PADANG, RELASIPUBLIK —-Wabah Corena menjalari dunia, Indonesia pun terkena, korban pisitif dan suspect tumbuh setiap hari, Kamis kemarin total 25 orang meninggal dunia di Indonesia.
Paranoid tumbuh subur disetiap memori anak bangsa, takut berlebihan justru berakibat kurangnya imun tubuh, perlu banyak dedikator dan motivator untuk lawan virus corona.
Sejak seminggu belakangan di Sumbar banyak hadir spintan para dedikator itu dua dari banyak orang tersebut ada Sari Lenggogeni, Phd dan Prof Reni Mayerni, keduanya adalah akademisi Unand.
Akademisi Unand Sari Lenggogeni, dia termasuk nyinyir mengguguah (kritis) dengan segala cara baik ilmiah maupun bahasa seorang ibu.
Curhat nyinyir Sari Lenggogeni ditumpahkan di banyak media sosial terutama di whatsapp group yang banyak para pengambil kebijakan bergabung.
“Jangan tunggu ada pasien positif lalu baru siswa diliburkan, menyesal nanti kepala daerah tidak ambil kebijakan cepat kepada siswa. Saat ini dibutuhkan pola memutus rantai penyebaran virus corona itu, ayo pindahkan siswa belajar ke rumah segera mungkin,” itulah ciutan Sari Lenggogeni di whatsapp group TOP100.
Bahkan Sari Lenggogeni pun berupaya mengumpulkan data pasien suspect di berbagai instalasi kesehatan di Sumbar. Banyak pihak mengatakan Sari Lenggogeni paranoid terhadap wabah corona virus. Tapi Sarie tetap kukuh apalagi dia Ketua Komite Sekolah tempat anaknya belajar.
“Orang tua di sekolah anak ambo (saya) sudah tidak mengizinkan lagi putera puterinya ke sekolah,”ujar Sari benerapa hari lalu.
Nyinyir Sari Lenggogeni pun berbuah manis, lewat rapat lengkap Gubernur Sumbar dengan bupati dan walikota akhirnya keputusan home school terujud. Sampai hari ini sudah nyaris 19 kota dan kabupaten di Sumbar menyatakan siswanya belajar di rumah.
“Allhamdulillah sudah direspon pak gubernur, pak bupati dan pak walikota di Sumbar, termasuk merespon tindakan pencegahan lain seperti memasivekan pola hidub bersih di daerah mereka masing-masing,”ujar Sari Lenggogeni.
Tak sampai di situ, Sari Lenggogeni mengkampayekan Lawan Virus Corona dengan menerapkan social distancing, Sari pun membuat group WhatsApp bertajuk ‘Kawal Covid-19’.
“Group Kawal Covid-19 direspon banyak stakholder ada bupati, walikota hingga dokter dan para medis temasuk petinggi kampus serta petinggi media massa di Sumbar,”ujarnya.
Tujuan whatapp group kata Sari untuk menyamakan persepsi menghempang merebaknya virus corona di Sumbar.
“Melawan wabah yang menakuti dunia ini, hanya ada satu sikap yakni basamo melawan corona, tidak bisa diserahkan ke pemerintah dan dokter serta para medis, semua stakholder harus bahu membahu,”ujarnya.
Prof Reni Galang Dana
Tak hanya Sari Lenggogeni, Sekjend DPP IKA Unand yang kini menjabat Deputi Strategis Lemhanas RI Prof Reni Mayerni juga Dosen di Unand ini pun unjuk kepedulian. Prof Reni menggalang aksi donasi alumni Unand se dunia untuk membantu produksi hand sanitizer atau cairan pembersih tangan tangan yang akan dibagikan ke berbagai kalangan.
“Saya berpikir untuk pencegahan virus lewat pola hidup bersih, tapi di Padang cairan pembersih tangan langka dijual, ternyata Unand bisa buat dengan modal tidak bermiliaran rupiah, dengan Bismillah saya coba hubungi alumni Unand lewat list donasi, Allhamdulillah sampai pagi ini sudah terkumpul total sementara Rp 67 juta,”ujar Reni.
Bahkan besok atau lusa hand sanitizer produk Unand disuppor IKA Unand sudah bisa dibagi gratiskan ke banyak kalangan.
“Sudah dan teus diproduksi Insya Allah Hand Sanitizer bisa dibagikan ke lingkungan Unand dan masyarakat sekitar,”ujar Reni.
Orang seperti Reni dan Sari banyak di Indonesia dan hadapi corona virus yang makin menggurita tentu butuh dedikator lebih banyak lagi yakni orang-orang yang punya kepedulian dan mau aksi di luar profesi aslinya.
Tekad bersama dan aksi bersama dibutuhkan ayo bantu para medis dan pemerintah melawan virus corona ini. Jaga jarak orang dan hindari kerumunan orang. (ril)