Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
BERITA UTAMATERBARU

Identifikasi Bakat Olahraga, Ya Talent Transfer Saja

120
×

Identifikasi Bakat Olahraga, Ya Talent Transfer Saja

Sebarkan artikel ini

PADANG, RELASIPUBLIK – Untuk melahirkan atlet berprestasi olahraga melalui International Course di HAN University, Arnhem Belanda ditemukan Talent Identification in Sport, karena dengan hal itu bisa menunjukan bagaimana melihat persamaan dan perbedaan identitas tiap-tiap profil olahraga serta teori perkembangan anak.

Demikian disampaikan Prof Syahrial Bakhtiar dalam diskusi hangat dengan Jan Willem, sebagai pemateri pada kesempatan itu, Rabu (30/10).

Dikatakannya, Jan Willem adalah seorang peneliti dari Ghen dan HAN University serta juga pelatih klub-klub besar Sepakbola di Belanda, salah satunya AFC Ajak Amsterdam.

Pengalamannya lima tahun melatih Ajax membawa tim ini menjadi salah satu klub terkuat di Belanda dan juga Eropa hingga saat ini. Pada kompetisi dalam negeri, Ajax sudah 33 kali menjuarai Liga Belanda.

Ajax kemudian dikenal dengan sistem pembinaan pemain muda yang handal dan terus melahirkan pemain-pemain berbakat dari dalam maupun luar Belanda. Seakan tiada habisnya, Ajax terus mengekspor para pemain terbaiknya, mulai dari Marco van Basten, Dennis Bergkamp, hingga Patrick Kluivert.

Jan Willem juga menyinggung tentang bagaimana dia memilih anak-anak muda yang berbakat dalam penyeleksian pemain, hal ini juga terbukti hingga saat ini pemain-pemain muda masih mengisi ruang dalam tim yang sudah berdiri sejak 1900-an. Tak hanya memiliki pengalaman di Ajax Amsterdam, Jan William juga pernah menjadi pelatih FC Twente, sebuah klub sepak bola Belanda yang berbasis di kota Enschede.

Dalam materi yang disampaikan, ia menjelaskan bahwa talent transfer adalah sebuah kesempatan yang ditawarkan kepada atlet profesional untuk mengganti cabang olahraga yang digeluti ke cabang olahraga lain. Perpindahan cabang ini didasarkan kepada identifikasi bakat dan sistem pengembangan ini bertujuan untuk memungkinkan atlet untuk mencapai potensi yang jauh lebih baik dari sebelumnya.
Beberapa atlet yang melakukan transfer ke cabang olahraga lain seperti Lebron Raymone James seorang pemain bola basket profesional asal Amerika yang bermain untuk Los Angeles Lakers dari National Basketball Association (NBA). Lebron James telah memenangkan 3 NBA championships, 4 NBA Most Valuable Player Awards, 3 NBA Finals MVP Awards, 2 Olympic gold medals, 1 NBA scoring title (2008), dan NBA Rookie of the Year Award (2004).

Ia juga terpilih 12 kali dalam tim NBA All-Star (dinamai 2 kali MVP), 12 All-NBA teams, dan 6 All-Defensive teams, serta leading scorer Cavaliers sepanjang masa. Lebron ketika masih SMA bukanlah seorang pemain Basket, tetapi seorang pemain American football yang bermain untuk tim SMA St. Vincent-St. Mary dan direkrut oleh beberapa program dari Divisi I, termasuk Notre Dame.

Contoh lainya atlit dunia yang juga melakukan talent transfer adalah Clara Hughes, atlit sepeda dan skater asal Kanada yang telah memenangkan beberapa medali Olimpiade di kedua olahraga tersebut. Hughes memenangkan dua perunggu di Olimpiade Musim Panas 1996 dan empat medali selama tiga Olimpiade Musim Dingin. Ketika masih kecil, dia sering melakukan olahraga hoki, bola voli, sepak bola, dan softball. Namun, pada tahun 1988 ia diperkenalkan dengan olahraga skating dan dua tahun kemudian dia juga dilatih pada balap sepeda.

Di samping talent transfer, aspek penting yang perlu dilihat oleh seorang pelatih, menurut Jan adalah bagaimana perkembangan fisik anak bisa berkembang. Hal inilah yang seharusnya menjadi poin utama dalam melakukan pelatihan olahraga. Perkembangan fisik anak itu berfokus pada pertambahan berat badan, tinggi, keterampilan motorik serta perkembangan otak. Selain menstimulasi kecerdasan, aktivitas fisik juga bisa membantu perkembangan otak. Jadi, kesempatan untuk menstimulasi perkembangan anak di usia dini melalui aktivitas fisik sangat perlu diperhatikan dan dilakukan.

Jan juga menggunakan teori ekologi dalam psikologi perkembangan anak.Teori ini menjelaskan bagaimana kualitas yang diwarisi oleh seorang anak dan lingkungan tempatnya berinteraksi dapat mempengaruhi bagaimana tumbuh kembang anak. Teori ini ditemukan oleh Seorang ahli psikologi dari Amerika bernama Urie Bronfenbrenner (1917-2005).

Melalui teori ekologinya tersebut, Bronfenbrenner menekankan pentingnya untuk mempelajari seorang anak dalam konteks lingkungan yang beragam yang juga dikenal dengan istilah sistem ekologi dalam usaha untuk memahami proses perkembangannya.
Keseruan pelatihan bersama Jan Willem tak hanya sebatas di dalam kelas. (Agusmardi/Humas UNP)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *