Padang-relasipublik.com-hingga kini Pemerintah Sumatera Barat masih mengkaji ulang terkait stunting yang melanda tiga daerah di Sumbar.
Persoalan stunting anak bertubuh pendek di Sumatera Barat (Sumbar) semakin meluas. Saat ini sudah 3 daerah di Sumbar yang menjadi penyebaran tertinggi kasus stunting yakni Pasaman, Kabupaten Pasaman Barat, dan Kabupaten Solok.
Bahkan dalam kurun tiga tahun belakangan saja, tercatat angka stunting masih di atas 20 persen di daerah itu.
seperti yang disampaikan oleh Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit beberapa waktu yang lalu, kasus itu harus menjadi pekerjaan rumah Dinas Kesehatan dan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) serta bupati dan walikota untuk melengkapi gizi ibu hamil dan balita.
“Terpenting sekali membangun jamban yang layak supaya kasus diare tidak menyerang anak-anak. Sebab itu juga memicu stunting,” ungkap Wakil Gubernur Sumbar, Nasrul Abit, Rabu, 12 Maret 2019.
Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Utama BKKBN RI, Nofrijal menjelaskan, stunting juga disebabkan kurangnya asupan gizi pada anak. Untuk itu BKKBN akan memberikan edukasi dan pendampingan pada ibu yang memiliki bayi. Tujuannya agar para ibu benar-benar memberikan gizi yang cukup pada anak mereka.
“Untuk memerangi masalah stunting ini orang tua perlu dibekali pengetahuan tentang pola pemberian gizi yang tepat bagi masyarakat,” ulasnya.
Sementara itu, Kepala BKKBN Sumbar, Syahruddin mengungkapkan, beragam penyebab stunting. Mulai dari pernikahan usia dini, ibu hamil dan balita kurang asupan gizi, sampai kondisi lingkungan yang tidak sehat.
“Diperlukan penanganan berkelanjutan. Hasilnya pun tidak bisa dilihat dalam waktu satu dua tahun, melainkan 5 hingga 10 tahun ke depan,” ujarnya.(****)