PAYAKUMBUH, RELASI PUBLIK – Di tengah riuh Pilkada Serentak yang dihantui single kandidat melawan kotak kosong, di Luhak Limo Puluah Kota justru para aktifis dan kelompok civil societynya tampil bersama mendirikan sebuah organisasi bernama Asosiasi Peduli Luhak Limo Puluah Kota (APL) pada hari Sabtu (17/8/2024).
Tanpa banyak basa basi, APL ini juga langsung membuat badan hukum serta menggelar kegiatan diskusi yang menghadirkan para nara sumber dari lokal dan nasional, seperti Ir. Sevindra Juta, MP., budayawan Yulfian Azrial, SE. dan tokoh muda nasional yang juga alumni Lemhannas RI Dr Anton Permana, SIP.,MH. Datuak Hitam.
APL digagas bersama oleh gabungan para tokoh muda, aktifis, wartawan, bahkan juga para akademisi dari Luhak Limopuluah Kota. Seperti yang jadi Ketua Umum aktor film Gusneldi (alias Caguik), Sekretaris Yudha Nova pengusaha dan aktifis dakwah serta dua Ketua Harian yang masing-masing mewakili Payakumbuh Rony Yefrison dan Syafrio Rio untuk Kabupaten Limopuluah Kota, Waketum Robby Muchsis, Arben Masri, Deddi Hendri dan Bendahara Melati Rosanda
Banyak nama-nama beken dalam kepengurusan APL seperti politisi senior dan kreator event Herman R (Ujang Niar), Robby Muchsis Dt. Marajo, Yusra Maiza, dua pengusaha bersaudara Rio dan Ari Lubuak Samato, Hendri Aseng, Ben Pitopang, bahkan juga terlihat wartawan yang saat ini juga telah menjadi eksekutif muda Bayu Vesky, dosen hukum Dr. Asep Ajidin didampingi tokoh Ormas Herman Gustaf, SH.
Dalam sambutannya, Gusneldi alias Caguik menyatakan, bahwa APL hadir di tengah masyarakat sebagai wadah dan jembatan aspirasi antara masyarakat dengan pemerintah. Karena bagaimanapun, masyarakat tidak boleh diam dan punya hak untuk memberikan koreksi serta masukan yang konstruktif terhadap pemerintah.
Untuk itulah, kata Gusneldi aktor film laga ini, acara diskusi yang bertemakan “Menyambuang Aspirasi Masyarakat” ini digelar APL tepat pada HUT RI ke-79 di Cafe Petto Kota Payakumbuh.
Diskusi begitu hidup dan semangat serta diikuti secara antusias oleh audiens yang hadir. Secara bergantian para nara sumber pun memberikan paparan bernas sesuai bidangnya masing-masing.
Ir. Sevindra Juta, MP. banyak berbicara dan menekankan bagaimana kualitas SDM dan pengalamannya berinteraksi dengan pemerintahan selama ini. Khususnya dalam hal konsistensi membuat perencanaan pembangunan melalui RPJMD.
Akademisi Universitas Muhammadiyah dan ahli pertanian ini menyayangkan banyak perencanaan pembangunan hanya berupa copy paste saja dari tahun ke tahun. Tanpa ada inovasi apalagi terobosan yang memang linear dan sesuai dengan kondisi lapangan.
Makanya, kata Sevindra Juta, dirinya sampai mulai jenuh menyuarakan kepada pemerintah soal inovasi ini. Sebab mau berbicara lantangpun tantangannya adalah UU ITE yang di zaman pemerintahan Jokowi saat ini sudah banyak memakan korban. Untuk itu, Sevindra Juta berharap kedepan akan terpilih dan hadir para pemimpin daerah yang benar-benar paham, punya kapasitas, serta mau mendengar masukan masyarakat khususnya akademisi.
Begitu juga Budayawan Yulfian Azrial. Ia menyatakan bahwa secara historikal sejarah dan fakta empirik, sejak dahulunya Luhak Limo Puluah sudah memainkan peran penting dalam perdagangan ke tingkat dunia.
Dengan memiliki kekayaan seperti gambir, rempah, dan letak geografisnya yang menghadap Selat Malaka yang dahulunya adalah kiblat ekonomi dunia, Luhak Limo Puluah sejak negara Indonesia ini belum adapun, para saudagar dan tokohnya sudah melakukan hubungan dagang hingga lintas benua seperti ke Eropah, Afrika, China dan Jazirah Arab.
“Sehingga kita lihat faktanya, ada Istana Merdeka, Stasiun KA, dan Lapangan Merdeka saat ini, dulu namanya adalah Istana Gambir, Stasiun Gambir, karena begitu primadonanya komoditas gambir pada dulunya yang notabonenya 99 persen produksinya berasal dari Luhak Limo Puluah Kota. Artinya, secara superioritas mental dan sejarah para anak cucu penerus Luhak Limopuluah Kota ini sudah punya bekal kuat untuk kembali memainkan peran itu,” kata Yulfian Azrial, penulis buku dan juga ahli perpustakaam dan museum ini.
Selanjutnya aktifis dan tokoh muda nasional Dr. Anton Permana, SIP.,MH Datuak Hitam, tampil dengan pikiran bernas dan segar memaparkan pandangannya dalam hal ilmu geopolitik dan geostrategi.
Dr Anton Permana menjelaskan bahwa kondisi geopolitik nasional bangsa kita tak akan bisa lepas dari pengaruh kondisi geopolitik global. Bahkan Datuak dari pasukuan Simabua Koto Nan Ompek ini menyatakan, Indonesia ini bisa merdeka salah satunya adalah karena cerdas dan pandainya para bapak bangsa kita dahulu tahun 1945 memanfaatkan momentum kalahnya Jepang di Perang Dunia II pasca bom atom Nagasaki dan Hiroshima.
Begitu juga dengan kondisi di daerah, Sumatera Barat, pasti juga sangat dipengaruhi kondisi geopolitik nasional dimana saat ini sedang terjadi transisi pemerintahan serta pergantian kepemimpinan nasional dari Jokowi kepada Prabowo Subianto.
Tidak hanya itu, dengan akan dibukanya jalan tol Padang-Pekanbaru-Dumai yang tidak melintasi Kota Payakumbuh, juga akan menjadi ancaman dan tantangan sendiri bagi Kota Payakumbuh. Karena, selama ini konstribusi pertumbuhan ekonomi di Payakumbuh sangat dipengaruhi oleh belanja dan kunjungan dari masyarakat yang menjadikan Payakumbuh sebagai Kota Transit dan pusat belanjanya orang Kabupaten Limopuluah Kota.
“Karena dengan berbagai tantangan dan ancaman kedepan inilah, saya sangat mendukung berdirinya APL, untuk kemudian hari menjadi mitra strategis dan konstruktif terhadap pemerintah. APL harus berani menyuarakan aspirasi masyarakat, menyuarakan kebenaran dan menyampaikan koreksi secara konstruktif,” kata Anton Permana Datuak Hitam.
Tokoh muda nasional ini sangat berharap, APL tampil sebagai trigger quantum kelompok civil society di tengah lesunya kehidupan demokrasi saat ini. Kalau perlu, dalam momentum Pilkada ini, APL harus menjadi filter dan sarana edukasi masyarakat untuk memilih mana dan siapa pemimpin terbaik kedepannya. Kandidat Kepala Daerah harus ada adu narasi, adu argumentasi, adu pikiran, intelektualitas dan wawasan, agar kita tidak memilih ibarat kucing dalam karung. “Jangan sampai terpilih Kepala Daerah yang hanya karena modal banyak uang dan jual tampang saja tapi wawasan kemampuan nol besar,” kata aktifis yang terkenal idealis dan pernah dipenjarakan oleh rezim Jokowi ini.
Anton Permana mengatakan, Luhak Limopuluah butuh pemimpin yang siap pakai. Tidak ada waktu lagi untuk belajar dulu, adaptasi dulu, yang akhirnya menghabiskan waktu dan momentum bahkan anggaran. Apalagi kalau yang terpilih tidak punya wawasan birokrasi pasti akan mudah emosional. Kalau terpilih yang seperti ini maka para ASN cenderung menjadi korban pertama karena ulah para pembisik atau tim sukses.
Dialog dan diskusi APL berlangsung hangat dan konstruktif. Tanggapan dan pertanyaan dari audiens cukup menggelitik, seperti dari Adal Bonai, Drh Syafrizal, Robby Muchsis, termasuk dari Dewan Eksekutif Herman R. alis Ujang Niar.
Acara ditutup dengan foto bersama serta harapan dan tekad, bahwa kedepan APL akan terus aktif melakukan kegiatan diskusi, dialog, bahkan akan membuat program podcast khusus untuk menyuarakan aspirasi dan pikiran dua belah pihak antara masyarakat dan pemerintah. Agar sinergitas sesuai paparan dari Dr Anton Permana Datuak Hitam yaitu 3G yaitu : good governance, good community dan good coorporate, bisa terwujudkan dengan baik. Kalau sinergitas tiga komponen ini dapat terealisasi maka kesejahteraan masyarakat seperti yang dicita-citakan akan bisa diwujudkan. (Rilis)