Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
BERITA UTAMABISNISPERISTIWA

Keinginan Jusni Tak Hanya Tinggal di Angan, Tapi Jadi Kenyataan

342
×

Keinginan Jusni Tak Hanya Tinggal di Angan, Tapi Jadi Kenyataan

Sebarkan artikel ini
Jusni Armaini di rumah milik almarhum orang tuanya, di Perumnas Siteba dimana.(Foto dok Jusni Armaini)

Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk melalui program Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang dimulai semenjak tahun 1976 lalu, terbukti berhasil menjadikan jutaan keluarga bisa memiliki rumah. Keinginan masayarakat tak hanya tinggal di angan, tapi jadi kenyataan.

 PADANG, RELASI PUBLIK—Jusni Armaini A.Md (50 tahun) menghela nafas panjang sembari sesekali menunduk ketika wartawan media ini mewawancarainya, beberapa waktu lalu, untuk mengulik kenangan masa lalunya tinggal di Perum Perumahan Nasional (Perumnas) Siteba, dimana Bank Tabungan Negara (BTN) Persero Tbk, khususnya bank BTN Kantor Cabang Padang, Sumatera Barat (Sumbar) sebagai pembiayaan perumahan berbasis tabungan.

Di teras rumah yang dibeli secara kredit oleh ayahnya Almarhum Bustami dan ibunya Almarhumah Aminah yang berada di Jalan Padang Pariaman, Perumnas Siteba, Kecamatan Nanggalo, Kota Padang tersebut isteri dari Zulfadli ST ini berupaya memilih padanan kalimat bijak untuk mengungkapkan rasa syukurnya.

Karena kata dia, melalui pembiayaan perumahan berbasis tabungan yang diberikan bank BTN, akhirnya ia bersama ayah dan ibunya beserta tiga orang saudara perempuannnya bisa mewujudkan mimpi memiliki rumah di Kota Padang, yang merupakan ibukota Provinsi Sumatera Barat.

“Jadi itulah sebabnya mengapa saya bersama saudara harus bersyukur, karena kami tak pernah membayangkan akan bisa memiliki rumah di Kota Padang, yang merupakan ibukota Provinsi Sumbar. Ayah dan ibu saya sendiri sebenarnya berasal dari luar Kota Padang, yaitu dari Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar yang datang untuk merantau ke Kota Padang,” kata wanita lulusan Manajemen Komputer AMIK YPTK Padang ini.

Bahkan kata wanita yang menggeluti bisnis konveksi ini, kalaulah dalam agama yang dianutnya, Islam, tidak mengharamkan manusia bersujud pada manusia untuk mengungkapkan rasa terima kasih atau sebagai bentuk penghormatan, maka ia akan bersujud pada para manajemen Bank Tabungan Negara (BTN) Persero Tbk.

“Berkat KPR Bank BTN akhirnya harapan keluarga kami menjadi kenyataan, hasrat memiliki rumah di Kota Padang ternyata tak hanya sekedar mimpi, namun bisa terbukti,” kata Jusni.

Seperti diketahui, sebenarnya keberadaan Perumnas Siteba yang berada di Kelurahan Surau Gadang, Kecamatan Nanggalo, Kota Padang ini tak terlepas dari rencana master plan  pembangunan  kota, dimana  direncanakan  bahwa  Kecamatan Nanggalo merupakan kawasan yang akan dijadikan lokasi perumahan. Hal  ini dengan sendirinya mendorong banyaknya tanah yang beralih fungsi dari sawah atau ladang menjadi perumahan.

Jusni pun mencoba membolak balik kenangan masa silam yang dilaluinya bersama ayah dan ibunya serta tiga orang saudara perempuannya.

Pada awalnya kata wanita berkacamata minus ini menjemput kenangan, Perumnas Siteba itu awalnya terdiri dari 450 unit rumah, namun sekarang telah berkembang menjadi sekitar 1.000 unit rumah, dengan 7 Rukun Warga (RW) dan 25 Rukun Tetangga (RT).

Bersama bergesernya waktu, kini Perumnas Siteba tersebut tumbuh menjadi kawasan pemukiman padat penduduk.

Ini pernah diakui Camat Nanggalo yang saat itu dijabat Maghdalena. Bahkan menurutnya, di Kelurahan Surau Gadang, Kecamatan Nanggalo tersebut terdapat 6 perumahan, yaitu Perumnas Siteba, Perumdam Wirasakti, Komplek Kodam, Perumdam 3 Siteba, Vilaku Indah 4 dan Indah Pratama dengan jumlah penduduk sekitar 19.896 jiwa dan 6.914 kepala keluarga (KK), yang terdiri dari 22 RW dan 98 RT.

Fakta ini pun akhirnya menjadikan Kecamatan Naggalo yang awalnya merupakan kawasan nagari mengalami perkembangan pesat. Nagari yang awalnya identik dengan kampung itu pun berubah menjadi kawasan kampung dengan “cita rasa” kota.

Padahal kata Jusni, di awal ayahnya menempati rumah di Perumnas Siteba itu tahun 1989 lalu, suasananya masih sepi dan sering dilanda banjir, sehingga nama Perumnas Siteba itu dipelesetkan oleh sebagian masyarakat Kota Padang menjadi “Siap Terima Banjir”.

Awalnya Jusni bersama tiga orang kakak perempuannya merasa ringkih juga dengan kenyataan itu. Namun karena mereka bisa punya rumah dengan cara mencicil, akhirnya mereka harus mencoba beradaptasi dengan kenyataan.

Dikatakan Jusni, saat itu ia masih duduk di kelas dua SMA Negeri 3 Padang, yang merupakan salah satu sekolah favorit saat itu, namun ia sering dibuli teman-temannya, dengan pertanyaan; “apakah hari ini bajir di Siteba?”

Yang membuat anak ke empat dari empat orang bersaudara ini kesal, meski saat itu hanya hujan gerimis, namun pertanyaan itu masih juga dilontarkan teman-temannya, kata dia mencoba mengingat kenangan.

Ia malah tak sungkan mengakui bahwa sampai ini, saat usianya sudah memasuki 50 tahun, ia masih tetap bertahan di rumah peninggalan ayahnya tersebut, karena tiga kakak perempuanya sudah pergi merantau ke provinsi lain.

“Beribu kenangan terukir di rumah ini, jadi sayang kalau ditinggalkan tanpa ada yang menghuninya, apa lagi ketiga kakak saya hidup di perantauan,” kata istri dari salah seorang staf Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia perwakilan Sumbar ini.

Jusni juga mengaku, karena dari remaja tinggal di perumahan dimana bank BTN adalah sebagai pembiayaan perumahan berbasis tabungannya, sampai kini jika mendengar nama Bank Tabungan Negara, yang terbayang di pikirannya adalah Kredit Pemilikan Rumah (KPR).

“Tidak salah bila  BTN memang menjadi bank pelopor layanan pembiayaan kredit rumah di tanah air,” katanya. (Rangga EK Fadil)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *