Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
BERITA UTAMASENI & BUDAYATERBARU

SUMPAH SAKTI PELANTIKAN PENGHULU DI KANTOR KAN KOTO BERAPAK

814
×

SUMPAH SAKTI PELANTIKAN PENGHULU DI KANTOR KAN KOTO BERAPAK

Sebarkan artikel ini

PESSEL, RELASIPUBLIK – Di kantor Kerapatan Adat Nagari (KAN) Koto Berapak, Kecamatan Bayang, Pesisir Selatan, Sumatra Barat. Telah diambil sumpahnya kepada beberapa orang penghulu dan satu Malin di berbagai suku dari nagari (desa), kenegarian Koto Berapak tersebut.

Pelantikan atas gelar penghulu / datuk disandangnya pada tanggal 02-02-2020. Sumpah sakral itu dibacakan serta diambil sumpahnya oleh Ketua KAN Koto Berapak Dasrianto Putra Datuk Rajo Nan Gadang, dengan disumpah Al-Quran, sebagai rohaniwan oleh Imam Makhudum, disaksikan hadirin anak kemenakan serta tokoh adat dan masyarakat, dengan menyebut nama masing-masing penghulu dan seorang Malin dari kaum nagari mereka yang bersaksi;

1. Sunardi K, Datuk Bagindo Rajo dari suku Malayu nagari Kubang

2. Mardalis, Datuk Bandaro dari suku Bendang  Malayu nagari Koto Baru

3. Yosrizal, Datuk Rajo Mudo dari suku Tanjuang nagari Koto Berapak

4. Wilhendri Malin Sampono dari suku Jambak nagari Kubang

5. Romi Yuhelmi Datuk Rajo Sampono dari suku Malayu nagari Koto Baru

6. Azizan Datuk Bagindo Rajo Jali dari suku Malayu nagari Koto Berapak.

“Asyhadu al la ilaha illallah. Wa asyhadu anna muhammadar rasulullah”

Demi Allah saya bersumpah! Bapaciek arek, bapagang taguah, berdiri di nan bana, manyuruah urang babuek baik, malarang urang babuek jaek, maukuah samo panjang, manimbang samo barek, mahukum adieh, manimbang samo data, mahalusi paga jo gadai, di paruik indak bakampiahan, di mato indak bapiciangkan, pakaian dagang, salamaik bapakian, cando barakuah, kok indak basuo nan bakian, dimakan kitab kalamullah, dikutuk A-Quran 30 jus.

“Ka ateh indak bapucuak, ka bawah indak baurek, di tangah-tangah digiriek kumbang”

(Peribahasa yang terkandung dalam sumpah di atas menyiratkan, kutukkan kepada pemangku jabatan penghulu yang tidak amanah atau tidak bertanggung jawab pada gelar yang disandangnya. Maka, tidak akan selamat hidupnya dunia akhirat).

Betapa suatu amanah, tugas penghulu itu sangat penting dijalankan di dalam kaum / suku dan nagari dalam kiasan peribahasa Minang; “Kaluak paku kacang balimbiang, tampuruang lenggang-lenggangkan, bao manurun ka Saruaso. Anak dipangku kamanakan dibimbiang, urang kampuang dipatenggangkan, tenggang nagari jaan sampai binaso”

Dalam acara pelantikan gelar di hadapan para penghulu, tersirat makna hakikat yang harus ditaati oleh para pemangku gelar. Di saat pelantikan, deta / saluak diletakkan di kepala sebagai mahkota yang harus dijaga kewibaannya di dalam kaum dan nagari. Peran datuk di kaumnya adalah menjaga sako dan pusako kaum yang ada di dalam kaum itu sendiri, serta ikut membangun nagari dari berbagai hal, dan mampu mengangkat harkat martabat suku sebagai datuk yang berpengetahuan adil dan bijaksana. Mampu membangkitkan batang tarandam, “saciok bak ayam, sadanciang bak basi” dalam makna: siap menyapa anak kemenakan dalam persoalan kehidupannya di dalam kaum, serta siap menjadi perisai di kala hujan dan panas dihadang sebagai leader kaum bersinergi dengan nagari pula. Bak tigo tungku sajarangan, merupakan istilah kepemimpinan di Minangkabau. Dibutuhkan untuk mengatur pemerintahan dan norma yang ada di masyarakat. Terdiri dari Penghulu, alim ulama, dan cadiak pandai. Masing-masing memiliki peranan berbeda mengatur dan membangun kehidupan di nagari.

Sumpah sakti itu benar-benar dihayati dan ditaati berperanlah sebaik-baiknya, jika tak ingin dikutuk adat serta dilaknat oleh Yang Maha Kuasa karena telah bersumpah.

Selamat kepada para penghulu dan panungkek serta bundo kanduang, semarak kaum jo nagari dengan seiring zaman. “Tak lekang dengan panas, dan tak lapuk dengan hujan”. Tatanan adat adalah plakat panjang, ruh kehidupan bersosial berbudaya sebagai aturan menjadi sejarah di Ranah Minang sepanjang masa.(Romi.S).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *