LAGAN MUDIK PUNGGASAN – Busrial (50) dan istrinya, Erma (40), warga Kampung Lagan Gadang Mudik, Kenagarian Lagan Gadang Punggasan, Kecamatan Linggo Sari Baganti, Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel), Sumatera Barat, harus berjuang keras memenuhi kebutuhan hidup sambil merawat anak kedua mereka yang mengalami gangguan mental.
Selama bertahun-tahun, pasangan ini tinggal di rumah yang sudah tidak layak huni. Dinding dari papan rapuh dan atap yang bocor menjadi bagian dari keseharian mereka.
“Saya hanya bekerja sebagai petani dan buruh harian lepas. Untuk makan sehari-hari saja, kami sudah bersyukur,” ujar Busrial dengan nada pasrah.
Sebagai kepala keluarga, ia mengaku tak berani bermimpi memiliki rumah layak. “Siapa yang tidak ingin punya rumah bagus? Tapi bagi kami, itu seperti mimpi di siang bolong,” katanya.
Tanggung jawab Busrial tak hanya pada istri dan empat anaknya, tetapi juga kepada mertua yang telah lanjut usia, yakni 70 tahun. Sementara sang istri, Erma, bekerja serabutan sebagai buruh sawah jika ada yang memanggil. Namun, kondisinya tak selalu memungkinkan karena harus menjaga anak yang sakit dan mertuanya yang sudah renta.
“Kalau ada panggilan kerja, saya pergi. Tapi seringkali saya tidak bisa tinggalkan rumah. Meski begitu, saya tetap berusaha semangat,” tutur Erma lirih.
Busrial pun menyampaikan harapan kepada pemerintah daerah, khususnya kepada Bupati Pesisir Selatan, Hendrajoni, dan istrinya, Lisda Hendrajoni.
“Saya tahu Bapak Bupati dan Bunda Lisda peduli dengan rakyat kecil. Kami sangat berharap ada bantuan agar bisa hidup lebih layak,” ujarnya.
Tetangga mereka, Wati, membenarkan kondisi sulit keluarga tersebut. “Mereka orang baik, hidup dari bertani dan upah buruh. Kondisinya memang memprihatinkan,” kata Wati.
Dengan segala keterbatasan, keluarga ini hanya bisa berharap ada perhatian dari pemerintah atau pihak yang tergerak membantu. “Kami tidak tahu harus mengadu ke mana lagi,” ucap Busrial menutup harapan.














