PADANG, RELASIPUBLIK – Sumatera Barat bukanlah daerah indutri padat karya, tidak ada indrustri yang berkembang baik di daerah ini kecuali Semen Padang yang merupakan peninggalan Belanda karena potensi alamnya. Masyarakat Sumbar lebih menyukai pada Usaha Kecil Menengah (UKM) terutama perdagangan dan pertanian yang watak dan karakter budaya masyarakat lebih cendrung pada usaha yang dikelola secara sendiri.
Hal ini diungkap Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno kepada Tim Ekspedisi 34 Gubernur dari Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI), di Ruang Rapat Gubernur Sumbar, Selasa (18/9/2018)
Gubernur Sumbar Irwan Prayitno lebih lanjut menyebutkan strateginya dalam mengurangi angka kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan Sumatera Barat hingga mencapai 6,8% dan terus turun tiap tahunnya.
Melihat kondisi ini pihak utama yang perlu disejahterakan di Sumbar adalah para petani. Sebab, Sumbar adalah provinsi dengan penerimaan daerah terbesar dari sektor pertanian.
“23,8 % penerimaan daerah adalah dari pertanian, perputaran ekonomi terbesar ada di pertanian dan tidak ada industri besar di Sumbar kecuali Semen Padang, sehingga bicara kesejahteraan rakyat harus bicara kesejahteraan petani,” ungkap Irwan Prayitno
Oleh karena itu, dia pun mengarahkan semua dinas di Sumatera Barat diarahkan untuk fokus menyejahterakan petani, baik di sektor pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan.
“Jangan sampai program untuk rakyat seperti gerimis, ada terasa tapi tidak mengena, tapi harus seperti hujan deras yang dirasakan manfaatnya sehingga apa yang kita sebut Gerakan Pensejahteraan Petani diurus semua dinas tidak hanya dinas pertanian,” jelas Guru Besar Psikologi ini.
Menurut Irwan Gerakan Pensejahteraan Petani (GPP) dilakukan dengan cara membuat petani mampu memenuhi kebutuhan pangannya terlebih dahulu dengan memberikan bibit sayur hingga hewan ternak.
“Menyejahterakan Petani tak bisa dengan mengalihkannya ke pekerjaan yang lain, perlu penambahan waktu kerja dan kegiatan mereka, maka kami buat rumah tiap petani menjadi rumah pangan lestari, diberi bermacam bibit sayuran, di belakang diberi ternak itik, diberi bibit coklat di halaman, diberi ikan lele dengan kolam terpal, sehingga minimal untuk makan sendiri tak perlu beli, lebih lanjut petani bisa mendapat penghasilan tambahan dengan menjualnya,” papar Irwan.
Kemudian untuk nelayan, Irwan menjelaskan program Pensejahteraan Masyarakat Pesisir dengan memberikan bantuan jala, lemari pendingin, kapal mesin tempel sehingga nelayan bisa memperbanyak hasil tangkapan.
Lalu di sektor peternakan, Irwan menggagas aplikasi i-Ternak yang menghubungkan peternak dengan investor sehingga membantu peternak mendapatkan akses modal.
Dari berbagai upaya memberikan kail ketimbang ikan tersebut, berdasarkan survei yang dilakukan Pemprov Sumbar penghasilan masyarakat cukup meningkat pesat.
“Penghasilan petani dan nelayan meningkat dari tidak sampai satu juta rupiah per bulan pada awalnya dengan program GPP, Gerakan Ekonomi Masyarakat Pesisir (GEMP) sektor perikanan saat ini rata-rata telah mencapai hingga 4 juta rupiah per bulan. Dan dari kesemua program yang terpadu Organisasi Perangkat Daerah (OPD) sesuai peran dan fungsi pembangunan mensejahterakan Petani dan Nelayan setiap tahunnya ada penurunan angka kemiskinan, karena masyarakat miskin di Sumatera Barat itu dominan adalah masyarakat petani dan nelayan,” ujarnya
Kita juga meningkatkan pembangunan sarana dan prasarana pariwisata yang mampu membawa multi efek dalam mengairahkan UKM, terutama pada sektor kuliner, keripik balado, rendang dan gulai kepala ikan.
“Kuliner masakan Padang itu memang enak dan enak sekali. Randang yang telah menjadi makan terlezat di dunia menjadikan Sumbar selalu kekurangan daging sapi setiap tahun, hingga perlu pengembangan sektor peternakan sapi menjadi perhatian untuk menekan harga daging sapi bisa stabil dan harga terjangkau oleh masyarakat,” tambahnya. (***)