KALTIM, RELASIPUBLIK – Untuk ikut mengurangi pemanasan global, banyak hal yang bisa dilakukan. Salah satunya adalah menanam pohon sebanyak-banyaknya.
“Menanam pohon merupakan cara paling efektif mengurangi pemanasan global. Semakin banyak pohon yang ditanam, semakin banyak karbon dioksida yang diserap dan semakin banyak produksi oksigen. Untuk ikut berpartisipasi dalam pengurangan pemanasan global ini, kami meminta para orang tua, siswa dan semua warga sekolah termasuk guru menanam minimal satu pohon di sekolah kami,” ujar pak Agus Suparmanto, kepala Sekolah SMPN 04 Tenggarong, Kalimantan Barat, Selasa, 17 September 2019.
Namun bukan hanya karena alasan ingin berpartisipasi dalam pengurangan pemanasan global, kegiatan ini bertujuan juga agar sekolah semakin asri dan nyaman, memiliki lebih banyak sumber-sumber belajar dan sumber pembiayaan untuk kegiatan sekolah.
“Setelah ikut pelatihan Program PINTAR bersama Tanoto Foundation, Kemenag dan Dinas Pendidikan, kami berupaya lebih intens untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam segala aspek. Peran serta masyarakat yang besar akan mempercepat pengembangan sekolah ini ” ujar pak Agus menerangkan latar belakang kegiatan ini.
“Untuk program ini, awalnya kami rapat bersama orang tua siswa baru yang tergabung dalam paguyuban kelas. Pak Sugiono, Bu Rita Sinaga, Pak Maman sebagai wali kelas bersama ketua komite juga hadir dalam rapat itu. Dalam curah pendapat yang kami lakukan, para orang tua ingin terlibat dalam semua kegiatan di sekolah. Salah satunya dalam pengelolaan lingkungan sekolah. Nah akhirnya disepakati, semua warga sekolah baik orang tua siswa, siswa dan pendidik akan menanam minimal satu pohon di sekolah,” ujar Agus.
Akhirnya pada pertengahan September kemarin, program mulai dijalankan. Sebagai awalan, semua orang tua siswa kelas satu yang berjumlah 80 orang berkumpul dan menanam pohon di lahan di sekolah. Kebetulan sekolah memiliki lahan yang luasnya mencapai dua hektar. Bibit-bibit pohon terdiri dari rambutan, mangga, durian, cempedak, kelapa, jambu air, jambu biji, blimbing, klengkeng, jeruk dan petai ramai-ramai ditanam di sebagian lahan tersebut.
“Kali ini orang tua kelas satu, nanti menyusul orang tua kelas dua dan tiga, dan juga masing-masing siswa. Jadi satu warga sekolah benar-benar menyumbang minimal satu pohon ke sekolah,” ujar Agus.
Masing-masing pohon kemudian diberi nama siswa dengan kertas yang dilaminating. Tanda itu menunjukkan siapa yang bertanggung jawab untuk merawatnya.
“Kelak yang merasakan panennya tidak hanya anaknya namun juga cucu-cucunya ketika bersekolah di SMP ini. Program ini juga akan berkontribusi terhadap produksi oksigen di sekeliling sekolah, sehingga anak-anak bermain dan berolahraga tidak akan kekurangan supply oksigen. Hasil buah-buahannya nanti juga bisa dijual untuk membiayai kegiatan pembelajaran di sekolah,” ujar pak Sugiono salah satu wali kelas satu SMP 4 Tenggarong.
“Apalagi sekarang banyak kebakaran hutan yang mengurangi jumlah pohon penyerap karbon dioksida. Apabila semua sekolah melaksanakan penghijauan dan pohon yang ditanam sampai berjumlah ribuan bahkan ratusan, akan ikut secara signifikan mengurangi pemanasan global,” tambahnya.
Pak Agus berencana kelak pada hari-hari tertentu, sekolah akan mengadakan program makan sehat bersama. “Untuk mengakrabkan warga sekolah, suatu saat kita akan mengadakan kegiatan makan sehat bersama, salah satunya adalah buah-buahan yang dihasilkan di kebun sekolah ini,” ujarnya.
Selain terlibat dalam kegiatan ini, orang tua siswa di SMPN 4 Tenggarong juga terlibat dalam banyak program dan kegiatan sekolah yang lain. Mereka terlibat dalam program peningkatan budaya baca di sekolah dengan menyumbangkan buku-buku dan ikut mengawasi dan mendorong siswa membaca. Mereka juga menyumbang untuk pengembangan fasilitas sekolah, kerja bakti dan lain-lain.
“Semuanya berbasis kesukarelaan. Kami tidak menentukan jumlah dan kapan waktunya. Kami intens diskusi tentang kebutuhan-kebutuhan siswa dan sekolah lewat grup whats app yang kami bentuk untuk tiap-tiap paguyuban kelas. Lewat cara ini kami berusaha selalu terbuka dan akuntabel dengan orang tua siswa,” ujar Agus menutup. ***