PAINAN, RELASI PUBIK–Bergabung menjadi anak pramuka ketika menimba ilmu di Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Painan, menjadi awal bagi Warna Solmenon 58, menjadi anak yang pemberani, mandiri dan percaya diri.
Karena pemberani, mandiri dan percaya diri itu, sehingga anak kelima dari sebelas orang bersaudara pasangan Anwar S (alm) dan Hanafiah (alm) ini, mampu meraih berbagai prestasi.
Prestasi yang diraih tidak saja di tingkat kabupaten, tapi juga provinsi, dan tingkat nasional hingga juga terpilih mengikuti Jambore Dunia Pramuka ke-25 yang diselenggarakan di Saemangeum, Jeolla Utara, Korea Selatan pada tanggal 2 hingga 12 Agustus 2023 lalu.
Warna Solmenon, ketika dihubungi media ini Rabu (16/8) di kediamannya di Perumnas Painan Timur Painan, Kecamatan IV Jurai, Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel) menceritakan bahwa ketika masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) di Air Haji dulunya, dia bercita-cita menjadi seorang bidan.
Walau cita-citanya itu tidak tercapai, namun tidaklah membuat ibu lima anak yang terdiri dari Afrinando Marta ST 34, Fauzan Afrizal SE, MM,Tr 32, Anugrah Afrizal SH 25, Afifah Afrizal 19, dan Azizah Afrizal 18 ini patah semangat dan pasrah.
Sebab saran kedua orang tua agar anak kelima dari sebelas orang bersaudara ini juga bisa mengikuti jejak langkah ayahnya menjadi seorang guru, bukanlah pilihan yang salah karena sama-sama memiliki nilai pengabdian kepada masyarakat walau dengan cara yang berbeda.
Berkat tekad yang kuat serta juga bersungguh-sungguh, sehingga membuat nenek tiga cucu ini mampu menjadi seorang guru yang berprestasi hingga diangkat menjadi Pengawas SD dengan berbagai prestasi baik di tingkat kabupaten, provinsi, bahkan nasional.
Warna Solmenon yang saat ini dipercaya sebagai Pengawas SD di Kecamatan IV Jurai, mengakui memiliki pengalaman yang cukup panjang sejak lulus menjadi guru PNS tahun 1984 di Nagari Air Haji, Kecamatan Linggo Sari Baganti.
Dikatakan demikian, sebab setelah 21 tahun mengabdi menjadi guru SD, tepatnya pada tahun 2005 ibu lima anak ini dipindahkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) untuk mengajar jurusan Bahasa Inggris, yakni di SMP Negeri 3 Painan yang beralamat di Nagari Bungo Pasang.
“Setelah lima tahun mengajar di SMP Negeri 3 Painan, selanjutnya saya diangkat dan dipercaya sebagai Pengawas SD di Kecamatan IV Jurai. Ini merupakan amanah yang harus saya jalani dengan sungguh-sungguh yang tentunya tetap mampu memberikan yang terbaik untuk kemajuan dunia pendidikan Pessel ke depan,” ungkap Alumni S1 STKIP PGRI jurusan Bahasa Inggris, dan S2 UNP jurusan Administrasi Pendidikan ini lagi.
Dia menyampaikan bahwa pada Jambore Dunia Pramuka yang ke-25 yang diselenggarakan di Saemangeum, Jeolla Utara, Korea Selatan pada tanggal 2 hingga 12 Agustus 2023 lalu itu, dia merupakan salah satu yang terpilih untuk mengikutinya dari 4 orang utusan dari Sumbar.
“Ini merupakan kepercayaan yang patut saya syukuri, sebab pada Jambore Dunia Pramuka ke-25 di Korea Selatan ini, saya satu-satunya pembina pramuka yang diutus dari Sumbar untuk mengikutinya,” jelas nenek tiga cucu ini lagi.
Dia menambahkan bahwa selain dirinya, juga ada tiga peserta didik yang juga mengikuti Jambore Dunia Pramuka ke 25 tersebut. Diantaranya 1 orang siswa dari SMP Kota Padang dan Kota Solok, serta satu orang siswa SMA pula dari Kabupaten Sijunjung.
Dia menambahkan bahwa sebagai pelatih nasional Pramuka itu sudah disandangnya sejak tahun 2020 lalu sampai sekarang.
“Saat ini untuk Sumbar hanya memiliki 3 orang pelatih nasional pramuka, tiga orang itu terdiri dari 1 orang berasal dari Kwarda, 1 orang dari Tanah Datar, dan satu orang lagi saya sendiri,” jelasnya.
Sebagai pembina pramuka, istri Afrizal 66, pensiunan Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Pessel yang suka makan sate dan soto ini juga menceritakan berbagai pengalaman berkesannya saat mengikuti Jambore. Baik ketika mengikuti Jambore di Jatinangor Jawa Barat tahun 2006 lalu, maupun saat mengikuti Jambore Dunia Pramuka ke-25 yang diikutinya di Saemangeum, Jeolla Utara, Korea Selatan tersebut.
“Ketika mengikuti Jambore di Jatinangor Jawa Barat tahun 2006 lalu, kami juga sempat diguyur hujan yang sangat deras. Sehingga terjadi banjir dan semua tenda tergenang air. Walau banjir, namun kami di tenda hampir terbakar karena ada api yang menyala di tiang listrik akibat arus pendek. Beranjak dari pengalaman itu, sehingga membuat saya hingga saat ini selalu waspada ketika melintasi kawasan yang tergenang air yang ada tiang listriknya,” ujarnya.
Pengalaman berbeda juga terjadi ketika mengikuti Jambore Dunia Pramuka di Korea Selatan. Sebab saat sampai di Korea Selatan kami disambut oleh gelombang panas hingga mencapai 39 derajat celcius. Kondisi itu membuat peserta jambore ada yang terdampak sehingga membutuhkan penanganan medis, terutama sekali bagi peserta yang berasal dari negara yang sudah terbiasa dengan suhu dingin.
“Di saat masa perkemahan masih berlangsung, kami dari 158 negara yang berkemah di lapangan luas pinggir pantai bekas reklamasi itu, juga terpaksa dilakukan evakuasi oleh tuan rumah karena terancam diterjang badai Tropis Khanan. Evakuasi ini dilakukan ke hotel-hotel dan berbagai fasilitas lainnya. Saya bersama rombongan di evakuasi dan menginap di Kwonkang University Seoul. Kami diungsikan karena badai topan Khanun diperkirakan akan menghantam pantai tenggara Korea Selatan tempat kami berkemah dengan kecepatan angin mencapai 44 meter per detik,” jelasnya.
Dia mengakui bahwa Korea Selatan sebagai tuan rumah cepat tanggap dan sigap dalam menangani setiap persoalan yang terjadi di lapangan.
“Sehingga semuanya bisa terlaksana dengan baik dan tidak menimbulkan kekecewaan bagi kami sebagai peserta yang datang dari tanah air selama jambore berlangsung, dan ini patut dicontoh,” akunya.
Selanjutnya dia juga menceritakan sebagai Pengawas SD di Kecamatan IV Jurai, istri Drs Afrizal ini juga sudah dua kali meraih juara 1 sebagai pengawas berprestasi tingkat Kabupaten Pesisir Selatan.
“Diantaranya pada tahun 2012, dan pada tahun 2019. Khusus pada tahun 2019 itu saya diberi reward oleh Pemkab Pessel pergi Umroh ke Tanah Suci. Ini merupakan penghargaan yang sangat saya syukuri walaupun saya sudah naik haji dan juga sudah tiga kali umroh ke Tanah Suci,” jelasnya.
Dia berharap pengalaman pribadinya itu bisa menginspirasi anak-anak muda Pessel agar juga bisa berkarya dan berprestasi dalam mengejar cita-citanya.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pessel, Salim Muhaimin, ketika dihubungi menyampaikan ucapan selamat dan juga apresiasi kepada Warna Solmenon karena sudah kembali dengan selamat ke tanah air setelah mengikuti Jambore Dunia Pramuka Ke-25 di Korea Selatan sejak tanggal 2 hingga 12 Agustus 2023 lalu.
“Untuk bisa terpilih mengikuti Jambore Dunia Pramuka ini memang tidak mudah dan melalui seleksi yang ketat. Dari itu saya menyampaikan apresiasi dan juga selamat karena telah kembali ke tanah air. Saya berharap semoga ilmu dan pengalaman yang didapat selama mengikuti Jambore Dunia Pramuka ke-25 di Korea Selatan itu bisa dikembangkan pula di tanah air nantinya,” harap Salim.
Sebagaimana diketahui, untuk Sumbar hanya ada tiga orang pelatih nasional pramuka. Dari tiga orang itu dua diantaranya laki-laki dan satu orang perempuan.
“Berdasarkan hal itu, sehingga pantaslah beliau ini mendapatkan apresiasi dari Pemkab Pessel dan masyarakat Sumbar secara umumnya. Sebab Warna Solmenon ini adalah mewakili Sumbar di tingkat dunia,” timpalnya. (YS)