Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
BERITA UTAMANASIONALTERBARU

Lawan Hoax , Ratusan Milenial Pessel Ikuti Ngobrol Bareng Legislator

49
×

Lawan Hoax , Ratusan Milenial Pessel Ikuti Ngobrol Bareng Legislator

Sebarkan artikel ini
Anggota Komisi I DPR RI, Darizal Basir, saat menyampaikan paparan pada seminar Ngobrol Bareng Legislator, kerjasama Kementrian Kominfo dengan Komisi I DPR RI. (Foto dok/Rc)

PAINAN — Untuk membentengi para generasi milenial dari informasi bohong atau hoax ditengah terus berkembangnya teknologi informasi, Kementerian Kominfo Republik Indonesia (RI) melakukan kerjasama dengan Anggota Komisi I DPR RI, dari Fraksi Partai Demokrat, Darizal Basir, selenggarakan seminar Ngobrol Bareng.

Kegiatan yang digelar Rabu (22/3) di Hotel Triza Painan dengan diikuti ratusan peserta yang sebagian besar dari kalangan milenial secara virtual dan offline itu, dibuka secara resmi oleh Anggota Komisi I DPR RI, Darizal Basir.

Kegiatan yang dimoderatori oleh Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pessel, Suherman, SH, itu menghadirkan empat orang narasumber. Diantaranya, Dirjen Aptika Kemkominfo, Samuel A Pengerapan, B.Sc, Dr Firdaus, M SI, Akademisi Universitas PGRI Sumbar, Tanti Endang Lestari, S IP, M Si, Komisioner Komisi Informasi (KI) Sumbar Bidang Kelembagaan, dan Anggota Komisi I DPR RI, Darizal Basir sendiri.

Darizal Basir, saat membuka kegiatan itu yang juga sekaligus sebagai narasumber menyampaikan ucapan terimakasih kasih kepada semua narasumber yang hadir baik secara virtual dan secara offline.

Disampaikannya bahwa kegiatan Ngobrol Bareng Legislator yang diselenggarakan baik secara fisik maupun virtual pada acara webinar
dengan tema “Menjadi Netizen Cerdas, Bersama lawan Hoax itu,
terselenggara sebagai bentuk kerjasama Kemitraan Kominfo dengan Komisi I DPR RI.

Dijelaskannya bahwa bermedia sosial secara bijak perlu dilakukan oleh semua orang agar tidak sampai terjerumus dengan informasi hoax serta juga tergolong kepada penyebar informasi hoax tersebut.

Sebagai seorang netizen cerdas, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menjadi lawan hoax di dunia maya.

“Diantaranya, adalah memverifikasi informasi sebelum dibagikan. Maksudnya, sebelum membagikan informasi di media sosial, pastikan bahwa informasi itu benar dan dapat dipertanggungjawabkan. Kemudian periksa sumber informasi dan pastikan bahwa sumbernya terpercaya,” katanya.

Selanjutnya jangan mudah percaya pada informasi yang belum terverifikasi. Jangan terlalu mudah percaya pada informasi yang belum diverifikasi. Karena ada banyak informasi palsu yang tersebar di media sosial agar jangan menjadi korban.

“Sebagai netizen cerdas, kita dapat memberikan kontribusi dengan menyebarkan informasi yang benar dan akurat. Karena dengan menyebarkan informasi yang benar kita dapat membantu mengurangi jumlah informasi palsu yang tersebar di media sosial,” ucapnya.

Dia juga menyampaikan kepada para milenial agar jangan menyebarkan informasi yang merugikan orang lain.

Pastikan bahwa informasi yang disebabkan itu tidak merugikan orang lain dan tidak melanggar hak azasi manusia.

“Selanjutnya berpartisipasi dalam kampanye anti hoax. Karena dapat menjadi langkah yang baik untuk memerangi informasi palsu. Karena dengan partisipasi itu kita dapat membantu meningkatkan kesadaran akan bahaya informasi palsu tersebut di masyarakat. Bila menemukan informasi palsu sebaiknya segera dilaporkan ke pihak yang berwenang,” harapannya.

Dr Firdaus, MSI, sebagai salah satu narasumber dalam seminar Ngobrol Bareng Legislator itu mengatakan bahwa pesan yang disampaikan melalui media sosial bisa saja menjadi hoax apabila disampaikan pada waktu yang tidak tepat.

“Hal ini juga perlu mendapatkan perhatian bagi kita semua. Sebab informasi yang benar itu bisa saja hoax apabila dalam menyampaikannya tidak pada waktu yang tepat. Jadi penyebaran informasi itu selain benar, juga harus tepat waktunya,” ungkap Firdaus.

Dia juga menyampaikan bahwa berita bohong paling banyak ditemukan di media sosial yakni sebesar 87,50 persen.

“Ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Anissa Rahmadhani dalam tulisannya. Berita hoax paling banyak itu adalah tentang sosial politik, yakni sebesar 93,20 persen, berikutnya Sara, 76,20 persen, pemerintahan, 61,70 persen, dan kesehatan 40,70 persen. Penyebab media sosial tingkat hoax nya tinggi karena lebih dari separuh masyarakat menggunanya terbatas tingkat pendidikannya,” terang Firdaus lagi.

Sedangkan Tanti Endang Lestari, SIP M.SI, dari Komisioner KI Sumbar Bidang Kelembagaan, lebih mengupas informasi terkait keterbukaan informasi publik, serta sikap yang harus dilakukan oleh kalangan milenial dalam menangkal berita hoax.

Termasuk juga upaya hukum yang harus dilakukan oleh masyarakat terhadap ketertutupan informasi yang terjadi atau yang dilakukan oleh pejabat publik. (Ril/Rc)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *