pikiranmu untuk selalu berpikir positif.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *