Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
BERITA UTAMAPERISTIWATERBARU

KPPBRI ke-5 :  Ini pernyataan Wagub Sumbar

190
×

KPPBRI ke-5 :  Ini pernyataan Wagub Sumbar

Sebarkan artikel ini

PADANG, RELASIPUBLIK – Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, prihatin dengan kondisi Sumatera penyuplai terbesar perdagangan burung illegal di Indonesia. Ini perlu kita sikapi dengan bijak dan diharapkan forum konferensi ini dapat merekomendasikan burung-burung apa yang mesti kita lindung dan upaya lain dalam pelestariannya.

Hal ini disampaikan Wakil Gubernur Sumatera Barat Nasrul Abit dalam acara pembukaan Konferensi Peneliti dan Pemerhati Burung di Indonesia (KPPBRI) ke-5 bekerjasama dengan Jurusan Biologi Universitas Andalas (Unand) di covention hall Padang, Senin (28/1).

Hadir dalam kesempatan tersebut, Presiden Peneliti Ornitologist Union, Ignatius Pramana Yudha, Rektor Universitas Andalas Prof. Dr. Tafdil Husni, SE, MBA, Dekan Biologi Unand, Utusan peneliti dan pemerhati burung dari berbagai daerah dan beberapa negara.

Wagub Nasrul Abit lebih jauh mengatakan, pihaknya memerlukan rekomendasi jenis atau spesies burung yang harus dilindungi. Sehingga, Pemprov maupun kabupaten/kota dapat membuat peraturan untuk memberikan sanksi pada oknum yang menangkap burung-burung dilindungi tersebut.

“Jangan sampai diteliti saja, namun tanpa tindakan. Kami (pemerintah) butuh rekomendasi jenis-jenis burungnya dulu,” kata Nasrul.

Sumbar juga memiliki ragam jenis burung yang terbilang banyak, lanjut Nasrul. Apalagi, Sumbar memiliki kawasan taman nasional seluas 1,2 juta hektar, dan 500 hektar diantaranya masih alami.

Kedepan, pihaknya juga akan berkoordinasi dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar, Dinas Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup, serta merangkul organisasi dan masyarakat pecinta burung yang ada di Sumbar. Tujuannya, agar jenis-jenis burung yang dilindungi semakin terjaga keberadaannya.

“Faktor terisolasinya burung itu banyak, seperti banyaknya pembukaan lahan perkebunan baru, perburuan, bahkan banyaknya lomba burung berkicau,” katanya.

Selain dihuni ragam suku terbanyak, Indonesia juga dikenal sebagai salah satu Negara yang mempunyai beragam jenis flora dan fauna. Khusus spesies burung, Indonesia bahkan menduduki peringkat 4 terbanyak di dunia.

Presiden Peneliti Ornitologist Union, Ignatius Pramana Yudha mengatakan, jumlah fauna burung di Indonesia mencapai 1.771 ragam dan 400 diantaranya termasuk jenis burung endemik.

“Sayangnya, 15 persen diantara jenis burung ini sudah terancam punah,” kata Ignatius Pramana Yudha

Berbagai hal yang menjadi penyebab berkurangnya spesies burung di Indonesia. Mulai dari kerusakan habitat, korban perburuan maupun perdagangan oknum tak bertanggungjawab. Banyak juga burung yang dipelihara masyarakat dan bahkan dikonsumsi.

“Suplayer terbesar perdagangan burung dari Sumatera. Sebetulnya, sudah ada Peraturan Desa (Perdes) yang mengatur soal ini. Tapi tidak berjalan baik. Harapan kami, kedepannya, setiap desa (Nagari) menguatkan pelestarian burung dari jarahan tangan oknum tak bertanggungjawab,” katanya.

Rektor Unand Tafdil Husni menyebutkan, jika luas kampus Unand mencapai 500 hektare dan 200 hektare diantaranya adalah hutan lindung. Kawasan hutan lindung inilah yang menjadi tempat penelitian jurusan biologi, termasuk kawasan bebas berbagai jenis burung untuk berkembangbiak.

“Unand peduli dan berperan aktif dalam konservasi serta menjaga lingkungan, termasuk menjaga keberadaan spesies burung. Bahkan, lebih 40 hasil penelitian dosen dan mahasiswa Unand terkait hal ini,” kata Tafdil.

Ketua panitia Sah Putra Adria, S. Si, juga mengatakana Konferensi Peneliti dan Pemerhati Burung di Indonesia Kelima, ini merupakan kali kelima para peneliti dan para pemerhati burung di Indonesia berkumpul untuk bersilaturahmi dan bertukar informasi tentang kondisi terkini kelestarian burung di Indonesia dan upaya-upaya
pelestariannya.

Acara ini diprakarsai oleh lembaga-lembaga yang tergabung dalam Konsorsium Burung di Indonesia, setiap tahunnya. Dan tahun ini diamanahkan kepada Universitas Andalas yang bekerjasama dengan Universitas
Negeri Padang untuk bersama-sama mengumpulkan para peneliti dan para pemerhati burung dari seluruh
penjuru Indonesia, dengan mengusung tema Restorasi Habitat untuk Kelestarian Burung, ungkapnya. (**)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *