Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
BERITA UTAMATERBARU

Wagub Nasrul Abit : Generasi Muda Jangan Suka Mengujat Para Pemimpin

223
×

Wagub Nasrul Abit : Generasi Muda Jangan Suka Mengujat Para Pemimpin

Sebarkan artikel ini

PADANG, RELASIPUBLIK – Generasi muda Indonesia adalah melanjutkan hal-hal baik, perjuangan, dan pembangunan yang telah dilakukan oleh pemimpin-pemimpin Indonesia terdahulu, jika ada kekurangan itu yang mesti kita sempurna bukan malah menghakimi dan mengujat apa yang telah mereka lakukan.

Hal ini disampaikan Wakil Gubernur Sumatera Barat Nasrul Abit pada saat memberi sambutan dalam acara Malam Sarasehan Tirakatan dalam rangka Peringatan Hari Ulang Tahun ke-73 Kemerdekaan Republik Indonesia 2018, di Aula Kantor Gubernur Sumbar, Kamis malam, (16/8/2018).

Lebih lanjut Wagub Nasrul Abit menyampaikan, para pemimpin-pemimpin Indonesia dahulu hingga kini, dengan gaya kepemimpinannya masing-masing, dan kondisi masyarakat pada masanya, telah berupaya mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur melalui berbagai kebijakan dan program.

Para pemimpin itu telah bekerja melanjutkan perjuangan dan mengisi kemerdekaan dengan pembangunan yang dilakukan sesuai zamannya, jika masyarakat Indonesia yang adil dan makmur belum dapat diwujudkan dengan sempurna, itu disebabkan oleh banyak sekali faktor.

Oleh karena itu kita menghimbau generasi muda saat ini, jangan menghujat para pemimpin kita, jika ada yang kurang itu berarti adalah kekurangan kita bersama.

Makanya tugas generasi saat ini untuk meneruskan perjuangan, berbuat yang terbaik guna mendorong terwujudnya kemakmuran dan keadilan yang merata secara sempurna, ujar Wagub Nasrul Abit.

Wagub Nasrul Abit juga menyayangkan masih ada anak bangsa yang terus berupaya mendengungkan hal-hal negatif dan menyebarkan berita-berita bohong menyangkut pemimpin-pemimpin negara sendiri.

Setiap pemimpin Indonesia, dulu hingga kini, dengan caranya, telah membawa Indonesia maju ke depan. Entah selangkah, atau dua. Ia menekankan, tak ada satupun di antaranya yang dengan sengaja membawa Indonesia berbalik mundur ke belakang.

Kita lihat mulai dari kemerdekaan dulu, Soekarno-Hatta adalah pencetus kemerdekaan. Disebut sebagai Orde Lama. Ada yang bilang Orde Lama gagal. Apa yang gagal ? Mereka telah membawa kita menuju kemerdekaan.

Setelahnya masuk era Soeharto. Orang bilang tidak ada yang diperbuat pada masa dia. Omong kosong itu. Saya sendiri merasakan manfaat pembangunannya. Begitupun masa Pak Habibie, Rupiah berhasil dikuatkan. Begitupun Gus Dur.

Era Megawati juga demikian. SBY juga demikian. Termasuk era Pak Jokowi, tadi kita dengar dari Presiden, kemiskinan sudah turun, perkembangan kita juga baik,” tutur Nasrul Abit menguraikan.

Introspeksi inilah yang mesti dilakukan pemuda, bagaimana agar kita bisa berbuat untuk negara kita tercinta ini. Kalau yang lalu-lalu sudah kita evaluasi, kita ambil yang baiknya, tinggalkan yang jelek-jelek, untuk melangkah maju ke depan.

Sekarang apa tantangan kita di Sumbar saat ini? Bagi anak-anak muda, mungkin merokok jadi suatu kebanggaan. Tapi rokok juga salah satu penyebab utama inflasi.

Narkoba perlu kepedulian kita untuk memberantasnya. Jika kita mengetahui, tugas kitalah untuk melaporkan. Kemudian LGBT, Geng motor jalanan. Ada saja group-group seperti ini yang mulai merusak generasi muda kita,” papar Nasrul Abit.

Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Sumbar Fadly Amran juga mengungkapkan aspek kepemudaan yang menurutnya patut diberi perhatian lebih, yakni, di tengah maraknya informasi mengenai Indonesia yang akan segera menikmati bonus demografi, masih banyak jumlah penduduk usia produktif yang tidak memiliki pekerjaan.

Sering kita dengar, orang-orang bicara tentang bonus demografi, Indonesia kini seperti Jepang tahun 1971, mempunyai task force. Ini adalah anugerah. Tapi perlu disadari, task force yang besar ini apakah 100% produktif? Realitanya banyak sekarang pemuda-pemuda kita sekarang yang tidak bekerja. Banyak kita temukan, citra kepemudaan malah cenderung negatif, ungkapnya.

Kita meyakini jumlah pemuda berprestasi tak kalah banyak. Atas dasar itu, ia bertekad akan mengupayakan pemuda-pemuda ini mendapat sorotan yang pantas.
Kami dari KNPI siap menyikapi. Masih banyak pemuda-pemuda berprestasi, Kami akan mendorong ekspos pemuda-pemuda yang ini,” ujarnya.

Fadly juga menekankan pentingnya negara merumuskan visi dan misi kepemudaan yang jitu dan terarah agar bonus demografi sebagaimana yang didengungkan benar-benar menjadi bonus bagi bangsa Indonesia.

Bukan malah sebaliknya, menjadi musibah. Kita yakin pemuda Indonesia sekarang ini sangat militan, bisa berjuang sendiri. Tentu perlu visi dan misi kepemudaan yang jitu, perlu dipikirkan, agar bonus demografi tadi benar-benar menjadi bonus karena intrik-intrik internasional sudah membayangi pemuda kita. Perlu segera dicarikan solusi karena baginya kemandirian berpikir pemuda tak akan dapat diwujudkan tanpa kemandirian finansial, terangnya.

Sementara itu, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sumbar, Guspardi Gaus, dalam sambutannya, telah 73 tahun kita merdeka. Kita tahu kemerdekaan kita diraih pejuang dengan rido Tuhan. Tak terasa. Lalu muncul pertanyaan di benak, apa yang telah kita lakukan untuk mengisi kemerdekaan tersebut.

Cita-cita kemerdekaan adalah terciptanya masyarakat adil dan makmul serta terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Ia tidak menampik telah banyak kemajuan yang dialami bangsa.

Namun begitu, ia mengakui, masyarakat adil dan makmur tersebut belum sepenuhnya terwujud. merupakan tugas dan kewajiban kita semua, pemda, dunia usaha, perguruan tinggi, organisasi masyarakat, dan elemen bangsa lainnya untuk melanjutkan perjuangan bangsa meraih cita-cita kemerdekaan tersebut,” tandasnya.

Hanya saja, tambahnya, upaya melanjutkan perjuangan pejuang kini tidak lagi ditempuh dengan pertempuran di medan perang, melainkan dengan mengisi Kemerdekaan ini, ajaknya

Guspardi juga mengajak untuk selalu mawas diri dan siaga karena banyak tantangan dan hambatan di depan mata yang berpotensi meruntuhkan nilai-nilai kehidupan berbangsa dan bernegara.

Salah satu tantangan yang paling potensial adalah pemilu nanti. Kita harus berkomitmen bahwa pemilu adalah untuk memajukan pembangunan bangsa dalam rangka mengisi kemerdekaan, bukan ajang saling menjatuhkan atau sumber perpecahan anak bangsa, serunya.(**)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *