PADANG, RELASI PUBLIK – Visual ajakan Cintailah Produksi Dalam Negeri, Belilah Hasil Karya Anak Negeri, sangat indak dilihat dan didengar, tapi faktanya apa?
Apalagi di bidang alat kesehatan terutama Reagen pendeteksi virus atau penyakit, cintailah dan mau beli kah buyer dalam negeri atas produk karya anak bangsa sendiri, sepertinya masih halusinasi dan pemanis bibir pengkampanye di media visual dan di akun media sosial.
Padahal untuk mengetahui virus sesak nafas, diagnostik dengan alat dimilki rumah sakit senilai Rp 5 miliar hasilnya 30 jam. Atau alat semi konvensional yang kebanyakan rumah sakit gunakan butuh paling lama 3 hari.
Eittss.. di PT Crown Tegnologi Indonesia (PT CTI) sebagai perusahaan startup memproduksi reagen berbagai jenis penyakit harganya hanya Rp 300 ribu dengan hasil diketahui cuman 3 jam
“Banyak lagi, ada sembilan reagen lagi yang tervalidasi dan diyakini berstandar internasional serta izin edar Kemenkes RI, harga murah tetap saja sulit diorder buyer,”ujar Konsultan PT CTI Dr Andani Eka Putra saat diskusi media, Jumat 3/11-2023 di sebuah ruangan Kantor PT CTI KM 17 By Pass Padang.
Tapi meski startup PT CTI punya roadmap target yang sedang dijalani perusahaan memproduksi KID Reagen itu.
“Target besar pada 2028 melantai di bursa efek lewat pola IPO (initial public offering). Sampai akhir 2023 kita target 30 Reagen produksi CTI sudah kantongi izin Kemenkes RI,”ujar Andani didamping Direktur PT CTI Andri.
Termasuk virus viral saat ini cacar monyet, pihaknya sudah melakukan analisis reagen tapi belum uji kontra.
“Sudah kita kaji dan sudah ada Kid Reagen nya, tapi belum bisa edar selain izin juga belum diuji kontra nya. Kalau Kemenkes mau pakai silahkan dan gratis,”ujar doktor yang viral saat pandemi menghantam Indonesia 2020-2022.
Sebenarnya kata Andani PT CTI didirikan dengan konsep bio Technology terpantik karena dominasi Alkes Impor.
“Saya ingat bagaimana saat pandemi covid-19, Indonesia panik mencari Reagen karena semua impor, padahal ahli kita bisa membuatnya, Indonesia kaya soal bahan baku untuk Reagen ini, kenapa tidak diproduksi sendiri. Ingat bangsa besar itu adalah bangsa yang dibangun dengan Kemandirian untuk kemaslahatan bangsa tidak tergantung impor termasuk soal Alkes,”ujar Andani.
Dan ingat PT CTI yang sore ini dikunjungi tokoh nasional Jusuf Kalla, kata Dr Andani terinspirasi Dr Achmat Muchtar, dia ahli bio dianogtis Diaku dunia.
“Tahun 1940-an beliau (Achakd Muchtar) sudah menjadi direktur di lembaga penemu Reagen dunia. Walau nasibnya tragis karena wafat setelah alami siksaan amat sangat oleh penjajah Jepang. Tapi kami menjadikan beliau inspirasi, bahwa Sumbar dan Indonesia umumnya ahli bio diognastik ini punya berlimpah,”ujar Andani.
PT CTI adalah bio teknologi pertama di luar Jawa. Ini jadi bukti bagaimana Sumbar bisa menjadi ranah investasi yang menjanjikan.
“Untuk suport riset jangan khawatir UNAND memiliki ribuan riset setiap tahunnya, PT CTI siap fasilitasi dan beli riset itu untuk membumikan hasil penelitian ahli hebat dimiliki UNAND,”ujar Andani.
Ayo mengaum keras di tanah Andalas ini, supaya bangsa besar ini mandiri Alkes
“Insya Allah validasi produk keluaran PT CTI sudah teruji dan siap bersaing dengan produk impor, harga murah dan kesahihan hasilnya sudah standar internasional,”ujar Andani.
Ketua Jaringan Pemred Sumbar Adrian Tuswandi termangu melihat realita buyer Alkes untuk laboratorium kesehatan itu.
“Percuma saja kampanye cintai produksi dalam negeri, kalau buyer di Indonesia masih getol impor Reagen, pertanyaan saya dan semua orang kok mau impro? Ada yang diuntungkan kah, atau buyer dalam negeri berburu cash back atau Plesiran dari produsen luar negeri itu, entahlah,”ujar Adrian Tuswandi. (Rilis)