Oleh: Sy. Panji Alam
ADA satu kalimat yang pas dilekatkan pada diri Sabar AS, yang saat ini menjabat sebagai Bupati Pasaman di Provinsi Sumatera Barat (Sumbar). Yaitu, pemimpin berbalut dengan nilai-nilai religiusitas.
Apa pun yang dilakukan Sabar, baik sebagai anggota masyarakat biasa maupun sebagai pejabat publik, dilandaskan dengan nilai, ajaran dan tuntunan yang diajarkan oleh agama yang dianutnya, yaitu Islam.
Sabar tidak hanya taat dalam menjalankan semua perintah agama seperti shalat, berpuasa, bersedekah dan lainnya; bahkan lebih dari itu: Sabar mampu memainkan peran sebagaimana halnya ulama.
Hal tersebut bisa dimaklumi karena ilmu agama yang dikuasai Sabar tidak hanya yang ia terima dari orangtua dan lingkungannya, tapi juga ia dalami secara akademis di bangku perguruan tinggi Islam.
Gelar sarjana agama (S.Ag.) yang melekat pada diri Sabar memperkuat identitas keagamaan yang ada di dirinya yang bukan sebatas yang diwarisi secara turun-temurun, melainkan juga didalami secara keilmuan.
Maka, bila menyoal pemimpin paripurna, Sabar mungkin bisa termasuk dalam kategori itu — tentu saja dengan segala keterbatasannya karena sejatinya Sabar juga sebagai manusia biasa.
Dia adalah seorang umara yang ulama, yaitu pemimpin publik yang juga menguasai –untuk kemudian mengimplementasikan– nilai dan ajaran-ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.
Bukan hanya untuk diri pribadi dan keluarga serta kerabat terdekatnya, penguasaan ilmu agama yang dalam oleh Sabar juga disebarluaskan kepada umat untuk mengimplementasikan peran sebagai khalifah di muka bumi.
Identitas keagamaan yang kuat itu pula yang kemudian memberi corak kepemimpinan Sabar dalam kapasitasnya sebagai seorang kepala daerah. Juga memberi warna yang tegas dan jelas terhadap program-program pemerintahan yang dipimpinnya.
Sabar, dalam kapasitasnya sebagai pemimpin, mengemban dua misi atau tugas sekaligus. Dia adalah pemimpin lembaga formal pemerintahan, yang tugas pokoknya adalah melayani kepentingan publik.
Tugas pokok lainnya Sabar sebagai pemimpin formal adalah menjalankan roda pemerintahan, melaksanakan pembangunan, dan melakukan tugas-tugas kemasyarakatan.
Karena mayoritas masyarakat Pasaman memeluk agama Islam, Sabar sekalian juga mengemban fungsi sebagai ulama, yaitu menyampaikan ayat-ayat suci ke tengah masyarakat yang dipimpinnya.
Maka, yang terjadi kemudian adalah keseimbangan, yaitu tugas mengejar urusan duniawi disejalankan dengan tugas mengejar urusan ukhrowi alias akhirat.
Di saat masyarakat diajak, diarahkan dan difasilitasi mengejar segala urusan dunia, pada saat bersamaan masyarakat selalu diingatkan, dibimbing, diarahkan dan difasilitasi untuk memenuhi tanggung jawab sebagai hamba Allah SWT.
Tujuannya jelas, yaitu Sabar ingin masyarakat yang dipimpinnya sebagai kelompok masyarakat yang maju dan sejahtera, yang cukup makan, sandang, papan dan lainnya.
Tapi pada saat bersamaan, Sabar juga ingin masyarakat yang dipimpinnya menjadi sekumpulan orang yang tetap berpijak dengan sendi-sendi agama yang diyakini kebenarannya.
Yaitu, masyarakat Pasaman yang sejahtera, yang selalu mendapat rahmat dan berkah dari Sang Pencipta, Allah SWT.*
Penulis adalah wartawan, menetap di Lubuk Sikaping, ibukota Kabupaten Pasaman