Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example 728x250
BeritaOPINIPOLITIKTERBARU

Spill Soal Demokrasi Langsung Pilih Kepala Daerah

160
×

Spill Soal Demokrasi Langsung Pilih Kepala Daerah

Sebarkan artikel ini

Oleh: JR Dt. Bandaro Bendang
Pemerhati Politik, Demokrasi dan Pemerintahan

*RAKYAT* Indonesia bukan tidak siap berdemokrasi, malah sangat siap, tetapi pola demokrasinya saja yang tidak sesuai.

Demokrasi one man one vote itu yang tidak cocok dengan Indonesia. Karena ini adalah demokrasi ala Barat yang tidak cocok dengan budaya bangsa Indonesia

Syarat demokrasi ala Barat yang one man one vote itu berat.

Pertama: harus tercipta pemilih cerdas yang tidak terpengaruh politik uang.

Pemilih cerdas itu adalah minimal sudah tamatan setingkat akademi atau D3. Minimal pemilih cerdas adalah 70%. Pemilih Indonesia masih jauh dari kategori pemilih cerdas, karena belum 70% rakyat Indonesia yg mengecap Perguruan tinggi. Akibatnya one man one vote sangat rentan dengan Politik Uang.

Dengan pemilih yang belum cerdas ini, tidak butuh kampanye, tidak butuh pemaparan visi misi, yang penting bagi mereka adalah uang, dan siapa yg berikan uang.

Kedua: tingkat kesejahteraan rakyat harus telah memadai. Pertanyaan nya, apakah tingkat kesejahteraan rakyat sudah memadai? Kalau belum, rakyat akan berorientasi memilih calon yang berikan uang.

Demokrasi kita terlalu dipaksakan ala Barat, padahal ada demokrasi yang hebat ditempat kita, yaitu Demokrasi Musyawarah untuk Mufakat yang sekarang sudah ditinggalkan. Padahal inilah sejatinya demokrasi Pancasila yang sesuai dengan budaya bangsa, yaitu musyawarah untuk mufakat.

Saya dari dulu termasuk salah seorang yang tidak setuju demokrasi ala Barat ini, karena rakyat kita belum siap berdemokrasi seperti itu.

Artinya, rakyat Indonesia siap berdemokrasi, tetapi pola demokrasinya yang harus disesuaikan dengan budaya bangsa.

Kalaupun tetap memakai demokrasi ala Barat karena mengandalkan suara terbanyak yang terpilih belum.
tentu orang terbaik Namun dalam pemilihan musyawarah untuk mufakat, potensi orang terbaik yang terpilih sangat tinggi, karena semua aspek di perbincangkan dan didiskusikan tentang personality kandidat. Akan dilihat track record kandidat baik secara moral ataupun lainnya.

Beda dengan one man one vote yang punya tim sukses. Timses lah yang nantinya memoles semua kandidat jadi yang terbaik, terhebat dan Timses akan berupaya menutup semua kelemahan kandidatnya

Memang ada pengecualian bagi incumbent yang terpilih sekali lagi, itu lebih karena kinerja dan lakek tangan yang baik dinilai oleh masyarakat selama yang berkuasa. Rakyat sudah menilai dan merasakan sehingga tak perlu kerja keras lagi berkampanye.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *