Oleh: Anto | RelasiPublik.com
Danau Singkarak bukan sekadar hamparan air yang luas dan tenang. Ia adalah wajah alam Sumatera Barat yang memantulkan identitas dan harapan masyarakat di sekitarnya. Tapi sayangnya, danau ini seolah terlalu lama ditinggalkan dalam diam, ditatap tanpa disentuh, dikagumi tanpa dijaga.
Terletak di antara dua kabupaten—Solok dan Tanah Datar—Danau Singkarak menyimpan potensi besar dalam bidang pariwisata, perikanan, penelitian, hingga budaya lokal. Namun potensi itu seperti terkurung dalam ketidakseriusan perencanaan. Infrastruktur masih terbatas, kawasan tepi danau belum tertata optimal, bahkan spesies endemik seperti ikan bilih kini mulai terancam punah akibat eksploitasi dan pencemaran.
Danau Singkarak Bukan Hanya Pemandangan
Bagi masyarakat sekitar, danau ini adalah sumber kehidupan. Tapi bagi sebagian pihak, ia hanya dijadikan latar foto atau lokasi singgah saat melintas di jalur lintas Sumatera. Tanpa pengelolaan terpadu, tanpa regulasi yang kuat, Danau Singkarak bisa kehilangan daya tarik dan makna ekologisnya.
Padahal, jika dikembangkan dengan pendekatan ekowisata yang berbasis masyarakat, Singkarak bisa menjadi wajah baru pariwisata Sumatera Barat yang tidak kalah dengan Danau Toba di Sumatera Utara. Sayangnya, hingga kini belum terlihat upaya yang konsisten dan menyeluruh dari pihak pemerintah daerah maupun provinsi.
Singkarak Butuh Perlindungan, Bukan Pujian
Banyak hal yang perlu dibenahi jika kita ingin melihat Singkarak berkembang:
- Penataan kawasan pesisir danau yang ramah wisatawan dan ramah lingkungan.
- Pembatasan penangkapan ikan bilih secara ketat, didukung dengan edukasi dan bantuan alternatif ekonomi untuk nelayan.
- Revitalisasi promosi wisata berbasis budaya Minangkabau, seperti festival Singkarak yang tak hanya lomba sepeda, tapi juga ruang ekspresi nagari.
- Kolaborasi antara pemerintah, akademisi, LSM, dan media lokal untuk mengawal kebijakan.
Tanpa perlindungan dan perencanaan jangka panjang, danau ini hanya akan menjadi nostalgia. Kita hanya akan bisa berkata: “Dulu di sini pernah ada danau yang indah.”
Menunggu Keseriusan Semua Pihak
Pemerintah Provinsi Sumbar bersama kabupaten terkait harus segera menyusun grand design pengelolaan kawasan Danau Singkarak yang konkret, inklusif, dan berkelanjutan. Tidak cukup dengan janji-janji pengembangan pariwisata. Yang dibutuhkan adalah kerja nyata: menata, menjaga, dan memberdayakan.
Penutup
Danau Singkarak terlalu indah untuk terus dilupakan. Terlalu penting untuk hanya dibicarakan saat lomba balap sepeda internasional lewat. Mari kita sadari bahwa keindahan ini adalah tanggung jawab bersama. Jangan sampai generasi mendatang hanya mengenal Singkarak dari cerita, bukan dari kenyataan.














