PADANG RELASIPUBLIK — Read aloud atau membaca nyaring telah menjadi agenda khusus para pegiat literasi di seluruh dunia. Membaca nyaring adalah suatu metode bercerita menggunakan media buku dengan menyuarakan tulisan yang dibaca dengan ucapan dan intonasi yang tepat, ekspresi wajah, gesture tubuh. Selain itu juga disertai diskusi dan cara interaktif agar pendengar dan pembaca dapat menangkap informasi yang disampaikan oleh penulis, baik yang merupakan pikiran, perasaan, sikap, atau pengalaman penulis.
LitWorld, organisasi literasi dunia, menjadikan tanggal 5 Februari setiap tahunnya sebagai World Read Aloud Day (WRAD) atau hari membacakan nyaring sedunia, dimana pada peringatannya diharapkan kampanye membaca nyaring dilakukan lebih masif. Sehingga spirit kegiatan ini menyebar ke lebih banyak orang, dan keluarga.
Komunitas Sumbar Membacakan Nyaring (SMN), komunitas pegiat kegiatan membaca nyaring yang anggotanya tersebar di beberapa daerah di Sumatera Barat, pada peringatan WRAD 2020 ini menggagas Festival Literasi Anak. Kegiatan ini dilaksanakan Minggu, 9 Februari 2020 di Kampung Literasi, Bukik Ase, Gunuang Sariak, Kota Padang. Dengan tema, “Membacakan Dengan Cinta, Mengubah Dunia” berbagai kegiatan digelar sepanjang hari, antara lain seminar pola pengasuhan, workshop membaca nyaring, panggung berkisah, bazar dan donasi buku.
“Yang menjadi puncak acara adalah parade membaca nyaring dimana para relawan SMN akan mempraktekkan membaca nyaring untuk semua rentang umur anak, juga mendongeng oleh beberapa pendongeng yang sudah dikenal anak-anak. Orang tua yang hadir nanti juga akan kami ajak untuk mempraktekkan membaca nyaring,” Jelas Koordinator SMN, Zulda Musyarifah.
Kenapa Membaca Nyaring?
Membacakan buku dengan nyaring kepada anak adalah kegiatan sederhana yang terlihat tidak istimewa. Namun banyak orang telah membuktikan bahwa kegiatan tersebut manfaatnya sangat luar biasa. Sebagai manfaat awal, kegiatan ini jelas menguatkan bonding orang tua dan anak.
Otak anak-anak yang rutin dibacakan nyaring oleh orang tuanya akan berkembang dengan lebih optimal. Hal ini juga melatih kemampuan anak untuk mendengar, fokus dan konsentrasi.
Anak-anak akan kenal dengan konsep media cetak, menambah kosakata, dan akrab dengan bahasa buku. Maka, jika dilakukan dengan rutin dan menjadi kebiasaan dalam pola pengasuhan, membaca nyaring akan menjadikan anak gemar membaca.
Muara yang lebih besar lagi, jika kegiatan ini dilakukan di setiap rumah dan keluarga, akan lahir generasi yang tinggi tingkat literasinya.
Tingkat melek literasi Indonesia, dalam skor PISA (Programme for International Student Asessment) terbaru yang diumumkan akhir 2019 lalu ada di peringkat 72 dari 77 negara yang dinilai.
Penilaian ini adalah pengukuran untuk siswa berumur 15 tahun dari berbagai negara yang dilakukan secara rutin setiap tiga tahun untuk mengevaluasi sistem pendidikan di suatu negara. Indonesia selalu berada di posisi-posisi bawah.
Belum lagi Sumatera Barat, dalam rangking nasional Indeks Aktivitas Literasi Membaca yang dirilis oleh Kemendikbud pada Mei 2019 lalu, berada pada rentang posisi rendah dengan skor 38,57 dari 100. Fakta lainnya adalah dari indeks tersebut, belum ada provinsi di Indonesia yang masuk dalam kategori daerah dengan tingkat minat baca yang tinggi. Kondisi ini jelas mengkhawatirkan.
“Kami khawatir, maka kami berbuat, kami wujudkan dalam aksi nyata, mulai dari membiasakan membaca nyaring di keluarga, dan kemudian menyebarkan virus baiknya ke lingkungan sekitar. Hari ini, kami mengajak seluruh orang tua di Sumatera Barat untuk bersama-sama melakukan hal kecil, membiasakan kegiatan membaca nyaring untuk anak-anaknya. Kami percaya ini nanti akan berdampak besar bagi Sumatera Barat dan bagi Indonesia. Kita akan berkontribusi pada menguatnya karakter bangsa dari menguatkan tingkat literasi dari rumah sendiri”, tutup Zulda.**