JAKARTA, RELASI PUBLIK – Jadi urang hebat blah nak’ itu pesan mande (ibu) selalu disampaikan ke putra putrinya.
Cara jadi urang hebat itu, sekolah, raihlah gelar kesarjanaan tertinggi, lihat H Febby Dt Bangso, Rabu 19/6-2024 resmi menyandang gelar akademik S3 yakni Doktor bidang Pariwisata, hebat lagi baru 10 orang di Indonesia bro.
Febby Dt Bangso kemarin itu berhasil mempertahankan Disertasi nya dengan judul Ketahanan Pariwisata di Universitas Trisakti
Febby Dt Bangso usai rapat tim.penguji pun dinyatakan berhak menyandang gelar doktor Pariwisata yang disampaikan Ketua Penguji pada Sidang Terbuka Promosi Doktor Pariwisata di Kampus Institute Pariwisata Trisakti IKN Bintaro di Jakarta Selatan “Lulus dengan pujian,” ujar Ketua Tim Penguji Agus Riyanto.
Febby Dt Bangso memaparkan disertasi yang berjudul Strategi Ketahanan Pariwisata pada Masa Krisis , Studi Adaptasi dan Berkelanjutan di Provinsi Bali secara gamblang dihadapan Tim penguji dan undangan yang hadir pada sidang terbuka itu.
Tim Penguji Disertasi Dr H Febby Dt Bangso yaitu, Agus Riyanto selaku ketua penguji dengan anggota Prof Mirza dari Institute Pariwisata Trisakti , Prof Dr Ir Reni Maryeni Mp , Deputy Kajian Strategik Lemhanas RI , Prof Tafdil Husni dari Universitas Andalas , Mayjen Dr Jhoni Wijayanto dari Univesitas Pertahanan. Sedangkan Promotor Prof Willy Arafah dan Co Promotor Dr Rahmad Ingkedijaya dan Ketua Prodi S3 SKSG UI Dr Margaretha Hanita Penulis Buku Ketahanan Nasional yang juga Ketua APTANNAS (Asosiasi Dosen dan Pengajar Ketahanan Nasioanal)
Dr Febby Dt Bangso Memaparkan bahwa Ketahanan diuji saat menghadapi krisis , apakah mampu melewati krisis dan mampu untuk bangkit kembali.
“Kita juga harus mempelajari kerentanan-kerentanan yang akan terjadi, sehingga kita bisa menyiapkan strategi ketahanan pariwisata untuk menghadapi berbagai macam krisis yang pernah terjadi di Bali, seperti krisis politik, krisis ekonomi, krisis keamanan, krisis bencana dan krisis kesehatan,”ujar Dr Febby Dt Bangso memaparkan disertasinya kemarin.
Febby Dt Bangso juga menyampaikan bahwa dari lima krisis tersebut , jika tidak diantisipasi maka krisis itu akan melahirkan krisis baru di dunia pariwisata yakni krisis reputasi
“Krisis reputasi akan memberikan pengaruh dan dampak besar terhadap keberlangsungan pariwisata, jika Bali sebagai destinasi kita dianggap tidak aman dan tidak nyaman bagi wisatawan maka pariwisata kita akan lebih terpuruk lagi, pengalaman masa lalu tentang tragedi Bom Bali adalah preseden buruk di mana kentara sekali adanya kegagalan fungsi intelijen di mana bom bisa terjadi dua kali berturut-turut,”ujar Febby
Febby juga menegaskan perlu antisipasi khusus terhadap kebijakan visa on arrival dengan mengidentifikasi wisatawan mancanegara yg datang ke Bali dan mem profiling siapa mereka untuk keamanan Bali saat ini, sebab banyak orang asing yang datang ke Bali saat ini berpotensi mengganggu keamanan dan kenyamanan Bali.
FDB biasa Doktor ke 10 bidang Pariwisata disapa,menyoroti tentang keamanan dan kesehatan yang menjadi kata kunci rujukan UN Tourism, dan pembelajaran atas kejadian Bom Bali satu dan Bom Bali dua, termasuk gangguan-gangguan lainnya seperti pembunuhan oleh WNA yang dilakukan terhadap wisatawan asing di Bali.
Terus kTa Dr FDJ pabrik narkoba oleh warga negara asing di Bali dan Bali dijadikan tempat pelarian atau persembunyian pelaku kejahatan internasional disamping itu Febby Dt Bangso mengingatkan agar intelijen Indonesia harus difokuskan juga untuk kepentingan pariwisata jangan hanya untuk kepentingan politik dan keamanan tetapi bagaimana intelijen mampu membangun issue dan penguatan brand terhadap destinasi pariwisata di Indonesia.
“Kita melihat bagaimana intelijen Korea bekerja untuk kepentingan pariwisatanya, research market bahkan kuliner nya menyesuaikan dengan lidah orang indonesia bahkan gerai makanan Korea itu sudah ada dari Aceh sampai Papua, belum lagi industri musik Kpop yang menjadi daya tarik anak-anak Indonesia dan tontonan seperti drama Korea dengan latar belakang objek.wisata yang ada di korea menjadi referal bagi wisatawan nusantara menjadikan Korea sebagai daerah tujuan wisata banyak turis di dunia ini,”ujar FDB.
Febby Dt Bangso dalam penelitian ini menyempurnakan novelty yang disampaikan holladay (2018) untuk membangun ketahanan dan keberlanjutan pariwisata perlu pemahaman interaksi sistem sosial, ekonomi, kelembagaan hingga variabel ekologi.
Menurut Febby Datuk Bangso pasca pandemi covid-19 dan krisis iklim serta extreame weather, perang Rusia-Ukraina, dan kondisi-kondisi kekinian apa yang disampaikan holladay tidak cukup, tetapi harus ditambahkan dengan budaya, geo politik dan issue global karena budaya yang menjadi pembedaan sekaligus menjadi daya tarik untuk ketahanan pariwisata, issue global dan geopolitik menjadi strategis untuk kemanan destinasi pariwisata.
Febby juga menjelaskan perlu pengukuran terhadap ketahanan destinasi, ketahanan industri tanpa mengabaikan ketahanan komunitas dan kearifan lokal untuk ketahanan pariwisata secara komprehensif
Saat Krisis terjadi saat pandemi covid-19, dunia industri pariwisata dan destinasi pariwisata di Bali merasakan begitu dahsyatnya dampak yang terjadi dari sisi kegiatan aktivitas pariwisata sehingga mengganggu stabilitas ekonomi, ternyata cara pandang pelaku industri pariwisata tidak seluruhnya sama bagi masyarakat adat Bali, masyarakat Bali, krisis dimaknai sebagai Trii Hita karana di mana semua kejadian krisis adalah bentuk keseimbangan untuk menjaga hubungan antara Manusia dengan Tuhan, Manusia dengan Manusia dan Manusia dengan Alam dan bagi mereka semua krisis adalah Astungkara, Memang Sudah Jalan Nya. Dan orang Bali akan terus mengamalkan Tri Karya Parisudha sebuah kearifan lokal sosial agar tetap berfikir yang benar (manacika), berkata yang benar (wacika) dan berbuat yang benar (kayika).
“Nasionalisme adalah akar dari jawaban tentang Ketahanan Pariwisata, meliputi Industri dan Destinasi dimana bahagian terpenting adalah ketahanan komunitas masyarakat setempat agar industri dan destinasi bisa tetap bertahan dan berkelanjutan , pendekatan ketahanan pariwisata dengan antropologi pariwisata memberikan pandangan terhadap wawasan nusantara yang dianggap mampu menimbulkan rasa cinta tanah air dan kesetiakawanan sosial sehingga kita lah yang menjadi pondasi dasar kekuatan ketahanan pariwisata kita pada masa krisis,”terang Febby.
Febby Dt Bangso dalam akhir paparannya menyampaikan perlu sosialisasi oleh Kementrian Pariwisata kepada stakeholder bahwa PBB telah meratfikasi sejak tahun 2022 dan menetapakan 17 Februari sebagai Hari Ketahanan Lariwisata Global.
Dalam pengayaan disertasi nya, Dr FDB menggunakan informan ahli atau narasumber yang diwawancarai oleh promovendus sektor pariwisata, yaitu Sandiaga Uno (Menparekraf RI), tokoh pariwisata Indonesia Sapta Nirwandar, praktisi pariwisata Asnawi Bahar (dua periode sebagai Ketua Umum DPP Asita), Alm I Nyoman Kandia (Ketua Umum DPP HPI). Fadli Zon (Ketua Umum SNKI). Doni Oskaria (Dirut InJourney) dan Syaiful Huda (Ketua Komisi X DPR RI), Alm Letjen TNI Doni Monardo serta Tekor (Budayawan Bali). (Rls)