Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
BERITA UTAMADAERAHPOLITIKTERBARU

Wali Nagari Binjai Bahari Datuak Majoleloi Menolak dengan keras People Power

814
×

Wali Nagari Binjai Bahari Datuak Majoleloi Menolak dengan keras People Power

Sebarkan artikel ini

PASAMAN, RELAAIPUBLIK – Pemilu pilres dan legislatif  baru saja usai, semua berjalan dengan aman terkendali, dan semua warga Kecamatan Tigo Nagari Khususnya Nagari Binjai Bahari sudah berpartisipasi memberikan hak suaranya di masing- masing TPS.

“Khusus bagi warga masyarakat Nagari Binjai Bahari Kecamatan  tigo nagari, saya sangat berterima kasih banyak atas kekompakannya,” kata Wali Nagari Binjai Bahari, Datuak Majolelo, Senin (20/05/19).

Datuak Majolelo melihat, antara warga dengan petugas penyelenggara pemilu, baik itu KPPS, PPS, PPK dan Bawaslu, TNI / Polri saling bahu-membahu dan  semuanya berjalan  lancar.

“Kita terimakasih kepada TNI, Polri yang sudah bekerja bahu untuk mengamankan  pemilu serentak 2019  ini.Maka dari itu, jangan lah ada perpecahan antara  sesama kita,” pungkasnya.

Sebab, katanya lagi, jika ini terjadi maka kita semua akan rugi. Untuk itu, kita jangan sampai terpancing dengan isu yang bisa membuat  perpecahan.

“Saya, Wali Nagari Binjai Bahari Kecamatan Tigo Nagari, secara  pribadi menolak people power, karena hal ini bisa mendatangkan pertikaian  di negari  PASAMAN — Terkait hiruk-pikuk mengenai gerakan people power menolak hasil pemilu yang ditetapkan KPU, menurut Yunzar Lubis, Ketua KPU Kab. Pasaman priode 2008 – 2013, gerakan tersebut bukanlah gerakan demokratis, karena sebelumnya tidak menggunakan saluran demokrasi yang ada. Kalau tidak munafiq terhadap komitmen demokrasi, maka saluran demokratis terhadap keberatan pada hasil pemilu adalah menggugat ke MK. Jika tidak menggugat, tetapi melakukan gerakan massa, maka gerakan tersebut adalah pemaksaan kehendak, gerakan pengikut diktator tulen, pemerkosaan terhadap kedaulatan rakyat.

Menurut Yunzar Lubis, kita rakyat negara demokrasi, berjalan sajalah dalam alur demokrasi. Dimana, pemindahan kekuasaan eksekutif dan legislatif, hanya satu-satunya melalui pemilu sebagai wadah musyawarah. Tugas rakyat dalam pemilu, hanya memilih, bukan memenangkan, yang memenangkan adalah suara Tuhan melalui suara terbanyak dari rakyat. Dan berpeganglah pada suara Tuhan itu sebagai yang mengaku hamba Tuhan.

Jika ada kecurangan, buktikan kecurangan itu melalui jalur demokrasi yang konstitusional. Jika tidak ada bukti, sportif sajalah mengakui hasil pemilu sebagai suara Tuhan. (ical)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *