PADANG, RELASI PUBLIK – Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Sumatera Barat Rina Pangeran menegaskan, kolaborasi dan sinergi semua pihak merupakan kunci agar iklim investasi di Sumatera Barat (Sumbar) nyaman dan kondusif. Rina menyampaikan, iklim investasi di Sumbar saat ini terbilang cukup kondusif.
“Untuk itu, iklim investasi yang telah terbangun itu mesti tetap terjaga dengan baik,” kata Rina Pangeran saat menjadi narasumber dalam program Dialog Detak Sumbar yang disiarkan Padang TV pada Rabu (20/9/2023) malam.
Dia mengatakan, pemberitaan konflik-konflik dunia usaha yang tak berimbang dan sepihak di Sumbar bisa mengganggu iklim investasi. Belum lagi pihak-pihak yang memanfaatkan konflik di dalam perusahaan untuk kepentingan pribadi dapat menggaggu kondusifitas industry. Hal itu, kata dia, juga membuat calon investor takut masuk ke Sumbar.
Dia mengatakan, banyak hal yang dipertimbangkan investor untuk menanamkan modal di suatu daerah. Seperti keamanan, kestabilan politik hingga penerimaan masyarakat akan investasi.
“Ini menjadi pertimbangan yang sangat penting bagi calon investor yang masuk ke Sumbar. Semua itu karena akan banyak uang yang dikeluarkan investor,” jelasnya.
Dia melanjutkan, yang juga menjadi pertimbangan investor adalah dukungan dari pemerintah. Dia menjelaskan bahwa investasi yang mereka tanam akan sia-sia apabila tidak didukung pemerintah.
“Semua ini dapat dikomunikasikan dengan baik sehingga berita yang diterima calon investor itu baik . Sehingga mau memutuskan untuk berinvestasi di Sumbar,” jelasnya.
Lebih lanjut, Rina menilai, usaha pemerintah dalam mengundang investor untuk menanamkan modal ke Sumbar sudah maksimal. Pemprov Sumbar dinilai sudah mempermudah perizinan bagi investor agar mau berinvestasi di daerah tersebut.
Selain itu, Pemprov juga rutin menggelar event guna mengundang investor untuk masuk ke Sumbar. Tak kalah penting, menurut Rina dalam menjaga iklim investasi di Sumbar adalah pemahaman masyarakat akan modal yang akan masuk ke Sumbar.
Rina memandang perlu sosialisasi kepada masyarakat guna menyikapi masuknya investasi ke daerah. Sehingga, masyarakat tahu akan pentingnya investasi bagi daerahnya dan bersikap positif terhadap datangnya investasi
“Perlu kita bangun dan tumbuhnya pemahaman akan pentingnya investasi. Dengan demikian, akan mendatangkan iklim investasi yang nyaman serta akan mendatangkan pemodal asing maupun dalam negeri ke Sumatera Barat,” katanya.
Pengamat Ekonomi Sepris Yonaldi mengatakan, Pemprov Sumbar menargetkan investasi Rp 5,1 triliun pada 2023. Realisasi baru di angka Rp 3 triliun lebih pada kuartal ketiga tahun ini. Dengan rincian, penanaman modal asing sebesar 1 triliun dan dan modal dalam negeri 2 triliun.
“Ini masih menjadi pekerjaan rumah. Ada 2 triliun lagi yang harus dikejar oleh Pemprov Sumbar,” katanya.
Rektor Universitas Taman Siswa itu menilai, perlu upaya-upaya khusus dari Pemprov Sumbar untuk mencapai target tersebut. Upaya khusus itu, kata dia, ditujukan untuk meyakinkan investor bahwa berinvestasi di Sumbar itu aman dan tidak ada masalah.
Ia menyebut masalah investasi di Sumbar hari ini merupakan kendala klasik seperti tanah Ulayat. Ia menyebut, Sumbar mempunyai permasalahan luar biasa mengenai persoalan tanah.
“Seperti tol belum terlihat kemajuan signifikan untuk selesai. Meski targetnya selesai 2023,” katanya.
Selanjutnya adalah persoalan energi, infrastruktur dan sumber daya manusia. Dikatakan, persoalan SDM tidak perlu dikhawatirkan, akan tetapi persoalan infrastruktur perlu menjadi perhatian.
“Pemprov harus bisa meyakinkan bahwa berinvestasi di Sumbar menguntungkan. Karena sederhananya siapapun berinvestasi akan mencari profit, berapa sih dapat margin, berapa lama modal kembali. Itu kan menjadi hitung -hitungan bagi pemodal,” kata dia. (AZ)