“We do not speak, we do not walk, but we think and use our brains,”
Oleh : Novita sari yahya
National Director Indonesia 2023-2024 dan 2026
Ketika Pageant Tidak Lagi Sekadar Panggung, Melainkan Ruang Pikir dan Tanggung Jawab
Pendahuluan
Pageant di Indonesia telah melalui perjalanan panjang. Dari sekadar ajang hiburan dan kompetisi penampilan, pageant perlahan berkembang menjadi ruang representasi nilai, identitas, dan aspirasi sosial. Namun, perubahan zaman menuntut lompatan yang lebih besar. Dunia tidak lagi menilai seseorang semata dari visual, tetapi dari gagasan, karakter, dan dampak yang ditinggalkan. Dalam konteks inilah, era baru pageant Indonesia lahir dan dirumuskan.
Ketika saya merancang konsep pemilihan Miss & Mister Nusantara Archipelago International, Miss, Mrs, dan Mister Zamrud Khatulistiwa, Miss & Mrs Hijab Heritage International, serta Talent Kids International, saya tidak sekadar membangun ajang kompetisi. Saya merancang sebuah ekosistem. Sebuah gerakan yang berangkat dari kesadaran budaya, karakter bangsa, dan tanggung jawab sosial, dengan fondasi kuat pada kepribadian Indonesia. Inilah titik awal dari new era pageant and entertainment Indonesia.
Pageant sebagai Ruang Pemikiran, Bukan Sekadar Penampilan
Tagline yang diusung, “We do not speak, we do not walk, but we think and use our brains,” bukan sekadar rangkaian kata. Ia adalah pernyataan sikap. Sebuah kritik halus terhadap budaya instan yang sering menempatkan pageant pada ruang sempit: berbicara indah, berjalan anggun, dan tampil memikat. Era baru pageant menolak reduksi tersebut.
Pageant tidak lagi hanya tentang apa yang terlihat di atas panggung, tetapi tentang apa yang tumbuh di dalam diri peserta. Cara berpikir, kemampuan menganalisis persoalan, keberanian bersikap, dan kesanggupan mengambil peran nyata dalam masyarakat menjadi inti dari proses seleksi dan pembinaan. Peserta tidak dituntut untuk banyak berbicara, tetapi untuk berpikir jernih. Tidak dituntut untuk berjalan sempurna, tetapi untuk melangkah dengan kesadaran dan tanggung jawab.
Identitas Nusantara sebagai Fondasi Global
Indonesia adalah bangsa dengan kekayaan budaya yang luar biasa. Namun, kekayaan tersebut sering kali hanya menjadi ornamen, bukan substansi. Dalam era baru pageant, budaya Nusantara ditempatkan sebagai fondasi berpikir dan bertindak, bukan sekadar kostum atau simbol.
Konsep Nusantara Archipelago International dan Zamrud Khatulistiwa menegaskan bahwa identitas Indonesia tidak bertentangan dengan standar global. Justru sebaliknya, karakter lokal yang kuat menjadi modal utama untuk tampil di tingkat internasional. Peserta diarahkan untuk memahami nilai-nilai luhur Nusantara: gotong royong, etika, kesantunan, tanggung jawab sosial, serta harmoni dengan alam. Nilai-nilai ini tidak diajarkan sebagai hafalan, tetapi sebagai sikap hidup yang tercermin dalam perilaku, keputusan, dan karya.
Standar Seleksi Berbasis Karakter dan Integritas
Salah satu pembaruan mendasar dalam era baru pageant ini adalah perubahan paradigma seleksi. Penilaian tidak lagi bertumpu pada aspek fisik semata, melainkan pada integritas karakter, kedalaman pemikiran, dan konsistensi sikap. Proses seleksi dirancang untuk membaca kepribadian secara utuh.
Bagaimana peserta menyikapi perbedaan, bagaimana ia memandang isu sosial dan lingkungan, serta bagaimana ia memosisikan dirinya sebagai bagian dari masyarakat. Kejujuran, empati, dan kesadaran moral menjadi indikator utama. Dengan pendekatan ini, pageant menjadi ruang pembelajaran etika publik. Peserta tidak hanya diuji untuk menang, tetapi untuk layak dipercaya sebagai representasi nilai dan wajah bangsa.
Perempuan, Laki-laki, dan Anak sebagai Subjek Peradaban
Keunikan konsep ini terletak pada keberanian untuk merangkul berbagai segmentasi: perempuan, laki-laki, perempuan berhijab, hingga anak-anak berbakat. Setiap kategori tidak diperlakukan sebagai objek hiburan, melainkan sebagai subjek peradaban.
Miss dan Mrs ditempatkan sebagai figur yang tidak hanya anggun, tetapi juga matang secara pemikiran dan sosial. Mister hadir sebagai representasi laki-laki Indonesia yang beretika, peduli lingkungan, dan memiliki kesadaran kepemimpinan. Hijab Heritage menegaskan bahwa budaya dan modernitas dapat berjalan seiring tanpa saling meniadakan. Sementara Talent Kids International dirancang sebagai ruang aman untuk menumbuhkan potensi anak dengan pendekatan edukatif dan berkarakter.
Pageant dan Kesadaran Lingkungan
Era baru pageant tidak dapat dilepaskan dari isu lingkungan. Indonesia sebagai negara kepulauan menghadapi tantangan serius terkait krisis ekologis. Oleh karena itu, kesadaran lingkungan menjadi bagian integral dari visi pageant ini.
Peserta didorong untuk memahami relasi manusia dengan alam. Bukan sekadar kampanye simbolik, tetapi tindakan nyata yang berkelanjutan. Sikap hemat, tanggung jawab terhadap sampah, serta kepedulian terhadap ekosistem lokal menjadi bagian dari nilai yang diinternalisasi. Dengan demikian, pageant bertransformasi menjadi medium edukasi publik tentang pentingnya menjaga bumi sebagai warisan bersama.
Entertainment yang Mendidik dan Membentuk Karakter
Industri hiburan memiliki pengaruh besar terhadap cara berpikir masyarakat. Oleh sebab itu, era baru pageant memposisikan diri sebagai bagian dari entertainment yang mencerdaskan. Hiburan tidak lagi bersifat kosong, tetapi sarat makna.
Panggung pageant menjadi ruang narasi. Setiap segmen, setiap penampilan, dan setiap cerita peserta diarahkan untuk menyampaikan pesan nilai, perjuangan, dan refleksi sosial. Penonton tidak hanya disuguhi estetika, tetapi diajak berpikir dan merasakan. Inilah hiburan yang berakar pada kesadaran, bukan sensasi semata.
Menuju Pageant sebagai Diplomasi Budaya
Dalam skala global, pageant memiliki potensi besar sebagai alat diplomasi budaya. Melalui figur Miss dan Mister, Indonesia dapat menyampaikan wajah bangsa yang berkarakter, beretika, dan berwawasan luas. Era baru pageant membuka ruang kolaborasi internasional tanpa kehilangan jati diri.
Peserta dipersiapkan untuk berdialog, bukan sekadar tampil. Untuk memahami dunia, tanpa tercerabut dari akar budaya Nusantara.
Penutup: Pageant sebagai Cermin Zaman
Era baru pageant Indonesia lahir dari kegelisahan dan harapan. Kegelisahan terhadap budaya instan, dan harapan akan lahirnya generasi yang berpikir, berkarakter, dan bertanggung jawab. Pageant tidak lagi sekadar kompetisi. Ia adalah cermin zaman, ruang pendidikan karakter, dan gerakan budaya.
Dengan semangat “We do not speak, we do not walk, but we think and use our brains,” pageant Indonesia melangkah ke babak baru: lebih sadar, lebih bermakna, dan lebih berdaulat.














