PADABG, RELASI PUBLIK – Sejak 1910 mesin pabrik sudah berputar di Indarung Lubuk Kilangan Kota Padang. Klin pertama dengan kapasitas 76,5 ton per hari waktu itu menandai tonggak sejarah beton di Indonesia bahkan Asia Tenggara.
“Pabrik Indarung I menjadi tonggak sejarah beton di Indonesia. Bisa dikatakan pada 1910 di Sumatra Barat inilah peradaban manusia bergeser,”ujar Komisaris Semen Padang Khairul Jasmi didampingi Kepala Departemen Komunikasi & Hukum Perusahaan PT Semen Padang Iskandar Z Lubis, Kamis (21/12/2023) saat mengajak pimpinan media di Padang mengeksplor PT Semen Padang jelang tutup tahun 2023.
Pabrik Indarung I menjadi penanda era infrastruktur dan era revolusi industri di Indonesia.
“Itu kiln pertama dengan kapasitas waktu itu 76,5 ton per hari. Sementara Kiln 5 beroperasi 1999. Semua terawat di Indarung sebagai kebanggaan industri Indonesia,”ujar Khairul Jasmi. Indarung I kini terdaftar sebagai cagar budaya nasional dan saat ini kata Khairul Jasmi tengah mengurus Warisan Sejarah Dunia (World Heritage) dari UNESCO.
Kiln pertama yang terlihat di kawasan Cagar Budaya Nasional itu dibangun 1910, sebelumnya dibangun PLTA sejalan dengan pembangunan PLTA Rasak Bungo pada 1908.
“PLTA Rasak Bungo ini menjadi PLTA pertama di Indonesia,”ujar KJ biasa wartawan senior Sumbar dan nasional ini disapa kalangan jurnalis.
Mengelilingi Pabrik Indarung I sebagai orang Sumbar pantas membusungkan dada.
“Begitu kokoh dan menjadi kebanggaan. Kedepan tentu kita berharap ada kecerdasan buatan untuk memvisualisasikan Indarung I ini beroperasi, kalau bisa luar biasa sekali,”ujar Owner media ini, Adrian Tuswandi kepada jajaran pengelola Pabrik Semen Padang I sebagai Cagar Budaya.
Pabrik Indarung I kini masih akses terbatas, karena butuh penataan zonasi yang bisa dikunjungi publik umum. (adr)