Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
BERITA UTAMADAERAHSENI & BUDAYA

Warisan Budaya Takbenda dari Solsel Ramaikan Festival Silat Nusantara

251
×

Warisan Budaya Takbenda dari Solsel Ramaikan Festival Silat Nusantara

Sebarkan artikel ini
Dua orang pandeka silek sedang unjuk kebolehan. (Foto dok Anto)

SOLOK SELATAN, RELASI PUBLIK—Silek Luncua yang merupakan seni beladiri dan budaya Minangkabau yang berkembang di Muaralabuh Solok Selatan sejak tahun 1920 hingga kini masih hidup dan berkembang di daerah tersebut.

Bahkan Silek Luncua yang juga dikenal dengan nama lain Silek Angku Rabun ini dalam waktu dekat akan tampil pada Festival Silat Tradisi Nusantara (FSTN) 2023 di Payakumbuh dalam waktu dekat ini.

Tak hanya Silek Luncua, kata Ketua IPSI Solok Selatan Ariyal Joni Dt Sutan Bandaro Padang, Silek Kumango yang merupakan salahsatu aliran silek utama khas Minangkabau yang tumbuh dan berkembang di Solok Selatan juga turut meramaikan FSTN 2023 yang bakal digelar di Payakumbuh pada 31 Juli – 3 Agustus2023 mendatang.

Selain itu kata Ariyal Joni Dt Sutan Bandaro Padang, satu lagi warisan budaya takbenda dari Solok Seklatan, yaitu Silek Pangean juga akan ambil bagian dalam ajang bergengsi tersebut.

Ariyal Joni mengatakan, berbagai aliran-aliran silek hingga saat ini masih tumbuh dan berkembang di Solok Selatan, baik itu silek darek yang dimodifikasi sedemikian rupa sesuai kondisi dan kebutuhan setempat yang kemudian menghasilkan silek khas Solok Selatan.

Dikatakan Ariyal Joni, tiga aliran silek yang akan tampil di FSTN 2023 itu, Silek Pangean, Silek Luncua serta Silek Kumango tersebut merupakan silek darek yang dimodifikasi sedemikian rupa, seperti Silek Kumango yang berbeda dari daerah asaknya Tanah Datar.

FSTN 2023 sendiri kata Ariyal Joni menambahkan, memang disiapkan sebagai festival untuk mewadahi sasaran-sasaran silek serta aliran-aliran dari berbagai kawasan di Sumatera Barat dengan keunikannya masing-masing, termasuk Solok Selatan.

“Di FSTN 2023 nanti aliran-aliran itu akan tampil dengan membawa kekhasan gerak yang berkembang di Solok Selatan. Mulai dari kuncian, sipak, hingga geleknya. Semuanya sedang kita persiapkan sebaik-sebaiknya,” ujarnya.

Meski begitu, Ariyal Joni menekankan bahwa tiga aliran tersebut belumlah dapat mewakili keragaman aliran silek di Solok Selatan.

“Tentulah kita tidak dapat membawa semuanya sekaligus, tidak ditampilkan semuanya,” katanya.

Menurutnya, walau aliran silek di Solok Selatan cukup banyak, namun festival-festival untuk mewadahinya bisa dikatakan masih minim. Banyak dari aliran-aliran silek itu yang jarang-jarang dimainkan di muka umum, bahkan beberapa aliran bersifat sangat rahasia.

Dengan adanya FSTN 2023 ini Ariyal Joni berharap akan bisa menjadi salah satu ruang untuk menjaga agar silek tetap eksis dan dapat mendorong aliran-aliran yang masih ‘menyembunyikan’ diri agar turun ke gelanggang, dengan demikian warisannya tetap hidup dan terjaga. (Anto)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *