SIJUNJUNG – Tidak lengkap berkunjung ke Sijunjung (Sumbar) jika tidak mencicipi Durian Gambok dengan Sikucuik. Paduan durian dan ketan ini luar biasa enak dan rasanya tidak akan mudah dilupakan lidah.
Itulah yang dirasakan Ketua LKAAM Pesisir Selatan Drs Syafrizal Ucok, MM Datuak Nan Batuah ketika kunjungan silaturrahmi dan menikmati Durian Gambok di rumah Ketua LKAAM Sijunjung Epi Radisman, SH Dt. Paduko Alam, di Muaro Gambok, Selasa (27/6/2023) siang.
Durian Gambok yang disiapkan Datuak Paduko Alam berjumlah 10 buah yang berukuran besar. Semuanya enak, isinya berdaging tebal dengan warna kekuningan. Dipadukan dengan Sikucuik yaitu pulut ketan yang dimasak dengan santan kelapa. Di beberapa daerah Sikucuik ini juga disebut dengan Atun.
“Dalam jamuan adat zaman dahulu, sering dihidangkan Durian Gambok ini bersama dengan Sikucuik yang merupakan jamuan khas dalam acara kaum atau raja, sehingga jarang-jarang tersedia Sikucuik atau Atun pada hari biasa ini,” kata Epi Radisman, SH Dt. Paduko Alam, mantan Anggota DPRD Sijunjung 2004-2009 ini.
Silaturrahmi sambil makan Durian Gambok ini selain diikuti Syafrizal Ucok Datuak Nan Batuah dan Epi Radisman Paduko Alam, juga dihadiri Sekretaris LKAAM Sijunjung Dasril Dt. Tan Marajo, Ketua LKAAM Sumpur Kudus Afrizal Dt. Bagindo Tan Ameh, Ketua KAN Lubuk Tarok Adripen Dt. Panduko Rajo, Bendahara LKAAM Sijunjung Dalius Dt. Simalano, Humas LKAAM Sumbar Sidi Gusfen Khairul dan pemerhati durian Nofri Yuldi33.
Menurut Epi Radisman Datuak Paduko Alam, potensi buah durian di Kabupaten Sijunjung memang cukup besar, terutama di Nagari Gambok yang dikenal dengan sebutan Durian Gambok. Masyarakat juga mengenal durian ini dengan sebutan Durian Padang Laweh.
Bulan Juni ini sudah hampir berakhir musim Durian Gambok, istilahnya buahnya sudah pirang. Artinya sudah jarang tinggal buahnya. Lagi pula Durian Gambok musim ini kurang maksimal, karena seringnya gempa bumi terjadi beberapa bulan lalu. “Kalau gempa bumi maka bunga durian banyak yang gugur dan kadang berpengaruh pada rasa buah yaitu hambar dan sering ada ulatnya,” kata Ketua LKAAM Sijunjung Epi Radisman Dt. Paduko Alam.
Rasa Durian Gambok ini dagingnya tebal, dan nyaris setiap ruangnya berisi durian. Rasanya manis manyalinok dan ada pahitnya. Itulah ciri khas rasa durian berkualitas dan bikin nagih (candu) untuk menikmatinya kembali.
Kalau lagi musim Durian Gambok, setiap hari bertruk-truk buah durian dibawa dari Sijunjung menuju Pekanbaru, Jakarta dan Kota Padang. Kalau dijual di pinggir jalan disekitar Sijunjung harga Durian Gambok ini berkisar antara Rp15 ribu hingga Rp20 ribu per butir.
Ketua LKAAM Pesisir Selatan Drs. Syafrizal Ucok, MM Datuak Nan Batuah mengaku terkesan dengan jamuan Durian Gambok dan Sikucuik ini. Ia berharap hidangan ini dapat disediakan di beberapa warung kuliner yang ada di Sijunjung, sehingga jika masyarakat atau wisatawan berkunjung ke Sijunjung dapat dengan mudah menikmati.
Sebagai mantan orang yang mengabdi di perkebunan, Syafrizal Ucok menyarankan agar Durian Gambok dimurnikan bibitnya, dan dibagikan kepada masyarakat untuk ditanam. Sehingga kedepannya Durian Gambok tetap eksis dan menjadi ciri khas dari Kabupaten Sijunjung. (*)