PADANG, RELASI PUBLIK – Hari ini, 7 Agustus 2024 Kota Padang sudah 355 tahun. Ini, bukan usia yang muda lagi. Harusnya dengan usia yang begitu tuanya Padang sudah tak dipusingkan lagi dengan seabrek persoalan.
Harusnya, kota ini sudah nyaman dan asri untuk berbagai aspek kehidupan, baik sosial, agama, pendidikan, kesehatan dan lingkungannya. Belum lagi soal sampah dan tata kotanya.
Kita coba lihat soal pendidikan. Setiap tahun di awal semester sekolah soalan daya tampung dan susahnya anak didik masuk sekolah menjadi hal yang jamak dilihat. Aksi emak emak yang teriak anaknya tak masuk sekolah, tingginya soal biaya komite dan lainnya sudah acap terjadi.
Seakan program wajib belajar hanya lips service saja. Ini, perlu dipersiapkan. Soal sarana prasarana yang masih minim, seperti kelas belajar untuk tingkat SD dan SLTP sekitas empat ratus enam ribu kelas. juga kebutuhan riil sekolah, baik untuk anank didik dan fasilitas lainnya. begitu juga halnya untuk MAN dan SLTA. Kita minimal ikut memproses pengadaan lahan. Karena anak-anak usia sekolah masih besar.
Belum lagi di sektor kesehatan, fasilitas kesehatan, plus pelayanan harus ditingkatkan.
Disektor pelayanan publik pun harus terus dibenahi. Temuan umum yang dijumpai adalah kekurangan SDM sehingga ada jabatan yang kosong atau rangkap jabatan. Kemudian, belum ada angaran khusus untuk peningkatan fasilitas pelayanan publik di kelurahan dan sebagainya. Dalam hal ini, masyarakat harus betul betul mendapatkan pelayanan baik di seluruh sarana pelayanan.
Belum lagi soal banjir. Ini masalah klasik yang masih terjadi. Penanganan sampah dan drainase tersumbat hingga masalah sosial kemasyarakatan.
Pengelolaan sampah juga perlu menjadi sorotan. Soal tawuran pelajar sosial, pemalakan di tempat wisata dan aksi balap liar di sejumlah jalan utama termasuk di sekitar kawasan Balaikota Padang juga perlu menjadi catatan yang harus dicarikan solusinya.
Seabrek pekerjaan rumah (PR) yang masih belum bisa diselesaikan itu harusnya menjadi renungan para penghuni Kota Padang ini. Renungan ini bukan apa apa, tapi lebih menekankan kesadaran bersama bahwa kota yang kita tinggali ini sedang tak baik baik saja. Bukan soal kotanya saja, tapi ini lebih dari presure kepada pemerintah kota. Pemerintah yang memegang regulasi kota, perencanaan dan mengatur arah pembangunan ini dengan terukur.
Soalan sampah, kenakalan remaja, tingkat kriminalitas, rasa aman warga, belum lagi maraknya LGBT yang menyeruak bak virus itu. Banjir, kemacetan dan lainnya. Sekali lagi, harusnya Padang di usia yang sudah 355 tahun ini, bisa menjadi kota yang maju, aman dan nyaman dihuni penduduknya. Tak ada lagi was was emak emak pada aksi begal, copet atau jambret. Tak ada lagi anak anak yang menjerit tak dapat sekolah dan seterusnya.
Ya, kendati masih banyak PR di 355 tahun ini, tentunya harapan tetap masih ada. Suksesi kepemimpinan yang tak lama lagi akan berlangsung tentu menjadi setitik harapan. Semoga bisa menjawab gundah gulananya para penghuni kota. Pun, para wakil rakyat yang telah terpilih pada pemilu Februari lalu, juga akan dilantik tak berapa lama lagi. Tentu harapan tertumpang pada mereka.
Semoga saja, tahun depan di 356 nanti PR yang banyak itu sedikit terselesaikan. Selamat Ulang Tahun Kotaku. (Rls)