SURABAYA, RELASI PUBLIK — 63 juta pengguna internet di Indonesia menurut Kabiro Adpim Setdaprov Sumbar Mursalim terbanyak media sosial dan terbanyak sumber informasi hoaks di media sosial.
“Dari analis pakar di Asosiasi Pengguna Jasa Internet Indonesia, kecendrungan pengguna internet untuk media sosial, tidak saring sebelum share, dampaknya, hoaks, gimmick bahkan kegaduhan dan banyak lagi negatifnya,” ujar Mursalim.
Studi Tiru Jurnalis bertajuk Sukses Pilikada No haters No Hoaks di Diskominfo Pemprov Jatim disambut kepala Dinas diwakili Kabid IKP wakili Kadiskominfo Putut Darmawan bersama tim lengkap, di ruang rapat lantai dua kantor tersebut.
Tim Studi Tiru Jurnalis dikoordinir Kabiro Admin Mursalim, dihadiri Anggota DPRD Sumbar Desain, Anggota KPU Sumbar Jons Manedi, Budi (Adpim), Rino (Humas KPU) dan Adrian Tuswandi (Jaringan Pemred Sumbar) bersama 16 Pemred dan pewarta online.
“Menangkal hoaks dan informasi tak mendasar di Diskominfo, ini sebenarnya tujuan ke kantor ini, yaitu metode prebunking dan debunking,” ujar Mursalim.
Anggota DPRD Sumbar Desrio Putra mengatakan hoaks bagi politisi hal lintas, karena sifat politisi diserang atau menyerang.
“Tapi tetap harus paham dampak dari keasyikan sebar hoaks yaitu UU ITE, pidana ujung-ujungnya, mengantisipasi lebih baik dari pada membiarkan,” ujar Desrio Putra.
Anggota KPU Sumbar Jons Manedi dalam sharing di Diskominfo Jatim pagi ini tertarik dengan klinik hoaks yang diampu oleh Diskominfo.
“Hoaks baru sudah muncul jelang Pilkada 2024, pengalaman kita pernah batalkan Caleg karena hate speech dan hoaks,” ujar Jons Manedi yang ceritakan pengalaman saat menjadi Anggota KPU Solok.
Ketua JPS Adrian Tuswandi mengatakan soal hoaks dan hate speech ancaman pesta demokrasi pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah (Pilkada).
“Semakin dibiarkan maka hoaks dan hate speech jadi ancaman nilai demokrasi di Pilkada,” ujar Toaik, biasa Adrian Tuswandi disapa banyak pihak.
Toaik juga mengakui soal hoaks dan hate speech sebenarnya Sumbar gudangnya.
“Wartawan jangan pernah mengutip hoaks, jangan terjebak viralnya hoaks akan mengadjustnent news di medianya, biarkan itu, kalau terpaksa juga tetap merujuk kepada kode etik jurnalis dan keberimbangan,”ujar Toaik.
Putut Darmawan dalam paparannya, era digital, maka interaksi sosial di media sosial sudah menjadi kebutuhan.
“Pengguna sudah menjadikan media sosial kebutuhan yang dalam sehari rata-rata menggunakan media sosial 8 jam,” ujar Putut.
Menurut Putut lalulintas yang sibuk dan crodit di media sosial, sah saja tumbuh pesat informasi tidak berdasarkan fakta dan data.
“Perilaku masyarakat dapat informasi tidak mau cek and ricek soal informasi diterima di media sosial, tapi sangat pro aktif membagikannya ke banyak group media sosial,” ujar Putut.
Klinik hoaks dan pre bunking kata Putut adalah upaya Diskominfo melahirkan relawan anti hoaks dan meluruskan berita hoaks dan hate speech.
“Jangan biarkan muncul ruang negatif, dulu kan dengan ruang positif di semua platform media sosial,” ujar Putut. (Rilis)