PADANG, RELASI PUBLIK – Webinar Series ke XI Ruang Baca Departemen Ilmu Politik usung tema Petahana Siapa yang Bertahan dan Tumbang, Sabtu 22/6-2024.
“Petahana seperti Mahyeldi bisa dikalahkan, kalau terjadi hal ekslusif signifikan, seperti fitnah dan kasus hukum,” ujar Profesor Asrinaldi dalam menjawab berbagai pertanyaan peserta Webinar tersebut.
Apalagi kata Asrinaldi, beberapa hasil survei terpercaya mencatat hasil elektabilitas calon petahana Mahyeldi belum mencapai di atas 50 persen.
“Terus jangan framing apalagi gimmick popularitas dicampur adukan dengan elektabilitas. Belum tentu popularitas tinggi calon, elektabilitasnya tinggi juga,” ujar Asrinaldi.
Webinar digelar Ruang Baca binaan Sekretaris Departemen Politik UNAND Sekretaris Andri Rusta, S.IP, M.PPA, selain menghadirkan Prof Asrinaldi juga hadir tiga pemateri lainnya yaitu materi Prof Asrinaldi) Eka Vidya (Peneliti Revolt Politic) Adrian Tuswandi (owner tribunsumbar) dan Kevin Philips (Peneliti Spektrum Politika).
“Webinar ini sebagai ruang pencerahan menuju Pilakda 27 November 2024, webinar ini tentu bisa menjadi pengayaan publik terkait apakah calon petahana bertahan atau tumbang,” ujar Ketua Ruang Baca Doni Saputra.
Kepala Departemen Ilmu Politik Dr. Tengku Velentina M.A, mengatakan webinar ini ruang ilmu, pemateri adalah expert dibidang nya.
“Isu keren saat ini Pilkada, ada calon petahana, tema webinar ini petahana bertahan atau tumbang, tentu argumen para pemateri bisa menarik untuk disimak dalam hal keilmuan,” ujar Dr. Tengku velentina M.A.
Peneliti Spektrum Politika Kevin Philip, menyatakan para calon petahana jangan songong dulu.
“Meski bisa berkampanye dini, tapi pahamilah orang Sumbar itu tidak suka memuji pemimpin, kesukaannya membandingkan dan mencari celah di mana gagalnya petahana lalu dibully, ” ujar Kevin peneliti di spektrum politika
Kevin menyoroti elektabilitas incumbent dari tinggi ke turun, adalah wajar karena masyarakat ingin pembaharuan yang diusung oleh penantang sang petahana.
“Belajar sejarah Pilkada di Sumbar tidak banyak incumbent (petahana) yang bertahan, justru banyak yang tumbang,” ujar Kevin.
Peneliti Revolt Institute Eka Vidya mengatakan sistem pencalonan yang tidak tepat.
“Karena kekuasaan mengusung calon itu adalah partai politik yang cenderung mengajukan calon untuk kepentingannya, tidak mau Parpol mengikuti apa yang diinginkan oleh rakyat pemilih terhadap seorang pemimpin. Ingat sistem Pilkada kita masih seperti itu, terjadi pacah kongsi kepala dan wakil kepala daerah, itu karena mereka tidak dipertemukan dengan satu visi, tapi karena faktor Parpol juga kepentingan lain,” ujar Eka Vidya.
Selain itu kata Eka, peran media massa yang kurang optimal meng endorse tokoh inspiratif sehingga menjadi buah sebut, juga makin menghegomoni kekuasaan Parpol menentukan calon.
Pada bagian lain secara teoritis patahana sulit dikalahkan.
“Calon petahana itu hanya cuti, dia masih punya akses leluasa menggerakkan kekuasaan, termasuk ASN yang bersentuhan dengan masyarakat banyak, seperti Dinas Sosial, Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan. maka wajar calon sulit ditumbangkan oleh penantang yang tidka power full di Pilkada,”ujar Asrinaldi.
Selain itu soal perilaku politik masyarakat Sumbar ada relasi dengan jiwa orang padang sebagai pedagang dan mau merasakan yang baru.
“Pilkada 2024, petahana punya akses dan kendalikan kekuasaan, modal dasar kuat dan pasti digunakan, tidak digunakan itu petahana nya bodoh, ” ujar Asrinaldi.
Sedangkan Adrian Tuswandi sebutkan Petahana bertahan dan tumbang fifty-fifty
“Menarik sebenarnya adalah pemilih harus menjadi kata kunci bertahan atau tidak petahana itu. Pemilih jangan terjebak rutinitas Pilkada datang ke TPS lalu coblos, mestinya pelototi calon yang dipilih itu, ” ujar Toaik biasa Owner/Pemred www.tribunsumbar.com.
Menurut Toaik Sumbar ke depan itu berada di tepi jurang yang menganga besar kemunduran.
“Fakta hari ini Sumbar itu inflasi tinggi, stunting tertinggi yang jadi ancaman lost generation LGBT merusak sampai ke sudut sudut negeri, pengangguran jangan disebutkan lagi, ” ujar Toaik.
Jadi kata Toaik jangan pilih calon pemimpin yang hanya ingin formalitas kekuasaan, datang ke kantor turun kendaraan dibukakan pintu mobil sedan mengkilapnya dan bekerja mengandalkan fasilitas jabatan doang.
“Harusnya pemilih menentukan carilah pemimpin yang mau untuk daerah dan rakyatnya keluar dari zona nyaman kekuasaan,” ujar Toaik.
Pada diskusi menarik karena peserta webinar antusias. Ada yang mengatakan pecah kongsi kepala.daerah dan wakil kepala daerah, soal.ASN bantu petahana menangkan Pilkada, modal finansial seorang calon dan ajakan sukseskan Pilkada 2024. (Rilis)