Relasipuik.com– Penyelenggaraan Madura Culture Festival dengan tajuk Madura Night Vaganza di Stadion A Yani, Sumenep, yang seharusnya menjadi ajang promosi budaya dan UMKM, justru menuai kritik pedas dari pelaku usaha maupun masyarakat.
Hal itu disebabkan biaya sewa tenda untuk para peserta, termasuk stand Organisasi Perangkat Daerah (OPD), dinilai terlalu tinggi dan memberatkan, sehingga sejumlah pelaku UMKM yang turut serta mengaku keberatan dengan tarif yang dibebankan. Bahkan, Bagi sebagian besar pengusaha kecil, biaya yang tinggi tersebut diduga membuat keuntungan yang diharapkan sulit tercapai.
“Kita niat ikut agar produk dikenal masyarakat luas. Tapi kalau biaya sewa tenda saja sudah mahal, justru jadi beban baru bagi pelaku usaha kecil,” ungkap salah seorang pedagang yang enggan disebutkan namanya.
Ironisnya, keluhan serupa juga datang dari kalangan OPD. Meski instansi pemerintah memiliki anggaran, biaya sewa yang dipatok panitia disebut tidak wajar. Hal ini menimbulkan pertanyaan publik terkait transparansi pengelolaan dana acara, serta tujuan sebenarnya dari kegiatan budaya yang diklaim untuk mendongkrak ekonomi masyarakat, justru mendapat respon negatif semakin meluas.
Semestinya, acara kebudayaan menjadi wadah promosi sekaligus dukungan terhadap ekonomi rakyat, bukan ajang komersialisasi yang membebani peserta.
“Kalau acara budaya dikelola seperti ini, hanya pihak tertentu yang untung, sementara UMKM semakin tertekan,” ujar salah satu warga Sumenep.
Pengamat sosial dan budaya juga menyoroti persoalan ini. Menurut mereka, pemerintah daerah perlu lebih bijak dalam mengelola acara budaya agar tujuan utamanya tercapai, yakni melestarikan kearifan lokal sekaligus memperkuat ekonomi kerakyatan. Jika biaya sewa terlalu mahal, justru berpotensi mengurangi partisipasi masyarakat dan mencoreng citra positif festival budaya.
Hingga kini, pihak penyelenggara belum memberikan keterangan resmi terkait tingginya biaya sewa tenda, berhubung awak media ini masih belum mempunyai akses untuk konfirmasi.
Namun, Masyarakat menunggu transparansi dan solusi agar ke depan kegiatan serupa benar-benar menjadi ruang apresiasi, bukan beban tambahan bagi pelaku usaha.
(@Noung daeng ).














