JAKARTA, RELASI PUBLIK – Anggota Komisi VI DPR RI, Hj. Nevi Zuairina, menghadiri Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk, guna membahas kinerja perusahaan dan tantangan industri telekomunikasi. Dalam kesempatan tersebut, Hj. Nevi menyoroti sejumlah aspek penting terkait strategi dan inovasi PT Telkom di tengah persaingan ketat dan ancaman dari satelit asing seperti Starlink.
PT Telkom Indonesia membukukan pendapatan konsolidasian tahun 2023 sebesar Rp149,2 triliun, tumbuh 1,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Laba sebelum Bunga, Pajak, Depresiasi, dan Amortisasi (EBITDA) perseroan tercatat sebesar Rp77,6 triliun dengan EBITDA margin pada 52,0%. Hj. Nevi mengapresiasi kinerja positif ini, namun mengingatkan pentingnya memberikan layanan komunikasi yang lebih terjangkau bagi masyarakat Indonesia.
Fraksi PKS mengapresiasi pencapaian Telkom yang berhasil meningkatkan laba sebesar 18,34% menjadi Rp 24,56 triliun pada tahun 2023, naik dari Rp 20,75 triliun di tahun sebelumnya. Meskipun demikian, Hj. Nevi menekankan perlunya strategi untuk menurunkan biaya komunikasi yang masih relatif mahal di Indonesia dibandingkan negara-negara tetangga seperti Thailand, Singapura, dan Malaysia.
Dalam RDP tersebut, Hj. Nevi juga mempertanyakan strategi PT Telkom dalam memperluas jaringan infrastruktur komunikasi, terutama di daerah-daerah terpencil. “Bagaimana PT Telkom akan memastikan masyarakat di daerah terpencil mendapatkan akses internet yang memadai?” ujarnya, mengingat pentingnya internet untuk meningkatkan akses informasi.
Hj. Nevi juga menyinggung program digitalisasi UMKM yang sedang digalakkan oleh Kemenkop dan UKM RI. “Bagaimana peran PT Telkom dalam mendukung digitalisasi UMKM sehingga mereka dapat bersaing di pasar global melalui e-commerce?” tanyanya, menekankan pentingnya peran Telkom dalam mendukung pertumbuhan ekonomi digital.
Kinerja cemerlang Telkom turut ditopang oleh berkurangnya kerugian investasi yang signifikan. Kerugian yang belum terealisasi dari investasi turun 88,38% menjadi Rp 748 miliar pada 2023 dari Rp 6,44 triliun pada 2022. Hj. Nevi mempertanyakan apakah pengurangan ini juga disebabkan oleh kurangnya terobosan Telkom dalam investasi untuk meningkatkan pelayanan.
Menyoroti persaingan yang semakin sengit dengan hadirnya Starlink, Hj. Nevi meminta penjelasan mengenai upaya Telkom dalam menghadapi kompetisi ini. “Bagaimana strategi PT Telkom untuk tetap kompetitif dalam menghadapi kehadiran Starlink yang berpotensi menggerus pendapatan operator lokal?” tanyanya.
Selain itu, Hj. Nevi juga mengkhawatirkan dampak kehadiran Starlink terhadap keamanan nasional. “Apa langkah strategis PT Telkom dalam menjaga keamanan dan ketahanan nasional di bidang telekomunikasi?” ujarnya, mengingat potensi ancaman yang ditimbulkan oleh satelit asing tersebut.
Hj. Nevi juga menyoroti dampak positif kinerja Telkom terhadap penciptaan lapangan kerja. “Sejauh mana kinerja positif PT Telkom di tahun 2023 memberikan dampak bagi penciptaan lapangan kerja, khususnya bagi Generasi Z yang kesulitan memasuki dunia kerja?” tanyanya, menegaskan pentingnya kontribusi Telkom terhadap perekonomian nasional.
Dalam penutupnya, Hj. Nevi Zuairina menekankan pentingnya PT Telkom untuk terus berinovasi dan meningkatkan strategi bisnis guna menghadapi tantangan industri dan persaingan global. “Kami berharap PT Telkom dapat terus menjadi pionir dalam industri telekomunikasi dan memberikan kontribusi nyata bagi pembangunan nasional,” pungkasnya.