Oleh: Bahren**
Manusia menggunakan bahasa sebagai alat berkomunikasi dan menyampaikan segala bentuk ide, pendapat dan gagasannya. Hal ini tidak terlepas dari makna bahasa jika dikaji dari fungsinya. Ada dua cara yang bisa digunakan oleh manusia dalam memahami bahasa antara manusia satu dengan manusia lain. Dua cara tersebut adalah melalui pemerolehan bahasa dan melalui pembelajaran bahasa.
Seseorang dikatakan memeroleh bahasa ketika ia dilahirkan dan belajar mendengar serta mengucapkan apa-apa yang didengarnya tersebut. (Musfiroh, 2004), mengatakan bahwa mengatakan bahwa Pengertian pemerolehan bahasa dan pembelajaran bahasa adalah berbeda. Pemerolehan mengacu pada kemampuan linguistik yang telah diinternalisasikan secara alami, yaitu tanpa disadari dan memusatkan pada bentuk-bentuk linguistik (baca:kata-kata). Pembelajaran, sebaliknya, dilakukan dengan sadar dan merupakan hasil situasi belajar formal. Konteks pemerolehan bersifat alami, sedangkan pembelajaran mengacu pada kondisi formal dan konteks terprogram.
Hal ini juga sejalan dengan yang diungkapkan (Rosiyana, 2020) bahwa Bahasa kedua adalah bahasa yang diperoleh seseorang setelah dia memperoleh bahasa pertama (bahasa ibu). Pemerolehan bahasa kedua adalah proses ketika seseorang memperoleh sebuah bahasa lain setelah terlebih dahulu ia menguasai sampai batas tertentu bahasa pertamanya.
Istilah bahasa kedua terkadang juga disamakan dengan bahasa asing. Di Indonesia, istilah bahasa pertama atau bahasa ibu mengacu pada bahasa daerah tertentu, sedangkan bahasa kedua berwujud bahasa Indonesia atau bahasa asing.
Pengertian yang hampir sama juga diberikan oleh (Ryeo, 2019) menerangkan bahwa pemerolehan bahasa pertama berkaitan erat dengan lingkungan tempat seseorang berada dan menjadi sebuah aspek yang menyeluruh untuk perkembangan anak dalam suatu masyarakat. Adapun pembahasan mengenai bahasa kedua (B2) tidak terlepas dari pembahasan mengenai bahasa pertama (B1). Bahasa kedua diperoleh setelah penguasaan bahasa pertama. Pemerolehan bahasa kedua berbeda dengan pemerolehan bahasa pertama. Perbedaan ini terletak dari proses pemerolehannya.
Pembelajaran bahasa sebagai bahasa kedua sering kita dengar untuk kasus pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA). Berbagai metode digunakan untuk mendapatkan empat capaian yang diinginkan yaitu kemampuan membaca, menulis, mendengar dan berbicara. Metode yang digunakan biasanya terdiri atas dua hal pokok yaitu (1) Tingkat dasar, yaitu seorang guru menjelaskan dengan secara langsung kepada mahasiswa dengan mengenalkan benda-benda, atau yang lainnya yang ada di sekitarnya, dalam bentuk kata bahasa Indonesia dengan mengenalkan secara berulang-ulangan. (2) Tingkat mahir, yaitu guru melakukan pengajaran dengan menggunakan kesulitan- kesulitan yang dihadapi mahasiswa asing dalam pembelajaran bahasa, jadi guru mengajarkan dengan kesesuaian di mana kesulitannya (Rosiyana, 2020).
Sejauh ini belum dijumpai bagaimana mengajarkan bahasa ibu sebagai bahasa kedua dalam hal ini, pengajaran bahasa ibu untuk mereka para pemelajar atau orang asing yang ingin mendalami sebuah bahasa yang tergabung pada program studi bahasa daerah. Pada kesempatan ini, saya ingin memberikan semacam tawaran teknik yang saya beri nama “BATU BIDAK” yang merupakan singkatan dari Baca Artikan Tulis Ulang Bicara Dengar dan Kompilasikan. Teknik ini nantinya akan dibahas dan dipadukan dengan model pembelajaran Project Based Learning.Project Based learning dimaknai sebagai Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning=PjBL) adalah metode pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.
Masing-masing singkatan yang digunakan pada teknik BATU BIDAK tersebut nantinya akan wujud pada sebuah proyek pembelajaran yang akan diikuti oleh pemelajar menjadi satu kesatuan kegiatan, dan akan diuraikan bagaimana penerapan teknik BATU BIDAK tersebut untuk sebuah proyek pembelajaran. Harapannya dengan adanya teknik yang ditawarkan ini, para pembelajar bahasa kedua dapat dengan lebih mudah dan menyenangkan ketika ingin mempelajari satu bahasa sebagai bahasa kedua.
Memang teknik ini ke depannya perlu pengujian dan pengembangan namun sebagai upaya untuk memperkaya khazanah pengetahuan dalam pengajaran bahasa kedua saya pikir ini perlu disampaikan mengenai bahasa pertama (B1). Bahasa kedua diperoleh setelah penguasaan bahasa pertama. Pemerolehan bahasa kedua berbeda dengan pemerolehan bahasa pertama. Perbedaan ini terletak dari proses pemerolehannya.
Pembelajaran bahasa sebagai bahasa kedua sering kita dengar untuk kasus pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA). Berbagai metode digunakan untuk mendapatkan empat capaian yang diinginkan yaitu kemampuan membaca, menulis, mendengar dan berbicara. Metode yang digunakan biasanya terdiri atas dua hal pokok yaitu (1) Tingkat dasar, yaitu seorang guru menjelaskan dengan secara langsung kepada mahasiswa dengan mengenalkan benda-benda, atau yang lainnya yang ada di sekitarnya, dalam bentuk kata bahasa Indonesia dengan mengenalkan secara berulang-ulangan. (2) Tingkat mahir, yaitu guru melakukan pengajaran dengan menggunakan kesulitan- kesulitan yang dihadapi mahasiswa asing dalam pembelajaran bahasa, jadi guru mengajarkan dengan kesesuaian di mana kesulitannya (Rosiyana, 2020).
Sejauh ini belum dijumpai bagaimana mengajarkan bahasa ibu sebagai bahasa kedua dalam hal ini, pengajaran bahasa ibu untuk mereka para pemelajar atau orang asing yang ingin mendalami sebuah bahasa yang tergabung pada program studi bahasa daerah. (*Dosen Sastra Minangkabau FIB Unand)