Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
BeritaBERITA UTAMANASIONALTERBARU

Festival Maek di Lima Puluh Kota Resmi Ditabuh, Siap Jadi Destinasi Wisata Arkeolog Global

28
×

Festival Maek di Lima Puluh Kota Resmi Ditabuh, Siap Jadi Destinasi Wisata Arkeolog Global

Sebarkan artikel ini
Festival Maek di Lima Puluh Kota. (Foto dok/Rls)

LIMA PULUH KOTA, RELASI PUBLIK – Maek Festival 2024, Rabu (17/7) berlangsung meriah. Ribuan masyarakat datang berbondong-bondong untuk menyaksikan berbagai atraksi kesenian yang disuguhkan oleh pengisi acara. Festival arkeologi terbesar di provinsi Sumatera Barat (Sumbar) tersebut, dibuka langsung oleh Ketua DPRD Sumbar Supardi sebagai penggagas acara, “tepatnya” di lapangan bola kaki Jorong Koto Tangah Nagari Maek, Kabupaten Lima Puluh Kota.

Ketua DPRD Sumbar Supardi saat membuka Maek Festival mengatakan, Maek sebagai negeri seribu menhir harus dikenal luas sebagai daerah peradaban tertua di Indonesia, semua orang setuju akan hal tersebut. Digagasnya Maek Festival 2024 merupakan upaya tulus untuk memajukan potensi daerah, tidak ada unsur apapun.

Untuk mendapatkan pengakuan Maek sebagai warisan dunia perjalan panjang telah dilalui, mulai dari Focus Discussion Grub (FGD) hingga meneliti fosil yang ditemukan pada daerah Maek di Australia.

“Kita semua harus mengetahui tahun berapa pastinya keberadaan Maek tersebut, sehingga upaya panjang telah dilalui,” katanya.

Dia menyebut Metode penelitian fosil yang dilakukan di Australia yaitu carbon dating, ada 13 tahap untuk menentukan usia fosil yang diteliti, namun untuk Maek telah berada pada tahap akhir, hampir dipastikan fosil itu berumur 4000 tahun sebelum masehi. Harusnya pada pembukaan Maek Festival hasil Carbon Dating telah keluar namun harus ditunggu bersama-sama.

“4000 tahun sebelum masehi, belum ada NKRI dan Ranah Minang. Namun Maek telah memiliki peradaban yang maju, sungguh situs sejarah yang sangat membanggakan Sumbar,” katanya.

Tidak hanya menhir, Nagari Maek juga terdapat bekas kawah merapi aktif yang meletus jauh sebelum terbentuknya Danau Toba. Itu ditemukan saat Dinas Kebudayaan Sumbar saat mengadakan penelitian dengan UNP pada 2005 lalu. Disini juga ditemukan bekas pelabuhan aktif, oleh sebab itu Maek harus menjadi tempat pariwisata khusus dengan pangsa pasar yang berbeda (Arkeolog-red).

Supardi berpesan kepada masyarakat Maek agar memanfaatkan potensi yang ada di nagari itu untuk dinikmati oleh pengunjung. Masyarakat juga diminta untuk dapat membangun narasi kepada pengunjung agar tertarik datang serta tinggal lama di Nagari Maek yang punya sekitar 1200 Menhir tersebut.

“Artinya, kita masyarakat harus ramah terhadap tamu-tamu yang datang berkunjung. Yang paling penting sekali adalah kita jangan sampai kehilangan jati diri kita sebagai masyarakat yang berbudaya dan beradab. Sebab, itulah yang akan kita jual kepada mereka,” tuturnya.

Turut hadir pada kesempatan itu, Gubernur Sumbar diwakili Kepala Dinas Kebudayaan Jeffrinal Arifin, Ketua DPRD Limapuluh Kota Deni Asra, Pj. Wali Kota Payakumbuh Suprayitno, Forkopimda, Wali Nagari se-Kecamatan Bukik Barisan, Niniak Mamak, Alim Ulama, Cadiak Pandai, Bundo Kanduang dan tamu undangan lainnya. Acara Maek Festival digelar 17 hingga 20 Juli 2024.

Sementara itu, Bupati Limapuluh Kota Safaruddin Dt. Bandaro Rajo mengapresiasi dan mengucapkan terima kasih kepada Ketua DPRD Sumbar yang telah sukses melaksanakan Maek Festival 2024 yang digelar oleh Dinas Kebudayaan Sumbar.

“Festival Maek 2024 melampaui ekspektasi. Saya tidak menyangka bahwa semeriah ini. Kita mengapresiasi Pemprov Sumbar dan Ketua DPRD Sumbar serta seluruh yang terlibat dalam kegiatan ini termasuk seleruh masyarakat Maek,” ujar Bupati Safaruddin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *