Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
BeritaBERITA UTAMANASIONALTERBARU

Yurnita Petani Sukses Dengan Pola Bertani Pokok Murah di Solsel

81
×

Yurnita Petani Sukses Dengan Pola Bertani Pokok Murah di Solsel

Sebarkan artikel ini
Yurnita warga Nagari Bomas, Sungai Pagu Solok Selatan meraih penghargaan dari Bupati Solok Selatan. (Foto dok/Rilis)

SOLSEL, RELASI PUBLIK – Yurnita mesti petani perempuan, tapi tangguh, dia tetap kukuh dengan menerapkan basawah pokok murah di lahan miliknya sendiri.

Meski awalnya tak didukung suami, karena sudah diolah pun hasil sawah tidak maksimal, apalagi tak diolah, itu dikatakan suaminya. Tapi Yurnita tak berpaling, kader pertama pelatihan Field Indonesia pada program Udara Bersih Indonesia (UBI) tekadnya sudah bulat.

“Meski ada pola modern dengan penggunaan mesin bajak, pupuk pestisida dan lainnya, saya ingin menerapkan basawah pokok murah lewat pola Mulsa Tanpa Olah Tanah dan Mulsa Jerami. Saya terobsesi sejak Tim FIELD Indonesia mensosialisasikan, basawah pokok murah, prinsip saya harus dicoba, sekalipun banyak yang meragukan,”ujar Yurnita.

Hasilnya, ternyata Yurnita sukses menerapkan Mulsa tanpa olah tanah itu, saat ini sudah tanam ke empat.

“Allhamdulillah, sejak tanam pertama hingga ketiga hasilnya jauh melebihi Bersawah dengan cara konvensional, modal pun sangat minim, hasilnya satu piring sawah setiap panen rata-rata enam karung padi,” ujarnya.

Tak hanya itu sukses Yurnita lewat program digelar Field Indonesia ini, telah menjadi virus kepada petani wanita lain di daerah Sungai Pagu Solok Selatan.

“Saya Berhasil mentransfer ilmu didapat dari pelatihan Field Indonesia kepada ibu tani di sini,” ujarnya.

Tekad mereformasi pola Bersawah Yurnita warga Nagari Bomas, Sungai Pagu Solok Selatan ini menjadi penggerak dan meraih penghargaan dari Bupati Solok Selatan tahun ini.

Dengan perhitungan yang bagus dari Yurnita, ternyata kata berbagai pihak di Sungai Pagu, bisa berkembang apalagi karakter sawah disini berlantai batu.

“Semakin sering menanam maka semakin dalam tanah sawah karena jerami. Membakar jerami disini jauh menyusut sejak saya berganti pola bertani,” ujarnya. (Rilis)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *