Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example 728x250
BERITA UTAMATERBARU

Mungkinkah Teknik Modifikasi Bencana Mengatasi Siklus Siklon di Indonesia?

6
×

Mungkinkah Teknik Modifikasi Bencana Mengatasi Siklus Siklon di Indonesia?

Sebarkan artikel ini

Oleh: dr. Novita Sari Yahya

Perubahan iklim global telah menggeser banyak asumsi lama tentang risiko bencana di Indonesia. Salah satu asumsi yang kini mulai dipertanyakan adalah keyakinan bahwa Indonesia relatif aman dari ancaman siklon tropis.

Secara geografis, posisi Indonesia yang berada di sekitar garis khatulistiwa memang membuat pembentukan siklon tropis menjadi jarang terjadi. Namun, kejadian dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa dampak siklon, baik langsung maupun tidak langsung, semakin nyata dan semakin merusak.

Situasi ini memunculkan pertanyaan penting: apakah manusia memiliki kemampuan, melalui teknik modifikasi bencana atau modifikasi cuaca, untuk mengendalikan atau bahkan menghentikan siklus siklon tropis di wilayah Indonesia?

Pertanyaan ini tidak hanya bersifat teknis, tetapi juga filosofis dan etis. Ia menyentuh batas antara kemampuan manusia, hukum alam, serta tanggung jawab negara dalam melindungi warganya dari risiko bencana yang kian meningkat.

Memahami Siklus dan Kekuatan Siklon Tropis

Siklon tropis merupakan sistem cuaca berskala besar yang terbentuk melalui interaksi kompleks antara suhu permukaan laut yang hangat, kelembapan atmosfer tinggi, gangguan awal atmosfer, serta gaya Coriolis.

BMKG menjelaskan bahwa proses terbentuknya siklon tropis tidak terjadi secara instan, melainkan melalui tahapan panjang yang melibatkan dinamika laut dan atmosfer secara simultan.

Ketika suhu permukaan laut mencapai lebih dari 26,5 derajat Celsius dan kondisi atmosfer mendukung, energi panas laten dilepaskan dalam jumlah besar dan memicu pusaran angin yang semakin terorganisasi.

Kekuatan siklon tidak hanya berasal dari satu faktor tunggal, melainkan dari sistem energi alam yang sangat besar. Panas laut, uap air, dan perbedaan tekanan udara bekerja bersama membentuk mesin alam yang kekuatannya jauh melampaui skala intervensi manusia. Inilah sebabnya mengapa para ahli meteorologi menegaskan bahwa siklon tropis bukan sekadar badai biasa, melainkan fenomena alam berskala planet.

Dalam konteks Indonesia, meskipun pusat siklon jarang terbentuk tepat di atas wilayah daratan, dampak tidak langsungnya sering kali justru sangat signifikan. Hujan ekstrem, gelombang tinggi, angin kencang, dan banjir bandang merupakan konsekuensi yang berulang kali dirasakan masyarakat. Kondisi ini memicu keinginan untuk mencari solusi yang lebih aktif, termasuk melalui teknologi modifikasi cuaca.

Konsep Teknik Modifikasi Bencana dan Modifikasi Cuaca

Teknik modifikasi cuaca bukanlah gagasan baru. Di Indonesia, teknologi modifikasi cuaca (TMC) telah digunakan selama bertahun-tahun, terutama untuk mengatasi kekeringan, mengisi waduk, atau mengurangi intensitas hujan ekstrem pada momen tertentu.

Prinsip dasar teknologi ini adalah memengaruhi proses mikro fisika awan, misalnya dengan menyemai awan menggunakan bahan higroskopis agar hujan turun lebih cepat atau lebih terkendali.

Dalam konteks bencana, modifikasi cuaca sering diposisikan sebagai alat mitigasi, bukan sebagai alat pengendali mutlak. Artinya, teknologi ini dirancang untuk mengurangi risiko atau dampak, bukan untuk menghilangkan fenomena alam secara total. Di sinilah batas penting antara harapan publik dan kemampuan ilmiah yang tersedia saat ini.

Ketika konsep modifikasi cuaca dibawa ke ranah siklon tropis, kompleksitasnya meningkat berkali-kali lipat. Siklon bukan sekadar kumpulan awan hujan, melainkan sistem energi raksasa yang mencakup area ratusan hingga ribuan kilometer persegi dan melibatkan dinamika atmosfer tingkat tinggi.

Apakah Siklon Bisa “Dilemahkan” dengan Teknologi?

Sejumlah klaim di ruang publik, terutama yang beredar di media sosial, menyebutkan bahwa badai besar dapat dilemahkan atau diarahkan menggunakan teknologi tertentu, mulai dari penyemaian awan skala besar hingga teori konspirasi tentang senjata cuaca.

Lembaga-lembaga ilmiah internasional, termasuk NOAA, secara tegas membantah klaim tersebut. Hingga saat ini, tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa manusia mampu mengendalikan, menghentikan, atau mengarahkan siklon tropis secara signifikan.

Secara teori, untuk melemahkan satu siklon tropis saja, manusia harus mampu menurunkan suhu permukaan laut pada area yang sangat luas atau mengganggu struktur inti badai secara menyeluruh.

Energi yang diperlukan untuk melakukan hal tersebut setara dengan energi yang dilepaskan oleh ribuan bom nuklir per hari. Skala ini berada jauh di luar jangkauan teknologi manusia saat ini.

Dengan demikian, dari sudut pandang ilmiah, upaya “mengatasi siklus siklon” melalui modifikasi cuaca langsung dapat dikatakan tidak realistis. Siklon tropis adalah bagian dari sistem keseimbangan energi Bumi yang tidak dapat dimanipulasi secara sepihak tanpa konsekuensi besar yang tidak terprediksi.

Posisi Indonesia: Mitigasi, Bukan Manipulasi

Meskipun demikian, hal ini tidak berarti Indonesia sepenuhnya pasrah menghadapi ancaman siklon. Pendekatan yang lebih rasional dan bertanggung jawab adalah memperkuat mitigasi dan adaptasi, bukan mencoba mengendalikan fenomena alam yang berada di luar kendali manusia.

BMKG, melalui pembentukan Tropical Cyclone Warning Centre (TCWC), telah mengambil langkah penting dalam meningkatkan kapasitas deteksi dini dan peringatan cepat. Sistem ini memungkinkan pemerintah dan masyarakat untuk mengetahui potensi pembentukan siklon atau bibit siklon sejak dini, sehingga langkah antisipatif dapat dilakukan.

Dalam konteks ini, teknologi modifikasi cuaca masih memiliki peran, tetapi terbatas pada skala lokal dan waktu tertentu. Misalnya, TMC dapat digunakan untuk mengurangi intensitas hujan ekstrem di wilayah rawan banjir ketika sebuah sistem cuaca besar, termasuk pengaruh siklon, sedang mendekat. Namun, teknologi ini bekerja sebagai pelengkap, bukan sebagai solusi utama.

Risiko Etis dan Ilmiah Modifikasi Skala Besar

Upaya memodifikasi fenomena cuaca ekstrem berskala besar juga menimbulkan pertanyaan etis dan ilmiah yang serius. Atmosfer tidak mengenal batas administrasi negara. Setiap intervensi besar pada sistem cuaca berpotensi memindahkan risiko ke wilayah lain. Mengurangi hujan di satu daerah, misalnya, dapat meningkatkan risiko kekeringan di daerah lain.

Selain itu, ketidakpastian ilmiah masih sangat tinggi. Ilmu meteorologi modern mampu memprediksi banyak hal, tetapi belum mampu mengendalikan sistem cuaca global dengan presisi tinggi. Intervensi yang keliru justru berpotensi memperburuk dampak bencana, bukan menguranginya.

Oleh karena itu, sebagian besar komunitas ilmiah sepakat bahwa fokus utama harus diarahkan pada pengurangan kerentanan masyarakat, perencanaan tata ruang yang berbasis risiko, serta peningkatan literasi kebencanaan.

Adaptasi sebagai Strategi Paling Realistis

Dalam menghadapi siklus siklon yang semakin tidak terduga akibat perubahan iklim, strategi adaptasi menjadi pilihan paling realistis. Adaptasi mencakup pembangunan infrastruktur tahan bencana, penguatan sistem peringatan dini, edukasi masyarakat, serta perlindungan ekosistem pesisir seperti mangrove yang terbukti mampu meredam dampak gelombang dan badai.

Alih-alih berusaha “mengendalikan” siklon, pendekatan ini mengakui keterbatasan manusia sekaligus memaksimalkan kemampuan yang ada untuk meminimalkan korban dan kerugian. Pendekatan ini juga sejalan dengan prinsip kehati-hatian ilmiah dan tanggung jawab ekologis.

Penutup

Pertanyaan tentang kemungkinan teknik modifikasi bencana untuk mengatasi siklus siklon di Indonesia mencerminkan kegelisahan kolektif di tengah meningkatnya ancaman cuaca ekstrem. Namun, ilmu pengetahuan hingga saat ini menunjukkan bahwa siklon tropis adalah fenomena alam berskala besar yang tidak dapat dikendalikan atau dihentikan melalui teknologi modifikasi cuaca.

Yang dapat dan harus dilakukan adalah memperkuat sistem mitigasi, adaptasi, dan kesiapsiagaan. Teknologi modifikasi cuaca memiliki peran terbatas sebagai alat bantu mitigasi lokal, bukan sebagai solusi pengendali siklon. Dengan memahami batas kemampuan manusia dan menghormati hukum alam, Indonesia dapat membangun strategi kebencanaan yang lebih realistis, berkelanjutan, dan berpihak pada keselamatan rakyat.
Daftar Pustaka

Sumber Resmi dan Ilmiah

1. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Proses Terbentuknya Siklon Tropis. Diakses dari https://web-meteo.bmkg.go.id/id/component/content/article/37-siklon-tropis/269-proses-terbentuknya-siklon-tropis

2. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). BMKG Deteksi Potensi Cuaca Ekstrem, Modifikasi Cuaca Berhasil Cegah Potensi Bencana Hidrometeorologi (14 Maret 2025). Diakses dari https://www.bmkg.go.id/berita/utama/bmkg-deteksi-potensi-cuaca-ekstrim-modifikasi-cuaca-berhasil-cegah-potensi-bencana-hidrometeorologi

3. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Tekan Risiko Bencana, BMKG dan BNPB Lakukan Modifikasi Cuaca 24 Jam di Jabodetabek (10 Juli 2025). Diakses dari https://www.bmkg.go.id/berita/utama/tekan-risiko-bencana-bmkg-dan-bnpb-lakukan-modifikasi-cuaca-24-jam-di-jabodetabek

4. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). BMKG: Operasi Modifikasi Cuaca Berjalan 24 Jam untuk Tekan Risiko Banjir Jabodetabek (6 Maret 2025). Diakses dari https://www.bmkg.go.id/berita/utama/bmkg-operasi-modifikasi-cuaca-berjalan-24-jam-untuk-tekan-risiko-banjir-jabodetabek

5. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) & Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Percepat Penanganan Banjir Jabodetabek, BNPB Lanjutkan Operasi Modifikasi Cuaca (9 Juli 2025). Diakses dari https://www.bnpb.go.id/berita/percepat-penanganan-banjir-jabodetabek-bnpb-lanjutkan-operasi-modifikasi-cuaca

6. Peraturan BMKG No. 2 Tahun 2025 tentang Penyelenggaraan Modifikasi Cuaca. JDIH BMKG (Februari 2025). Diakses dari https://jdih.bmkg.go.id/common/dokumen/2025absperaturanbmkg002.pdf

7. Universitas Gadjah Mada (UGM). BMKG Peringatkan Potensi Siklon Tropis di Selatan Indonesia, Warga Diminta Tingkatkan Kewaspadaan. Diakses dari https://ugm.ac.id/id/berita/bmkg-peringatkan-potensi-siklon-tropis-di-selatan-indonesia-warga-diminta-tingkatkan-kewaspadaan/

Sumber Internasional dan Fakta Sains

8. NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration). Fact Check: Debunking Weather Modification Claims. Diakses dari https://www.noaa.gov/news/fact-check-debunking-weather-modification-claims (artikel ini menjelaskan bahwa hingga kini tidak ada teknik yang terbukti mampu mengendalikan badai besar seperti siklon tropis)

9. Live Science. Birth of a Hurricane: What Meteorologists Look for as They Hunt for Early Signs of a Tropical Cyclone Forming. (Artikel populer tentang proses pembentukan siklus siklone tropis )
https://www.livescience.com/planet-earth/hurricanes/birth-of-a-hurricane-what-meteorologists-look-for-as-they-hunt-for-early-signs-of-a-tropical-cyclone-forming

10. Kompas.com. Potensi Cuaca Ekstrem, BMKG-BNPB Modifikasi Cuaca 24 Jam Non-Stop di Jabodetabek (11 Juli 2025). Diakses dari https://nasional.kompas.com/read/2025/07/11/10064171/potensi-cuaca-ekstrem-bmkg-bnpb-modifikasi-cuaca-24-jam-non-stop-di

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *