Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
BERITA UTAMAPOLITIKTERBARU

Empat Isu Penting Yang Menjadi Permasalahan Masyarakat Sumbar

1256
×

Empat Isu Penting Yang Menjadi Permasalahan Masyarakat Sumbar

Sebarkan artikel ini

PADANG, RELASIPUBLIK – Calon Anggota Legislatif (Caleg) DPR-RI Edriana, SH, MA dari Partai Gerindra berdiolog dengan beberapa awak media di Sekretariat Ikatan Wartawan Online (IWO) Provinsi Sumbar, Kamis (17/01) .

Dalam kesempatan itu , Edriana , SH mengatakan ada empat isu penting yang menjadi permasalahan bagi masyarakat Sumatera Barat.

“Empat isu tersebut diantaranya terkait kestabilan harga komoditi pertanian, ketahanan keluarga, penanganan gizi buruk anak dan Pemberdayaan di bidang UMKM,” ujar Edriana yang juga seorang Direktur Program di Women Research Instute (WRI) WRI merupakan lembaga penelian dan peningkatan kapasitas perempuan.

“Beberpa hari lalu, kita melakukan sosialisasi ke 11 Kabupaten/Kota di Sumbar dalam kegiatan sosialisasi tesebut saya merangkum berbagai isu penting yang harus diperjuangkanya,” ujar Edriana.

Ketika melakukan sosialisasi ke Kecamatan  X Koto, Kabupaten Tanahdatar, ia mengatakan  bahwa 90 persen masyarakat disana hidup dari hasil pertanian. Karena ketergantungan dari hasil pertanian itu membuat mereka juga tentunya cemas dengan adanya ketidaksabilan pada harga jual dari hasil tani mereka.

Jika diperhatikan bahwa tidak hanya di Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar saja yang masyarakat hidup dari hasil pertanian, tetapi dibeberapa Kabupaten/Kota di Sumatera Barat banyak masyarakatnya hidup dari hasil pertanian mereka.

Yang membuat petani resah itu lanjutnya, harga komoditi pertanian mereka saat menanam sangat tinggi dibandingkan biaya pulang pokok yang mereka dapat saat mereka panen.

“Sumbar harus kembali menjadi lumbung padi dan pertanian untuk mewujudkan swasembada pangan. Ini harus menjadi perhatian pemerintah daerah dan harus diperjuangkan juga tentunya,” ujar Edriana .

Selain stabilitas harga komoditi pertanian, juga ada isu terkait permasalahan ketahanan keluarga. Menurutnya, permasalahan ketahanan keluarga menjadi hal penting di Sumbar, terutama akhir-akhir ini sering ditemukan kasus seks bebas, narkoba, LGBT dan masalah lainnya.

“Ketahan keluarga juga menjadi hal yang harus diperhatikan di Sumbar. Pengertian ketahanan keuarga disini adalah bagaimana keluarga dapat saling menjaga dan memperhatikan anggota keluarga mereka lainnya. Nilai itulah yang saat ini hilang di masyarakat,” ujar wanita yang juga berprofesi sebagai President Direktur Jakarta Mulcultural School Sekolah Internasional, berbahasa Inggris mulai dari TK,SD, SMP dan SMA.

Dahulu kata Edriana, satu orang anak itu bisa diperhatikan oleh anggota keluarga besar mereka yang lainnya. Contohnya, seorang mamak di Minangkabau biasanya itu bertanggungjawab kepada kemenakannya, bahkan ada pepatah minang yang mengatakan bahwa “Anak dipangku, kamanakan dibimbiang”.

Isu lainnya yakni tentang masalah gizi buruk yang berdampak pada munculnya stunting. Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi.

“Menurut data, 7, 8 juta dari 25 juta-an anak di Indonesia berada dalam kondisi gizi buruk yang mana tumbuh kembang tubuhnya tidak sesuai dengan usianya. Jangankan otak yang bekerja, bekerja fisik pun anak yang masuk dalam kondisi stunting ini tidak sulit,” kata aktivis perempuan skala Nasional ini.

Di sisi lain, Edriana mengungkapkan bahwa masalah lainnya yang harus diperhatikan dan diperjuangkan adalah pemberdayaan dan pengembangan UMKM.

“Pada zaman sekarang ini, perempuan itu tidak hanya bergantung ke laki-laki sebagai tulang punggung keluarga. Bahkan ada survei yang mengungkapkan bahwa satu diantara tiga perempuan itu merupakan salah seorang sumber penghasilan dalam keluarga,” ungkap Edriana.

Menurutnya, saat ini wanita juga tidak berperan sebagai ibu rumah tangga juga, tapi merupakan sebagai salah satu orang yang berperan dalam meningkatkan perekonomian keluarga. Oleh karena itu, melalui pengembangan UMKM, perempuan dapat menjadi perhatian sebagai penghasil ekonomi keluarga. (Dewi)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *