Oleh: Zeana
Sumenep – Kelompok penolak seismik — yang sejatinya menolak pembangunan di Kangean — bukan hanya menentang kemajuan, tetapi juga telah berubah menjadi preman media sosial. Mereka bersembunyi di balik akun anonim, melontarkan hujatan, fitnah, dan adu domba antar tokoh masyarakat.
Ironis, perjuangan yang mereka klaim demi rakyat justru menciptakan perpecahan di tengah masyarakat sendiri. Mereka memecah persaudaraan, merusak kepercayaan, dan menabur kebencian di ruang publik.
Jika cara-cara seperti ini terus dibiarkan, Kangean bukan hanya tertinggal dalam pembangunan, tetapi juga terjebak dalam krisis moral yang lebih dalam — krisis akhlak, bahkan krisis generasi. Di saat dunia luar bergerak maju, Kangean justru berisiko tenggelam oleh kebencian dan ketidaksadaran.
Sudah saatnya masyarakat sadar bahwa kemajuan tidak akan lahir dari fitnah, dan masa depan tidak akan tumbuh dari kebohongan. Mari bersatu menjaga Kangean agar tetap beradab, berakhlak, dan bebas dari pengaruh destruktif, termasuk bahaya narkoba yang kini mengintai generasi muda.
Fenomena ini terlihat jelas di berbagai unggahan media sosial bertema Kangean. Hujatan bersahut-sahutan, seolah berasal dari banyak orang, padahal sering kali dibuat oleh akun yang sama. Inilah wajah baru provokasi digital — penuh tipu daya, tanpa tanggung jawab, dan tanpa rasa malu.














