RELASIPUBLIK.com Jakarta – Pesatnya Teknologi di Kehidupan masyarakat di dunia terjadi perubahan yang awalnya lebih secara fisik, kini berubah ke era digital. Bahkan, perubahan terjadi secara tidak normal, dengan informasi yang berkembang semakin cepat, bukan lagi hitungan hari tetapi sudah hitungan setiap detik.
“Berdasarkan survei, empat dari tujuh masyarakat Indonesia menggunakan media online untuk mendapatkan informasi,” kata Staf Ahli Kementerian Informasi dan Komunikasi (Kemeninfokom), Hendra Subiyakto, dalam dialog Musyawarah Besar Ikatan Wartawan Online (Mubes IWO) ke-I, dengan Tema “Membangun Peradaban Pada Dunia Online”, di Hotel Puri Mega, Percetakan Negara, Jakarta Pusat, Jumat (8/9/2017).
Menurutnya terjadi perubahan generasi dari generasi yang tidak memahami teknologi ke generasi digital yang serba menggunakan teknologi, sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan yang akhirnya media konvensional ditinggalkan masyarakat di era digital.
“Banyak media konvensional seperti suratkabar Suara Pembaruan, Tabloid Bola, majalah Hai. Mungkin hanya beberaoa suratkabar dan majalah besar saja yang hidup, tapi sampai kapan tetap hidup,” ujar Hendra.
Hendra menyebutkan, fenomena matinya media konvensional bukan terjadi di Indonesia saja, tetapi di negara maju seperti Amerika Serikat beberapa media konvensional tumbang dilindas oleh perkembangan media digital.
“Bahkan orang menonton televisi saja sudah di media yang kecil, tidak lagi di tempat yang besar. Orang-orang yang berumur dibawah 30 tahun semakin jarang menonton televisi. Orang yang menonton televisi adalah orang-orang yang berusia 50 tahun ke atas,” ujarnya.
Menurut Hendra, telepon seluler yang digunakan sekarang ini bukan hanya untuk sekedar berkomunikasi tetapi banyak hal yang bisa digunakan. “Setiap hari hanya sekitar tujuh menit orang melepas handponenya, karena dengan handpone dapat membaca informasi yang ada, karenanya media digital adalah masa depan,” tambahnya.
Dia mengatakan, perkembangan informasi lebih banyak ditentukan trending topik dari media online, ketimbang agenda setting yang kerap dilakukan media cetak dan televisi. Bahkan, trending topik dari media online mempengaruhi dari media konvensional.
“Bahkan media anda menjadi besar ketika media anda diviralkan dishare oleh banyak orang atau buzzer. Jadi dibutuhkan orang untuk menviralkan media online,” ujarnya.
Sementara, mantan wartawan senior Agus Parengkuan mengatakan, terjadi perubahan dari media cetak ke media online. Menurutnya, banyak suratkabar besar di Amerika Serikat dan Eropa yang mati karena media online.
“Dunia ke depan ditentukan media online. Koran terbesar di AS Herald Tribun mati. Bahkan minat membaca media cetak sudah berkurang lebih banyak beralih ke media online,” katanya.
Namun, Agus mengatakan, media online bisa eksis bila adanya kepercayaan masyarakat terhadap media tersebut, dengan menjaga kredibilitas. “Yang penting kredibilitas, bila media dipercaya masyarakat maka akan eksis, sebaliknya bila tidak dipercaya maka akan ditinggalkan. Maka masa depan itu bisa bertahan bila ada trust (dipercaya),”ujar Agus .
Hadir dalam dialog Mubes IWO ke-I yakni, Mantan Direktur Antara Muhammad Sobary, Karo Multimedia Mabes Polri Brigjen Yanfitri, Ahli Cybercrime Gildas Deograt Lumy, Ketua Dewan Etik Sulsel Arqam Azikin, dan dimoderatori Ketua Umum IWO Jodhi Yudono.
Terselenggaranya Mubes IWO I karena peran bantuan beberapa perusahaan yang mengapresiasi keberadaan IWO selama ini, sehingga IWO dapat digelar di Jakarta. Para sponsorship yang terlibat dalam membantu Mubes IWO I yakni, Prima Indonesia, Indonesian Cloud, Master System, Data Comm, Vertanews.tv. (Rilis Pers )