PADANG, RELASI PUBLIK — Jubir Otewe Sumbar, Maidestal Hari Mahesa, menyebut bahwa banyak faktor yang menyebabkan naiknya elektabilitas Epyardi Asda dan stagnannya elektabilitas Mahyeldi pada hasil survei Integral.
Faktor pertama, masyarakat mendapatkan informasi yang utuh dan langsung dari Epyardi. Esa mengatakan bahwa selama ini masyarakat mendapatkan informasi yang tidak utuh tentang Epyardi di media sosial. Epyardi disebut sebagai sosok yang pemarah dan arogan dalam beberapa video yang viral. Menurut Esa, hal tersebut merupakan kampanye hitam terhadap Epyardi yang dilakukan oleh orang yang tak suka kepada Epyardi.
“Padahal, Pak Epyardi marah karena ada sebabnya. Setelah Pak Epyardi menjelaskan kepada masyarakat tentang alasan kemarahannya, masyarakat bisa menerima dan memahaminya, bahkan mendukungnya,” ujar Esa di Padang, Rabu (19/6/2024).
Faktor kedua, sejak Epyardi dan tim gencar turun ke lapangan dan bertemu dengan masyarakat, masyarakat jadi tahu program Epyardi untuk memajukan Sumbar jika ia jadi gubernur. Masyarakat tertarik terhadap program yang ditawarkan Epyardi.
“Faktor lain, masyarakat sudah jenuh dengan kepemimpinan kader PKS sebagai Gubernur Sumbar selama 15 tahun ini karena pembangunan berjalan dengan lamban. Sementara itu, tidak ada tokoh lain yang muncul untuk melawan dominasi kader PKS sebagai gubernur Sumbar kecuali Epyardi. Hanya Pak Epyardi yang secara terang-terangan berani menantang Mahyeldi pada Pilgub Sumbar 2024,” tutur Esa.
Faktor keempat, Epyardi dianggap sosok yang pantas untuk memimpin Sumbar. Esa menjelaskan bahwa anggapan itu muncul setelah masyarakat melihat prestasi Epyardi selama menjadi Bupati Solok dan pengalamannya menjadi anggota DPR tiga periode.
Faktor kelima, masyarakat menyukai karakter Epyardi, yang terkenal tegas dalam bekerja dan ikhlas dalam mengabdi kepada masyarakat. Esa mengatakan bahwa Epyardi tegas dalam menjalankan aturan dan menegakkan disiplin, serta ikhlas dalam mengabdi kepada masyarakat karena ia tak mengharapkan apa-apa selain hanya ingin bermanfaat bagi orang banyak dan menjadikan jabatan sebagai ladang amal untuk bekal akhirat.
Faktor terakhir, banyak kasus dugaan korupsi di Pemprov Sumbar yang terkuak. Yang baru-baru ini terkuak adalah kasus dugaan penggelembungan dana pengadaan alat praktik siswa SMK tahun 2021 di Dinas Pendidikan Sumbar dan kasus dugaan penggelembungan dana pengadaan face shield di BPBD Sumbar.
“Selama ini masyarakat tidak tahu kasus-kasus dugaan korupsi di Pemprov Sumbar. Kini masyarakat sudah tahu karena kasus tersebut diberitakan media,” ujar Esa.
Sebelumnya, lembaga survei Integral Research and Communication mengeluarkan hasil survei yang menunjukkan bahwa elektabilitas bakal calon Gubernur Sumbar, Mahyeldi, hampir disusul oleh Epyardi Asda. Survei tersebut dilakukan terhadap 1.200 responden pada 26 Mei-8 Juni 2024. Survei itu merekam, dalam simulasi terbuka calon gubernur pilihan publik, tingkat elektabilitas Mahyeldi sebesar 31,2 persen, sedangkan Epyardi 27,5 persen.
Jika dibandingkan dengan survei enam bulan lalu, terlihat adanya perubahan yang cukup besar. Itu terjadi karena adanya peningkatan elektabilitas Epyardi dan penurunan tingkat keterpilihan Mahyeldi. Pada Januari 2023, Mahyeldi berada di posisi pertama dengan elektabilitas 55 persen, sementara elektabilitas Epyardi baru 3,3 persen.
Survei merekam bahwa ada sekitar 28,8 persen responden yang belum menentukan pilihan, jika nanti hanya ada dua calon gubernur yang bertarung di pilkada.
Pada skema pertanyaan head to head, elektabilitas Mahyeldi dan Epyardi masih cukup berimbang. Ada sekitar 38,5 persen responden yang memilih Mahyeldi dan 32,7 persen responden yang memilih Epyardi.