Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
BERITA UTAMAOPINITERBARU

“Naik-Kelas”, Komitmen Transformasi UMKM Bapak Jokowi

961
×

“Naik-Kelas”, Komitmen Transformasi UMKM Bapak Jokowi

Sebarkan artikel ini

Apa yang saya sampaikan pada tulisan terdahulu, “Naik-kelas” sudah DNA UMKM, adalah suatu keinginan membangun kesadaran akan pentingnya transformasi UMKM dan Koperasi kita.

Sebelumnya, perlu saya sampaikan berikut ini sebagai bahan perenungan. Semangat saya melonjak tatkala Bapak Jokowi bertandang ke Sekretariat Alumni ITB DKI Jakarta sebelum Pemilihan Calon Gubernur DKI Jakarta (2012) putaran ke-2 dilaksanakan. Waktu itu, saya “terpanggil” mendukung beliau karena meyakinkan dengan latar belakang pengusaha kayu dari bawah (UKM) dan bangkit dari keluarga pinggiran kali. Pada saat bertandang itu saya, sebagai Ketua Departemen Koperasi dan UKM PP IA ITB, menyampaikan statement bahwa: “Pengurus Pusat Ikatan Alumni ITB mendukung sepenuhnya Bapak Joko Widodo sebagai Gubernur DKI Jakarta”. Statement seperti ini biasanya mendapat tanggapan pro-kontra para alumni ITB, ternyata pada saat itu saya melihat semua yang hadir menikmatinya. Hal tersebut menjadi semakin meyakinkan saya bahwa “calling” mendukung Bapak Jokowi sudah tepat! Walaupun Bapak Jokowi tidak menghadiri “Konferensi Pemberdaya UMKM Nasional” di Gedung Menko Perekonomian (2013) yang kami (IA ITB) laksanakan, namun dukungan terus saya lakukan pada Pilpres 2014 dan 2019.

Saya tidak membenarkan “sumbu pendek” kami tatkala pelatihan wirausaha pemula (2015) yang bekerjasama dengan Kementrian Koperasi dan UKM dihentikan pas detik-detik terakhir, ketika kegiatan akan dilaksanakan (dengan alasan tidak logis, namun dikoreksi kemudian). Kawan-kawan relawan dan adik-adik GMNI yang sudah terkoneksi ke berbagai daerah, waktu itu, begitu bersemangat dan berharap kegiatan ini akan dapat memobilisasi UMKM secara signifikan, suatu keinginan yang sungguh mulia bukan. Luapan kekecewaan atas batalnya kegiatan menjadi pemicu pelaporan yang tak mampu saya bendung. Walaupun akhirnya beberapa bulan kemudian pelatihan bisa dilaksanakan, namun tidak bisa dihindari semangat kawan-kawan sudah pudar. Kasus ini perlu disampaikan sebagai otokritik atas belum dilaksanakannya sistem pemberdayaan UMKM kita secara ramah dan sesuai dengan strategi manajemen secara tepat dan benar.

Apa yang disampaikan melalui uraian di atas sebenarnya suatu gambaran akan rendahnya rasa urgensi/krisis (sense of crisis, sense of urgency) dan rasa memiliki (sense of ownership) terhadap semangat pemberdayaan UMKM. Gambaran serupa pernah menjadi berita yang disampaikan sendiri oleh Bapak Jokowi (walaupun tidak secara khusus ditujukan kepada kementrian tertentu) yang intinya beliau ingin mengatakan bahwa mengapa kondisi sudah kritis, namun masih lamban dan kurang motivasi.

Kita diingatkan melalui gambar di atas. Gambaran UMKM kita melalui ilustrasi seorang anak bernama Hope saat berumur 2 tahun (terlantar) dan setelah berumur 7 tahun sudah terlihat demikian percaya diri (Gbr-1) mendapat respon dan apresiasi luar biasa dari rekan-rekan penggerak maupun pelaku UMKM dari berbagai daerah. Bahkan ada yang mengatakan, “…betul Bang, mereka gak tau kondisi UMKM yang sebenarnya”. Terlepas dari benar-tidaknya, mari menjadikan ini sebagai salah satu “warning” akan pentingnya mendorong transformasi UMKM secara lebih serius. Gambaran ini sebenarnya merupakan luapan permasalahan krusial dan mendesak yang harus segera dihadapi (burning platform) dan tentu berdampak buruk bila permasalahan ini tidak segera diatasi secara efektif. Gambaran secara umum UMKM yang stagnan (tidak tumbuh), struktur UMKM yang gemuk bawah, daya saing rendah, kualitas produk yang rendah, pemanfaatan teknologi rendah, dominan informality, akses permodalan rendah, dan seterusnya sebenarnya merupakan singkapan permasalahan UMKM saat ini (tentu kajian komprehensif dan obyektif diperlukan untuk mengetahui dan memetakan permasalahan UMKM secara tepat). Menurut Model Transformasi DRA (“Strategy-led Transformation”, Indra Susanto, 2016, Prosval Consulting1)) permasalahan tersebut dapat dipandang sebagai “burning platform” yang dapat dijadikan driving force untuk pelaksanaan dan keberhasilan transformasi. Sebagai langkah awal, “burning platform” yang dihadapi UMKM baik secara eksternal maupun internal (Gbr-1, Hope 2 tahun) harus diidentifikasi dan dikaji secara komprehensif, obyektif dan tepat.

Dalam kaitan tersebut, penulis berdiskusi dengan Indra Susanto mengenai faktor-faktor penting untuk peningkatan kinerja dan transformasi UMKM. Ada lima faktor utama yang sebaiknya dijadikan prioritas dalam transformasi UMKM yang disingkat 5P, yakni: Paradigm, People, Professionalism, Partnership, dan Productivity:

  1. Paradigm: paradigma terhadap UMKM dan pengelolaan UMKM perlu dilakukan penguatan/perubahan (paradigm shift) agar memampukan UMKM mencapai kinerja puncak dan potensi penuh.
  2. People: sumber daya manusia yang merupakan aset bahkan modal dari UMKM perlu ditingkatkan kapabilitas dan kapasitas agar kompetitif.
  3. Professionalism: profesionalitas (best practice) harus diterapkan dalam sistem dan proses bisnis pengelolaan UMKM agar kompetitif dan berkinerja tinggi.
  4. Partnership: kemitraan strategis yang kuat antara UMKM dengan BUMN dan perusahaan swasta serta pemerintah (selaku pembuat kebijakan) sangat penting untuk kemajuan dan pertumbuhan UMKM yang berkesinambungan.
  5. Productivity: produktivitas UMKM harus ditingkatkan agar mampu bersaing dan menghasilkan kinerja keuangan yang mampu membiayai kegiatan operasi dan pertumbuhan yang menguntungkan secara berkesinambungan.

Sebagai contoh, organisasi Kementerian Koperasi dan UMKM harus dikembangkan sesuai best practices (P ketiga dari 5P: “Professionalism”) menjadi high performance organization (HPO) agar mampu memberikan kinerja terbaik dan manfaat besar bagi pemangku kepentingan utama.

Instruksi Bapak Jokowi agar UMKM naik kelas merupakan komitmen transformasi UMKM yang wajib mendapatkan dukungan dari semua pemangku kepentingan. Oleh karena itu, instruksi ini harus menjadi landasan utama membangun visi dan tujuan pelaksanaan transformasi UMKM yang kuat dan jelas, sekaligus harus mampu memberi manfaat kepada individu maupun organisasi (terkait), sampai kepada UMKM (delivery) tentunya. Oleh karena itu, sesuai Instruksi Bapak Jokowi, transformasi UMKM harus dilakukan selaras dengan kebijakan/strategi/program pemerintah (“Strategy-Led Transformation”).

Untuk optimalisasi dan kepastian pencapaian tujuan transformasi UMKM, harus dibangun kemampuan untuk merespon secara efektif terhadap lingkungan dan dinamika yang berkembang (adaptability); dan kemampuan menyelaraskan semua instrumen untuk fokus pada pencapaian tujuan (alignment), termasuk perlunya penyelarasan semua institusi terkait transformasi UMKM secara menyeluruh (pemerintah dan non-pemerintah). Kata “terkait” disini akan menjadi lebih dipahami apabila dilanjutkan dengan tulisan “Model Pemberdayaan UMKM”.- FE

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *