Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
BERITA UTAMATERBARU

Identifikasi Bakat Olahraga Anak Anda, Aplikasi SportaMundi Dari Belanda Solusinya

805
×

Identifikasi Bakat Olahraga Anak Anda, Aplikasi SportaMundi Dari Belanda Solusinya

Sebarkan artikel ini

PADANG, RELASIPUBLIK — Prof. Johan Pion selaku penemu SportKompas bersama dengan sebuah organisasi non-profit (SportaMundi) mengembangkan sebuah aplikasi yang juga disebut dengan SportaMundi. Hal itu diungkapkanya pada hari ke-2 International Course of Talent Identification in Sport di Olympic Training Center Papendal, Selasa (22/10) lalu.

“Aplikasi SportKompas yang merupakan sebuah digital platform diperkenalkan lebih jauh. Dalam melakukan rangkaian tes untuk mengidentifikasi bakat olahraga anak,” terang Prof Syahrial via whatsappnya, Jumat (25/10).

Dijelaskanya, aplikasi ini digunakan untuk mengukur rangkaian tes seperti Antropometri (tinggi badan, berat badan, tinggi badan ketika duduk); Fleksibilitas (fleksibilitas bahu dan jangkauan); Kekuatan (lompat, push-up, curl-up); Koordinasi (keseimbangan, lompat samping, koordinasi mata tangan); dan Kecepatan (lari).

Sementara itu Bruno D’Hulster, salah seorang koordinator Sportamundi yang berkantor di Gent, Oost-Vlaanderen, Belgia mengatakan bahwa aplikasi ini lahir dari hasil-hasil penelitian professor di bidang olahraga sebagai bentuk kontribusi dalam dunia pendidikan.

“Aplikasi ini adalah sebuah alat yang bisa digunakan di sekolah, komunitas, dan organisasi olahraga lainnya. Hasil kolaborasi antara HAN University of Applied Sciences, Ghent University dan Sport Vlaanderen telah memberikan kontribusi dalam pengambilan data terhadap ratusan ribu siswa sekolah dasar yang tersebar di Eropa,” terang Prof Syahrial Bakhtiar mengutip pembicaraan Bruno

Selanjutnya pada sesi kedua, Elise Van der Stichlen yang juga koordinator SportaMundi menjelaskan cara dan langkah-langkah yang harus digunakan ketika mengambil serangkaian tes pada komponen SportKompas I Do, I Like dan I Need. Produk ini juga akan memberikan hasil akhir dari setiap rangkaian tes yang telah dilakukan.

Setelah program pelatihan selesai, Prof. Johan Pion mengajak semua peserta mengunjungi beberapa fasitilas yang ada disekitar Papendal, tempat pemusatan latihan atlit elit Belanda yang beberapa bulan lagi berlaga di Olimpiade Tokyo 2020, dengan berjalan kaki sambil menikmati dinginya musim gugur yang baru lebih kurang satu bulan ini dating.

Adapun fasilitas yang kami kunjungi sore itu diantaranya melihat trek Sepeda Motocross (BMX) yang sengaja dibangun bagi atlet handal Negeri kincir angin ini, dan persis menyerupai gelanggang yang akan digunakan pada ajang Olimpiade 2020 di Tokyo, Jepang.

Pada nomor pertandingan inilah menurut Prof. Johan Pian digantungkan harapan untuk kontingen Belanda meraih medali emas. BMX merupakan salah satu nomor pertandingan cabang olahraga yang spektakuler di dunia. Nomor pertandingan ini berasal dari Amerika Serikat yang diperkenalkan pada awal tahun1970-an, di mana anak-anak bersepeda di jalan-jalan yang kotor di California Selatan.

Pada April 1981 dibentuklah Federasi Internasional BMX dan setahun kemudian diadakan kejuaraan dunia BMX untuk pertama kalinya. Sejak 1993 BMX menjadi bagian dari Union Cyclist International (UCI) dan terus berkembang hingga dipertandingkan untuk pertama kali pada Olimpiade 2008 di Beijing.

Selain trek BMX, Papendal juga merenovasi lintasan atletik, sehingga menyerupai lintasan yang akan digunakan pada Olympiade Tokyo. Papendal sebagai Pusat Pelatihan Olympic bagi atlet elit negara Kincir Angin yang dibangun pada tahun 1959 dan terus direnovasi dari berbagai sisi, maka tak ayal kalau Belanda menjadi salah satu negara yang melahirkan atlit-atlit elit dalam menggaet emas di kompetisi olahraga kancah dunia. (Agusmardi/Humas UNP)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *